Rabu, 30 November 2022

Pesan dari Pulau Pramuka: Indonesia Bisa Bebas Sampah

Saat ini banyak paket wisata Pulau Pramuka menawarkan keindahan resort, snorkeling, scuba diving, memancing, serta jelajah pulau untuk menikmati keasriannya. Siapa sangka, dibalik kecantikannya, pulau di Utara Jakarta ini pernah punya isu lingkungan pelik.

Pantai di Pulau Pramuka
(Pict : pulauseribu.co.id)

Pulau Pramuka, salah satu pulau di gugusan Kepulauan Seribu merupakan pusat administrasi serta pemerintahan dari Kepulauan Seribu. Dahulu masyarakat setempat seringkali menyebutnya dengan nama Pulau Elang karena konon terdapat banyak burung elang bondol di pulau ini. Penyebutan nama Pulau Pramuka muncul seiring maraknya penyelenggaraan kegiatan Pramuka di pulau tersebut, sebelum ada Bumi Perkemahan Cibubur, Jakarta.

Seperti daerah lainnya, sampah menjadi salah satu masalah di Kepulauan Seribu DKI Jakarta, karena setiap harinya kepulauan ini memproduksi sekitar 40 ton sampah. Pulau Pramuka pun turut berkontribusi menghasilkan sampah yang dikirim ke Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Akhir Bantar Gebang.

Lautan Sampah di Teluk Jakarta
(Pict : kompas.com/GARRY ANDREW LOTULUNG)

Srikandi Pejuang Lingkungan di Pulau Pramuka

Mahariah, adalah penggagas komunitas Rumah Hijau di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Guru Madrasah Ibtidaiyah ini menyaksikan bagaimana awalnya sampah plastik mampir dan merusak kelestarian lingkungan tempat tinggalnya. Saat ada banjir besar melanda Jakarta, sebagian besar tanaman bakau di Pulau Pramuka mati akibat gempuran sampah plastik kiriman. Namun ia mengamati, itu bukan hanya karena kiriman, gunungan sampah itu selalu ada, karena masalahnya juga berasal dari masyarakat pulaunya sendiri yang sering membuang sampah ke laut.

Dari situ tercetus niat Mahariah untuk membuat gerakan membersihkan sampah dari laut serta bagaimana mendaur ulang sampah agar memiliki nilai ekonomi, melalui komunitas yang dibangunnya. Dari komunitas Rumah Hijau yang berdiri tahun 2015 itu, lahirlah gerakan 'Pulauku Nol Sampah' di Pulau Pramuka.

Aktivitas Para Ibu Mengumpulkan Sampah
(Pict : Booklet KBA DSA)

Di waktu luang atau akhir pekan, Rumah Hijau rutin melakukan aksi peduli lingkungan untuk meningkatkan kesadaran lingkungan warga sekitar, khususnya terhadap bahaya sampah plastik. Dalam setiap aksinya, komunitas ini melibatkan ibu-ibu dan anak muda warga Pulau Pramuka. Ada tiga macam kegiatan yang dilaksanakan di Rumah Hijau yaitu:

  • memilah sampah dari rumah
  • menanam tanaman yang dapat dimakan
  • mendaur ulang sampah menjadi kerajinan yang bernilai ekonomi.

Untuk sampah daun (organik) diolah menjadi pupuk. Sedangkan sampah yang tidak bisa dimanfaatkan, akan dijual ke pengepul sebagai tabungan bagi nasabah bank sampah.

Menurut Mahariah sebelum ada gerakan ini, setiap harinya petugas TPS mengangkut sampah rumah tangga dari 200 gerobak motor (germor). Namun sejak kehadiran Rumah Hijau,jumlah sampah menurun hingga 140 germor perhari atau setara 1 ton sampah.

Ihtiar srikandi lingkungan ini terus dilakukan tanpa henti. Pelan tapi pasti, anggota Rumah Hijau berangsur bertambah, dari semula hanya 9 keluarga, menjadi sekitar 40 keluarga yang aktif terlibat dalam kegiatan pelestarian lingkungan di Pulau Pramuka.

Mahariah, penggerak aksi lingkungan di P. Pramuka
(Pict : mediaindonesia.com/Sumaryanto Bronto)

Selanjutnya, aksi peduli lingkungan yang lebih variatif dilaksanakan, seperti penanaman bibit bakau dan terumbu karang, hingga penanaman tumbuhan hidroponik untuk memanfaatkan pekarangan. Tidak hanya itu, dengan bantuan komunitas pecinta lingkungan lainnya, mereka juga menawarkan paket ekowisata yang menyelipkan program edukasi konservasi. Wisatawan yang berlibur ke Pulau Pramuka diajarkan cara mendaur ulang sampah plastik, menanam bakau serta terumbu karang. Tujuannya agar para pelancong memiliki kepedulian terhadap kelestarian alam dan lingkungan.

