Clodi (cloth diaper) atau popok kain saat ini menjadi pilihan populer di kalangan orang tua modern yang ingin mengurangi dampak lingkungan dan memberikan kenyamanan ekstra pada si kecil. Popok ini ramah lingkungan karena reusable dan tidak menambah produksi sampah kertas maupun plastik. Namun, dengan begitu banyak clodi yang beredar di pasaran, bagaimana cara memilih merk clodi yang bagus?
Tips Memilih Merk Clodi yang Bagus
Berikut adalah panduan bagi orang tua dalam memilih merk clodi yang bagus untuk si kecil.
1. Kenali Kebutuhan
Sebelum memilih merk clodi, pertimbangkan kebutuhan spesifik. Apakah clodi yang dicari untuk bayi baru lahir, atau apakah mau mencari fitur khusus seperti daya serap tinggi atau desain yang stylish? Menentukan kebutuhan adalah langkah awal yang penting.
2. Bahan Berkualitas Tinggi
Pastikan clodi yang dipilih terbuat dari bahan ramah lingkungan dan aman untuk kulit bayi. Bahan seperti bambu organik atau katun organik umumnya dianggap lebih baik karena lebih lembut dan bebas bahan kimia berbahaya.
3. Sistem Penguncian yang Efektif
Merk clodi yang bagus harus dilengkapi dengan sistem penguncian yang efektif untuk mencegah kebocoran. Pastikan bahwa clodi memiliki kualitas pengait atau kancing yang kuat dan tahan lama.
4. Ukuran yang Sesuai
Pilih clodi yang sesuai dengan ukuran si kecil. Beberapa merk menyediakan ukuran yang dapat disesuaikan, sementara yang lain menawarkan ukuran yang spesifik. Pastikan clodi tidak terlalu besar atau terlalu kecil untuk menghindari ketidaknyamanan.
5. Daya Serap yang Baik
Clodi yang baik harus memiliki daya serap yang memadai. Perhatikan lapisan dalam clodi dan pastikan dapat menyerap cairan dengan baik. Ini penting untuk mencegah kebocoran dan menjaga bayi tetap kering. Beberapa merk clodi menawarkan fitur waterproof.
6. Ulasan dan Reputasi Merk
Riset sebelum membeli juga penting. Cari ulasan konsumen dan reputasi merk sebelum memutuskan untuk membeli clodi khususnya di toko online. Pengalaman orang tua lain lain dapat memberikan wawasan berharga tentang kualitas dan keandalan clodi.
7. Harga yang Sesuai
Tentukan anggaran dan cari clodi yang menawarkan keseimbangan antara kualitas dan harga. Harga yang tinggi tidak selalu menjamin kualitas yang baik, dan sebaliknya.
8. Kemudahan Perawatan
Perhatikan petunjuk perawatan clodi. Pilih clodi yang mudah dicuci dan dirawat. Bahan yang tahan lama dan tidak mudah rusak akan membuat clodi tetap awet dalam penggunaan sehari-hari.
Nah dengan mempertimbangkan faktor-faktor di atas, orang tua dapat memilih merk clodi yang sesuai dengan kebutuhan, serta tetap mendukung pelestarian lingkungan.
Hellosehat.com merekomendasikan beberapa merk clodi yang bagus yang dapat menjadi alternatif untuk para orang tua dalam membeli. Tergantung fitur dan bahannya, berbagai merk clodi ini dijual dari rentang harga belasan ribu hingga ratusan ribu rupiah.
Berikut rekomendasi merk clodi untuk si kecil. Produk ini dapat dibeli di baby shop maupun toko online dan marketplace.
Satu Keluarga Cloth Diaper (Rp 13.999 - Rp 17.000)
Lakoe Indonesia Popok Kain Bayi (Rp 21.500 - Rp 56.750)
Leleoncare 6 Layer Popok (Rp 60.000 - Rp 69.000)
Fluffy Baby Wear Modern (Rp 93.120 - Rp 95.999)
Little Palmerhaus Wear Diapers (Rp 105.000 - Rp 109.000)
Punya pengalaman atau rekomendasi lain? Tulis di kolom komentar ya.
*Postingan ini diikutsertakan dalam eco literasi aksi melestarikan bumi, Challenge Eco 3Dop Ibuku Content Creator
Masalah sampah di sekolah menjadi
salah satu isu lingkungan yang dekat dengan keseharian kita. Idealnya, sekolah adalah
tempat untuk membentuk perilaku positif, termasuk kesadaran terhadap lingkungan. Namun nyatanya, di lingkungan sekolah dan sekitarnya, sampah masih menjadi masalah.