Panorama Terumbu Karang
(Pict : pulau-pramuka.com) 

Di Pulau Pramuka, Sampah Plastik jadi Cuan

Upaya Rumah Hijau mengelola sampah plastik di Pulau Pramuka perlu diacungi jempol. Komunitas ini mengupayakan dua jenis metode dalam pengolahan sampah plastik seperti kantong, bungkus mi instan atau bungkus detergen, dan sedotan, Pertama, dengan mendaur ulang sampah plastik tersebut menjadi aneka kerajinan tangan, mulai dari gantungan kunci, aneka hiasan, hingga tas tangan.

Metode kedua adalah dengan menjadikannya bata ramah lingkungan yang dikenal sebagai eco brick. Pada metode ini, botol plastik diisi dengan berbagai macam sampah plastik yang telah dicacah kecil-kecil hingga padat. Kemudian eco brick direkatkan dan dibentuk menjadi berbagai macam peralatan rumah tangga seperti meja, kursi, atau hiasan dinding hingga menjadi bahan bangunan. Eco brick dengan berat di atas 600 gram dapat dihargai Rp3.000 perbuahnya.

Dengan kedua metode itu, Mahariah dan segenap masyarakat Pulau Pramuka berharap agar sampah plastik tidak lagi mencemari lingkungan pulau mereka. Malahan masyarakat dapat terangkat ekonominya melalui penjualan kerajinan tangan dari daur ulang sampah plastik yang diproduksi bersama. Menurut Mahariah yang meraih penghargaan Kalpataru tahun 2017 ini, kerajinan dan eco brick dari Pulau Pramuka banyak permintaan, bahkan sampai ke Belanda.

Menjadi Kampung Berseri Astra

Sejalan dengan kegiatan positif Mahariah dan komunitasnya, Astra memfasilitasi berbagai kegiatan pengembangan masyarakat yang mengacu pada empat pilar kontribusi sosial Astra yang berkelanjutan, yakni kesehatan, pendidikan, lingkungan dan kewirausahaan. Pulau Pramuka pun didaulat menjadi bagian dari Kampung Berseri Astra (KBA) pada tahun 2015. Total KBA saat ini ada 170 desa yang tersebar di seluruh Indonesia.

Di bidang lingkungan, kegiatan KBA Pulau Pramuka berfokus pada pengolahan sampah dan ketersediaan air bersih. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengelolaan bank sampah, dan pengumpulan sampah non organik untuk menghasilkan pemanfaatan daur ulang botol plastik seperti yang sudah dilakukan komunitas Rumah Hijau.

Baca juga:Tersesat Menyenangkan di Kampung Labirin

Selain itu, dilakukan upaya untuk mengurangi limbah plastik dengan mengolah sampah plastik melalui mesin pirolisis yang akan menghasilkan bahan bakar diesel atau solar. Pirolisis adalah proses dekomposisi senyawa organik yang terdapat dalam plastik melalui proses pemanasan dengan sedikit atau tanpa melibatkan oksigen. Mesin pirolisis tidak memerlukan listrik yang besar sehingga mesin ini dapat mudah digunakan oleh masyarakat.

Sejak September 2020, Astra telah melakukan pembinaan pemanfaatan mesin pirolisis yang salah satu di antaranya adalah di KBA Pulau Pramuka. Sampah plastik yang diolah ke dalam mesin pirolisis ini dapat memenuhi kebutuhan para masyarakat setempat, salah satunya menjadi bahan bakar kapal untuk nelayan, serta dapat dijjual seharga Rp6.000 – Rp6.500 per liter.

KBA Pulau Pramuka dengan gerakan Pulauku Nol Sampah berhasil mewujudkan kontribusinya menyelamatkan pulau dari gempuran sampah. Ia menjadi pesan bagi seluruh Nusantara bahwa selalu ada jalan untuk penanggulangan sampah. Dan pada akhirnya, kesadaran serta gerakan masyarakat lokal pula yang kembali memberi manfaat bagi seluruh lingkungan. 