Plastik, Salah Satu Sumber
Masalah Sampah di Sekolah
Pemandangan botol/gelas plastik
bekas kemasan minuman yang dibuang di luar halaman sekolah sudah sering ditemui.
Tambahan lagi adanya sampah sedotan, plastik bekas bungkus jajanan semacam cilor, otak-otak hingga
batagor. Jika tersedia tempat sampah atau petugas yang membersihkan hingga ke
luar sekolah, sampah tersebut pada akhirnya akan dibersihkan. Tapi jika tidak
ada yang mengurus, ini yang mengkhawatirkan.
Dalam beberapa tahun terakhir,
meningkatnya produksi sampah plastik telah menjadi perhatian serius. Tak dapat dipungkiri, salah satu
sumbernya adalah aneka kemasan jajanan anak sekolah. Pedagang makanan
hingga minuman, banyak yang mengemas produknya dengan kemasan plastik. Belum
lagi aneka produk yang dijual di kantin atau warung sekitar sekolah.
Apa yang dapat kita
lakukan?
Hampir semua restoran dan
supermarket mulai mengubah perilaku konsumen dengan tidak menyediakan kantong
plastik, seiring dengan peraturan daerah masing-masing yang mewajibkan
pengurangan plastik.
Untuk lingkungan sekolah,
diperlukan tindakan bersama antara sekolah, pedagang, serta siswa dan orang tua
untuk bersama-sama mengurangi sampah dari kemasan plastik tersebut.
Di bawah ini Cemil mencoba
merangkum beberapa ide untuk sekolah, untuk penjaja makanan sekitar sekolah
serta untuk siswa dan orang tuanya, agar masalah sampah di sekolah, termasuk
sampah plastik bekas kemasan jajanan dapat ditanggulangi.
Untuk Sekolah
1. Pendidikan Lingkungan
Sekolah sebaiknya secara
kontinyu memberikan pemahaman kepada siswanya tentang dampak negatif sampah
plastik agar dapat meningkatkan kesadaran mereka. Program pendidikan lingkungan
yang melibatkan siswa dalam pengelolaan sampah dapat menjadi salah satu langkah
efektif.
2. Implementasi program daur ulang
Sekolah dapat memperkenalkan
program daur ulang. Tempat pengumpulan sampah terpisah untuk plastik, kertas,
dan organik dapat membantu mengurangi jumlah sampah yang masuk ke tempat
pembuangan sampah.
3. Mendorong partisipasi siswa
Siswa dapat menjadi agen
perubahan yang efektif. Untuk itu, sekolah dapat mendorong partisipasi aktif
siswa dalam program-program lingkungan, seperti kegiatan pembersihan sekolah,
penanaman pohon, atau kampanye lingkungan.
Salah satu langkah terpenting untuk
mengurangi sampah plastik adalah beralih ke kemasan yang ramah lingkungan.
Menyediakan jajanan dengan kemasan yang dapat didaur ulang atau mudah terurai
dapat secara signifikan mengurangi dampak sampah plastik di lingkungan sekolah.
Cara lainnya adalah dengan
menawarkan kampanye promosi, untuk pembeli yang membawa wadah makan/minuman
sendiri untuk mengemas makanan yang dibelinya.
2. Kolaborasi pedagang dengan sekolah
Sekolah dapat melakukan
kerjasama dengan penjual makanan/minuman di kantin sekolah maupun di lingkungan
sekitar sekolah untuk mempromosikan penggunaan kemasan ramah lingkungan.
Untuk Siswa dan Orang tua
1.Kampanye bersama sekolah
Keterlibatan orang tua dalam
upaya mengurangi sampah plastik juga sangat penting. Bersama sekolah, orang tua
dapat mengadakan sesi informasi atau kampanye kesadaran bersama untuk
menciptakan dukungan dari seluruh komunitas sekolah.
2. Pembentukan kebiasaan berkelanjutan
Oang tua dan siswa juga perlu
membentuk kebiasaan berkelanjutan yang ramah lingkungan dimulai dari rumah. Misalnya
melalu pemilahan dan pengolahan sampah sehari-hari, membiasakan siswa membawa
bekal atau tempat bekal dan tempat minum sendiri. Selain itu perlu terus
diingatkan untuk mengurangi penggunaan kemasan plastik saat jajan, utamanya di
sekolah.