#BangkitBersamaUntukIndonesia
#KitaSATUIndonesia


Daftar Pustaka:
https://www.solopos.com/mantap-astra-ubah-517-ton-sampah-plastik-jadi-solar-1245832
https://www.kompasiana.com/rakyatjelata/5fe1b6118ede485eb22c4122/pulauku-nol-sampah-inspirasi-pengelolaan-sampah
https://pojokoto.com/kampung-berseri-astra-pulau-pramuka-bikin-laut-bersih-dari-sampah-plastik
https://swa.co.id/swa/csr-corner/mengenal-lebih-dekat-kba-di-pulau-pramuka
Booklet KBA-DSA

Selasa, 16 Agustus 2022

Alam Juga Ingin Didengar, Yuk Kita Peduli


Pandanglah indahnya biru yang menjingga
Simpanlah gawaimu, hirup dunia 
Sambutlah mesranya 
bisik angin yang bernada 
Dengar alam bernyanyi

Penggalan lirik lagu di atas sejenak menyadarkan saya. Setiap saat berkutat dengan gawai dan hal lain meskipun tuntutan pekerjaan, acap kali membuat saya tak acuh terhadap sekeliling. Padahal, angin pun berbisik, bunga dan pohon bercerita, bahkan alam bernyanyi. 

Cerita Hutan Kecil di Tengah Kota

Mendengar senandung #DengarAlamBernyanyi yang dibawakan oleh Laleilmanino bersama Chicco Jerikho, HIVI!, dan Sheila Dara Aisha melayangkan memori saya ke masa kecil.

Saya lahir dan dibesarkan di Kota Bogor. Kota hujan ini punya hutan kecil di tengah kota yaitu Kebun Raya Bogor yang sudah ada semenjak Inggris menduduki bumi Nusantara. Saat itu Gubernur Thomas Stamford Raffles mendiami Istana Bogor yang ada di lingkungan Kebun Raya. 

Kalau menurut Wikipedia, bahkan Kebun Raya Bogor (KRB) telah hadir sejak abad ke 15. Mulanya KRB adalah 'samida' (hutan/taman buatan) yang ditujukan sebagai tempat untuk memelihara benih-benih kayu langka di masa pemerintahan Prabu Siliwangi dari Kerajaan Sunda (1474-1513), seperti tertulis dalam Prasasti Batutulis. Dengan luas mencapai 87 hektar, KRB memiliki sekitar 15.000 koleksi tumbuhan dan pepohonan. 

Kebun Raya Bogor (pict: Wikipedia)

Kini, peninggalan Raffles itu menjadi ikon Bogor dan merupakan salah satu destinasi wisata di kota yang terkenal dengan oleh-oleh talas ini. 

Cemil kecil dulu tidak paham. Apa fungsinya kebun luas yang hijau dan penuh tanaman serta pepohonan tua? Untuk tamasya, melihat rusa di halaman istana, belajar nama-nama tumbuhan lalu berfoto ria? Hanya jika beruntung, pengunjung bisa melihat bunga bangkai mekar saat ke sana. Bunga raksasa yang hanya ada di KRB. 

Karena posisinya di tengah kota Bogor, sekeliling KRB menjadi jalur utama yang dilewati kendaraan dari dan menuju ke wilayah kota Bogor. Jadi, dulu saya merasa tidak ada yang istimewa dengan kehadiran KRB ini di tengah kota. Toh hampir setiap hari saya melalui kebun besar itu.

Seiring bertambah usia, saya mulai ngeh. Ternyata yang orang Jakarta bilang: “Bogor dingin”, “Bogor sejuk”, bukan semata-mata karena curah hujan yang lebih tinggi dibandingkan dengan ibukota. Melainkan juga karena banyaknya pepohonan di kota ini. Dan keberadaan hutan kecil seperti KRB, turut menyumbang kesegaran udara di segenap penjuru Bogor. 

Pentingnya Hutan Bagi Bumi

Bumi membutuhkan hutan untuk membantu mengatur iklim. Pepohonan di hutan menghirup karbon untuk fotosintesis dan menghasilkan oksigen. Inilah yang dimaksud hutan sebagai paru-paru dunia. 

Hutan hujan tropis (pict : liputan6.com)

Tanpa hutan, bumi akan kehilangan kemampuan untuk menghilangkan karbon dari atmosfer, sehingga terjadi peningkatan suhu udara. Menurut Greenpeace, hutan-hutan di bumi ini menyimpan hampir 300 miliar ton karbon, yang kira-kira 40 kali lipat emisi gas rumah kaca tahunan dari bahan bakar fosil.

Selain sebagai paru-paru dunia, fungsi hutan lainnya adalah:

  • Menahan air tanah sehingga mencegah banjir dan tanah longsor
  • Menjaga kesuburan tanah 
  • Sumber keanekaragaman hayati yang dapat dimanfaatkan manusia 
  • Habitat bagi beragam flora dan fauna 
  • Kawasan tempat tinggal manusia 
Dengan beragam fungsinya itu, sepantasnya kita turut menjaga kelestarian hutan. 


Fakta Alam Hutan Indonesia 

Tahukah kalian bahwa hutan Indonesia adalah hutan tropis terbesar ketiga di dunia dan salah satu hotspot keanekaragaman hayati terbesar di bumi?

#IndonesiaBikinBangga karena menjadi rumah bagi 10% hingga 15% dari semua flora, fauna mamalia, dan burung yang dikenal di planet bumi. Harimau Sumatera, orang utan hingga burung Cendrawasih adalah beberapa spesies langka yang terancam punah, dan hanya dapat ditemukan di hutan Indonesia. Keren bukan? #HutanKitaSultan


Sayangnya, deforestasi atau penggundulan hutan masih terus terjadi. Di Indonesia, hutan dan lahan gambut dibuka untuk membuat perkebunan pulp dan kertas monokultur untuk memproduksi kertas, tisu, atau berbagai kemasan.

Pada tahun 2018, investigasi Greenpeace Internasional mengungkapkan operasi pembalakan liar besar-besaran di lanskap habitat orangutan yang kritis di Kalimantan Barat. Jika demikian faktanya, pasti alam merintih sedih. 

Sementara itu, lembaga non pemerintah, Auriga menyebutkan, perkebunan kayu monokultur terluas berada di Kalimantan Barat, mencapai 1,95 juta hektar. Disusul Kalimantan Timur seluas 1,59 juta hektar, Riau seluas 1,56 juta hektar, dan Sumatra Selatan mencapai 1,31 juta hektar. Hingga 2020, perkebunan kayu monokultur di Indonesia telah mencapai 10 juta hektar (sumber: katadata.co.id).

Perluasan perkebunan ini di satu sisi bermanfaat untuk menambah bahan baku produksi pulp dan kertas, menyerap tenaga kerja, hingga meningkatkan pendapatan negara. Namun, jika tidak dikelola secara berkelanjutan, akan terjadi deforestasi hutan alam, yang dampaknya merugikan makhluk hidup di bumi. 

5 Aksi Pelestarian Alam dan Hutan

Jangan sampai alam menangis, karena  dampak negatifnya akan dirasakan seluruh penduduk bumi. Untuk itu, dibutuhkan upaya pelestarian alam dan hutan. 

Aksi ini perlu tindakan nyata oleh semua orang. Kita dapat mulai melakukannya dengan hal yang sederhana. 


1. Menanam pohon

#UntukmuBumiku, menanam pohon bisa menjadi langkah kecil yang kita lakukan untuk menjaga kelestarian hutan dan tanaman. Penghijauan ini dapat dilakukan di lingkungan rumah maupun sekolah. 

2  Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor pribadi 

Yuk jalan kaki, naik sepeda atau naik kendaraan umum. Semakin banyak kendaraan lalu lalang di jalanan, makin besar polusi udara yang dihasilkan mengganggu lingkungan. Oleh karenanya, kita dapat mengurangi polusi dengan mengurangi penggunaan kendaraan bermotor pribadi.

3. Mengurangi penggunaan kertas

Melestarikan hutan juga bisa melalui pengurangan penggunaan kertas. Ini dilakukan agar penebangan pohon oleh perusahaan yang memproduksi kertas dapat berkurang.

4. Mengurangi sampah

Mengurangi sampah dapat dengan menggunakan prinsip Reduce, Reuse dan Recycle. Dengan prinsip ini diharapkan sampah, terutama yang tidak dapat terurai, serta pembakaran sampah yang mengganggu lingkungan dan merugikan alam, dapat diminimalisir. 

5. Dengarkan lagu Dengar Alam Bernyanyi

Senandung lagu Dengar Alam Bernyanyi dapat dinikmati di beberapa platform musik seperti Spotify dan Apple Music. Nah jika kita sama-sama mendengarkan lagu tersebut, langkah ini menjadi aksi kita menyelamatkan hutan juga lho.  Karena, semakin banyak yang mendengarkan lagu ini, maka semakin banyak royalti yang diperoleh untuk digunakan dalam program perlindungan hutan Indonesia.

Yuk kita beraksi bersama! #TeamUpforImpact