Dari pembahasan di atas, maka jelas ya dibutuhkan
peran serta sekolah, pedagang serta siswa dan orang tua untuk mengatasi masalah
sampah di sekolah. Dengan menggabungkan kebiasaan konsumsi dan jajan siswa serta
program-program pendidikan lingkungan dari sekolah, kita dapat menciptakan
lingkungan sekolah yang lebih berkelanjutan dan bertanggung jawab.
Yuk kita ikut beraksi.
*Postingan ini diikutsertakan dalam eco literasi aksi melestarikan bumi, Challenge Eco 3Dop Ibuku Content Creator
Saat ini banyak paket wisata Pulau Pramuka menawarkan keindahan resort, snorkeling, scuba diving, memancing, serta jelajah pulau untuk menikmati keasriannya. Siapa sangka, dibalik kecantikannya, pulau di Utara Jakarta ini pernah
punya isu lingkungan pelik.
Pantai di Pulau Pramuka
(Pict : pulauseribu.co.id)
Pulau Pramuka, salah satu pulau di gugusan Kepulauan Seribu merupakan pusat administrasi serta pemerintahan dari Kepulauan Seribu. Dahulu masyarakat setempat seringkali menyebutnya dengan nama Pulau Elang karena konon terdapat banyak burung elang bondol di pulau ini. Penyebutan nama Pulau Pramuka muncul seiring maraknya penyelenggaraan kegiatan Pramuka di pulau tersebut, sebelum ada Bumi Perkemahan Cibubur, Jakarta.
Seperti daerah lainnya, sampah menjadi salah satu masalah di Kepulauan Seribu DKI Jakarta, karena setiap harinya kepulauan ini memproduksi sekitar 40 ton sampah. Pulau Pramuka pun turut berkontribusi menghasilkan sampah yang dikirim ke Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Akhir Bantar Gebang.
Lautan Sampah di Teluk Jakarta
(Pict : kompas.com/GARRY ANDREW LOTULUNG)
Srikandi
Pejuang Lingkungan di Pulau Pramuka
Mahariah, adalah penggagas komunitas Rumah Hijau di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Guru Madrasah Ibtidaiyah ini menyaksikan bagaimana awalnya sampah plastik mampir dan merusak kelestarian lingkungan tempat tinggalnya. Saat ada banjir besar melanda Jakarta, sebagian besar tanaman bakau di Pulau Pramuka mati akibat gempuran sampah plastik kiriman. Namun ia mengamati, itu bukan hanya karena kiriman, gunungan sampah itu selalu ada, karena masalahnya juga berasal dari masyarakat pulaunya sendiri yang sering membuang sampah ke laut.
Dari situ tercetus niat Mahariah untuk membuat gerakan membersihkan sampah dari laut serta bagaimana mendaur ulang sampah agar memiliki nilai ekonomi, melalui komunitas yang dibangunnya. Dari komunitas Rumah Hijau yang berdiri tahun 2015 itu, lahirlah gerakan 'Pulauku Nol Sampah' di Pulau Pramuka.
Aktivitas Para Ibu Mengumpulkan Sampah
(Pict : Booklet KBA DSA)
Di waktu luang atau akhir pekan, Rumah Hijau rutin melakukan aksi peduli lingkungan untuk meningkatkan kesadaran lingkungan warga sekitar, khususnya terhadap bahaya sampah plastik. Dalam setiap aksinya, komunitas ini melibatkan ibu-ibu dan anak muda warga Pulau Pramuka. Ada tiga macam kegiatan yang dilaksanakan di Rumah Hijau yaitu:
memilah sampah dari rumah
menanam tanaman yang dapat dimakan
mendaur ulang sampah menjadi kerajinan yang bernilai ekonomi.
Untuk sampah daun (organik) diolah menjadi pupuk. Sedangkan sampah yang tidak bisa dimanfaatkan, akan dijual ke pengepul sebagai tabungan bagi nasabah bank sampah.
Menurut Mahariah sebelum ada gerakan ini, setiap harinya petugas TPS mengangkut sampah rumah tangga dari 200 gerobak motor (germor). Namun sejak kehadiran Rumah Hijau,jumlah sampah menurun hingga 140 germor perhari atau setara 1 ton sampah.
Ihtiar srikandi lingkungan ini terus dilakukan tanpa henti. Pelan tapi pasti, anggota Rumah Hijau berangsur bertambah, dari semula hanya 9 keluarga, menjadi sekitar 40 keluarga yang aktif terlibat dalam kegiatan pelestarian lingkungan di Pulau Pramuka.
Mahariah, penggerak aksi lingkungan di P. Pramuka
(Pict : mediaindonesia.com/Sumaryanto Bronto)
Selanjutnya, aksi peduli lingkungan yang lebih variatif dilaksanakan, seperti penanaman bibit bakau dan terumbu karang, hingga penanaman tumbuhan hidroponik untuk memanfaatkan pekarangan. Tidak hanya itu, dengan bantuan komunitas pecinta lingkungan lainnya, mereka juga
menawarkan paket ekowisata yang menyelipkan program edukasi konservasi. Wisatawan yang berlibur ke Pulau Pramuka diajarkan cara mendaur ulang sampah plastik, menanam bakau serta terumbu karang. Tujuannya agar para pelancong memiliki kepedulian terhadap kelestarian alam dan lingkungan.
Panorama Terumbu Karang
(Pict : pulau-pramuka.com)
Di Pulau Pramuka, Sampah Plastik jadi Cuan
Upaya Rumah Hijau mengelola sampah plastik di Pulau Pramuka perlu diacungi jempol. Komunitas ini mengupayakan dua jenis metode dalam pengolahan sampah plastik seperti kantong, bungkus mi instan atau bungkus detergen, dan sedotan, Pertama, dengan mendaur ulang sampah plastik tersebut menjadi aneka kerajinan tangan, mulai dari gantungan kunci, aneka hiasan, hingga tas tangan.
Metode kedua adalah dengan menjadikannya bata ramah lingkungan yang dikenal sebagai eco brick. Pada metode ini, botol plastik diisi dengan berbagai macam sampah plastik yang telah dicacah kecil-kecil hingga padat. Kemudian eco brick direkatkan dan dibentuk menjadi berbagai macam peralatan rumah tangga seperti meja, kursi, atau hiasan dinding hingga menjadi bahan bangunan. Eco brick dengan berat di atas 600 gram dapat dihargai Rp3.000 perbuahnya.
Dengan kedua metode itu, Mahariah dan segenap masyarakat Pulau Pramuka berharap agar sampah plastik tidak lagi mencemari lingkungan pulau mereka. Malahan masyarakat dapat terangkat ekonominya melalui penjualan kerajinan tangan dari daur ulang sampah plastik yang diproduksi bersama. Menurut Mahariah yang meraih penghargaan Kalpataru tahun 2017 ini, kerajinan dan eco brick dari Pulau Pramuka banyak permintaan, bahkan sampai ke Belanda.
Menjadi Kampung Berseri Astra
Sejalan dengan kegiatan positif Mahariah dan komunitasnya, Astra memfasilitasi berbagai kegiatan pengembangan masyarakat yang mengacu pada empat pilar kontribusi sosial Astra yang berkelanjutan, yakni kesehatan, pendidikan, lingkungan dan kewirausahaan. Pulau Pramuka pun didaulat menjadi bagian dari Kampung Berseri Astra (KBA) pada tahun 2015. Total KBA saat ini ada 170 desa yang tersebar di seluruh Indonesia.
Di bidang lingkungan, kegiatan KBA Pulau Pramuka berfokus pada pengolahan sampah dan ketersediaan air bersih. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengelolaan bank sampah, dan pengumpulan sampah non organik untuk menghasilkan pemanfaatan daur ulang botol plastik seperti yang sudah dilakukan komunitas Rumah Hijau.
Selain itu, dilakukan upaya untuk mengurangi limbah plastik dengan mengolah sampah plastik melalui mesin pirolisis yang akan menghasilkan bahan bakar diesel atau solar. Pirolisis adalah proses dekomposisi senyawa organik yang terdapat dalam plastik melalui proses pemanasan dengan sedikit atau tanpa melibatkan oksigen. Mesin pirolisis tidak memerlukan listrik yang besar sehingga mesin ini dapat mudah digunakan oleh masyarakat.
Sejak September 2020, Astra telah melakukan pembinaan pemanfaatan mesin pirolisis yang salah satu di antaranya adalah di KBA Pulau Pramuka. Sampah plastik yang diolah ke dalam mesin pirolisis ini dapat memenuhi kebutuhan para masyarakat setempat, salah satunya menjadi bahan bakar kapal untuk nelayan, serta dapat dijjual seharga Rp6.000 – Rp6.500 per liter.
KBA Pulau Pramuka dengan gerakan Pulauku Nol Sampah berhasil mewujudkan kontribusinya menyelamatkan pulau dari gempuran sampah. Ia menjadi pesan bagi seluruh Nusantara bahwa selalu ada jalan untuk penanggulangan sampah. Dan pada akhirnya, kesadaran serta gerakan masyarakat lokal pula yang kembali memberi manfaat bagi seluruh lingkungan.
Penggalan lirik lagu di atas sejenak menyadarkan saya. Setiap saat berkutat dengan gawai dan hal lain meskipun tuntutan pekerjaan, acap kali membuat saya tak acuh terhadap sekeliling. Padahal, angin pun berbisik, bunga dan pohon bercerita, bahkan alam bernyanyi.
Cerita Hutan Kecil di Tengah Kota
Mendengar senandung #DengarAlamBernyanyi yang dibawakan oleh Laleilmanino bersama Chicco Jerikho, HIVI!, dan Sheila Dara Aisha melayangkan memori saya ke masa kecil.
Saya lahir dan dibesarkan di Kota Bogor. Kota hujan ini punya hutan kecil di tengah kota yaitu Kebun Raya Bogor yang sudah ada semenjak Inggris menduduki bumi Nusantara. Saat itu Gubernur Thomas Stamford Raffles mendiami Istana Bogor yang ada di lingkungan Kebun Raya.
Kalau menurut Wikipedia, bahkan Kebun Raya Bogor (KRB) telah hadir sejak abad ke 15. Mulanya KRB adalah 'samida' (hutan/taman buatan) yang ditujukan sebagai tempat untuk memelihara benih-benih kayu langka di masa pemerintahan Prabu Siliwangi dari Kerajaan Sunda (1474-1513), seperti tertulis dalam Prasasti Batutulis. Dengan luas mencapai 87 hektar, KRB memiliki sekitar 15.000 koleksi tumbuhan dan pepohonan.
Kebun Raya Bogor (pict: Wikipedia)
Kini, peninggalan Raffles itu menjadi ikon Bogor dan merupakan salah satu destinasi wisata di kota yang terkenal dengan oleh-oleh talas ini.
Cemil kecil dulu tidak paham. Apa fungsinya kebun luas yang hijau dan penuh tanaman serta pepohonan tua? Untuk tamasya, melihat rusa di halaman istana, belajar nama-nama tumbuhan lalu berfoto ria? Hanya jika beruntung, pengunjung bisa melihat bunga bangkai mekar saat ke sana. Bunga raksasa yang hanya ada di KRB.
Karena posisinya di tengah kota Bogor, sekeliling KRB menjadi jalur utama yang dilewati kendaraan dari dan menuju ke wilayah kota Bogor. Jadi, dulu saya merasa tidak ada yang istimewa dengan kehadiran KRB ini di tengah kota. Toh hampir setiap hari saya melalui kebun besar itu.
Seiring bertambah usia, saya mulai ngeh. Ternyata yang orang Jakarta bilang: “Bogor dingin”, “Bogor sejuk”, bukan semata-mata karena curah hujan yang lebih tinggi dibandingkan dengan ibukota. Melainkan juga karena banyaknya pepohonan di kota ini. Dan keberadaan hutan kecil seperti KRB, turut menyumbang kesegaran udara di segenap penjuru Bogor.
Pentingnya Hutan Bagi Bumi
Bumi membutuhkan hutan untuk membantu mengatur iklim. Pepohonan di hutan menghirup karbon untuk fotosintesis dan menghasilkan oksigen. Inilah yang dimaksud hutan sebagai paru-paru dunia.
Hutan hujan tropis (pict : liputan6.com)
Tanpa hutan, bumi akan kehilangan kemampuan untuk menghilangkan karbon dari atmosfer, sehingga terjadi peningkatan suhu udara. Menurut Greenpeace, hutan-hutan di bumi ini menyimpan hampir 300 miliar ton karbon, yang kira-kira 40 kali lipat emisi gas rumah kaca tahunan dari bahan bakar fosil.
Selain sebagai paru-paru dunia, fungsi hutan lainnya adalah:
Menahan air tanah sehingga mencegah banjir dan tanah longsor
Menjaga kesuburan tanah
Sumber keanekaragaman hayati yang dapat dimanfaatkan manusia
Habitat bagi beragam flora dan fauna
Kawasan tempat tinggal manusia
Dengan beragam fungsinya itu, sepantasnya kita turut menjaga kelestarian hutan.
Fakta Alam Hutan Indonesia
Tahukah kalian bahwa hutan Indonesia adalah hutan tropis terbesar ketiga di dunia dan salah satu hotspot keanekaragaman hayati terbesar di bumi?
#IndonesiaBikinBangga karena menjadi rumah bagi 10% hingga 15% dari semua flora, fauna mamalia, dan burung yang dikenal di planet bumi. Harimau Sumatera, orang utan hingga burung Cendrawasih adalah beberapa spesies langka yang terancam punah, dan hanya dapat ditemukan di hutan Indonesia. Keren bukan? #HutanKitaSultan
Sayangnya, deforestasi atau penggundulan hutan masih terus terjadi. Di Indonesia, hutan dan lahan gambut dibuka untuk membuat perkebunan pulp dan kertas monokultur untuk memproduksi kertas, tisu, atau berbagai kemasan.
Pada tahun 2018, investigasi Greenpeace Internasional mengungkapkan operasi pembalakan liar besar-besaran di lanskap habitat orangutan yang kritis di Kalimantan Barat. Jika demikian faktanya, pasti alam merintih sedih.
Sementara itu, lembaga non pemerintah, Auriga menyebutkan, perkebunan kayu monokultur terluas berada di Kalimantan Barat, mencapai 1,95 juta hektar. Disusul Kalimantan Timur seluas 1,59 juta hektar, Riau seluas 1,56 juta hektar, dan Sumatra Selatan mencapai 1,31 juta hektar. Hingga 2020, perkebunan kayu monokultur di Indonesia telah mencapai 10 juta hektar (sumber: katadata.co.id).
Perluasan perkebunan ini di satu sisi bermanfaat untuk menambah bahan baku produksi pulp dan kertas, menyerap tenaga kerja, hingga meningkatkan pendapatan negara. Namun, jika tidak dikelola secara berkelanjutan, akan terjadi deforestasi hutan alam, yang dampaknya merugikan makhluk hidup di bumi.
5 Aksi Pelestarian Alam dan Hutan
Jangan sampai alam menangis, karena dampak negatifnya akan dirasakan seluruh penduduk bumi. Untuk itu, dibutuhkan upaya pelestarian alam dan hutan.
Aksi ini perlu tindakan nyata oleh semua orang. Kita dapat mulai melakukannya dengan hal yang sederhana.
1. Menanam pohon
#UntukmuBumiku, menanam pohon bisa menjadi langkah kecil yang kita lakukan untuk menjaga kelestarian hutan dan tanaman. Penghijauan ini dapat dilakukan di lingkungan rumah maupun sekolah.
2 Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor pribadi
Yuk jalan kaki, naik sepeda atau naik kendaraan umum. Semakin banyak kendaraan lalu lalang di jalanan, makin besar polusi udara yang dihasilkan mengganggu lingkungan. Oleh karenanya, kita dapat mengurangi polusi dengan mengurangi penggunaan kendaraan bermotor pribadi.
3. Mengurangi penggunaan kertas
Melestarikan hutan juga bisa melalui pengurangan penggunaan kertas. Ini dilakukan agar penebangan pohon oleh perusahaan yang memproduksi kertas dapat berkurang.
4. Mengurangi sampah
Mengurangi sampah dapat dengan menggunakan prinsip Reduce, Reuse dan Recycle. Dengan prinsip ini diharapkan sampah, terutama yang tidak dapat terurai, serta pembakaran sampah yang mengganggu lingkungan dan merugikan alam, dapat diminimalisir.
5. Dengarkan lagu Dengar Alam Bernyanyi
Senandung lagu Dengar Alam Bernyanyi dapat dinikmati di beberapa platform musik seperti Spotify dan Apple Music. Nah jika kita sama-sama mendengarkan lagu tersebut, langkah ini menjadi aksi kita menyelamatkan hutan juga lho. Karena, semakin banyak yang mendengarkan lagu ini, maka semakin banyak royalti yang diperoleh untuk digunakan dalam program perlindungan hutan Indonesia.