Eh ternyata si adik ada janji acara pula hari Sabtu malamnya, yang gak mau banget dilewatkan. Jadilah perjalanan dirancang sesingkat mungkin. Berangkat Rabu malam, Sabtu pagi udah di Bogor lagi. Terkesan maksain banget sih, semalam doang di Surabaya, yang dengan perjalanan jadi 3 malam. Tapi its okay lah, biar tetep ada cerita liburan, dan sesekali ngumpulin kakak beradik ini di Surabaya 😊.
Perjalanan ke Surabaya
Berangkat ke Surabaya, kami naik kereta api (KA) malam Gumarang Jakarta Pasar Senen - Surabaya Pasar Turi kelas eksekutif. Jadwal berangkat pukul 21.30. Sebenarnya ada banyak pilihan kereta lain yang menurut pengalaman "lebih nyaman". Pilihan jatuh ke KA Gumarang dengan pertimbangan sampai di Surabaya pukul 8.00 pagi.
Jadwal kereta lainnya, ada yang tiba di Surabaya pukul 2 dini hari atau ada juga yang pukul 4 subuh. Berhubung tak ada rencana ke rumah kerabat, kami menghindari tiba di Surabaya sebelum matahari terbit, agar bisa langsung jalan-jalan sebelum check-in hotel jam 2 siang.
Review naik KA Gumarang Eksekutif nanti aku buat di tulisan berbeda ya 😏.
Jalan-jalan Seputar Surabaya Pusat
Waktu menunjukkan pukul 8 lewat 5 menit di Stasiun Pasar Turi Surabaya saat kereta Gumarang yang kami naiki tiba. Karena belum sarapan, jadi kami rencana sarapan dulu di luar stasiun. Setelah ketemuan dengan si kakak yang memang aku suruh nyamperin ke stasiun, kami berdiskusi mau ke mana. Sebetulnya udah direncanakan sih kalau jalan-jalannya di seputar Surabaya Pusat aja, agar tak jauh dari hotel di daerah Genteng, Surabaya Pusat.
1. Ke Monumen Kapal Selam
Akhirnya kami putuskan menuju ke Monumen Kapal Selam (Monkasel), yang sudah buka sejak pukul 8.00. Kalau baca beberapa review di Google katanya ada banyak tempat makan di sana, jadi kami pikir sekalian aja cari sarapan di sana.
Sampai di Monkasel, niat langsung dapat sarapan pupus sudah, karena yang ada kios warung-warung yang hanya menjual minuman dan snack. Ada kantin di bagian dalam pun, tutup atau belum buka. Yaa sudahlah tahan dulu laparnya, kita langsung menuju ke kapal selam... Hehe.
Monkasel dibangun untuk mengenang KRI Pasopati, kapal selam yang punya peran penting zaman perjuangan Indonesia. Monumen ini dibuka resmi tahun 1998, diresmikan oleh KSAL Laks. Arief Kushariadi dan sampai sekarang jadi salah satu ikon kota Surabaya. Ini kalo untuk orang Surabaya sendiri mungkin bosen lihat monumen kapal selam, karena kapal ini ‘parkir’ permanen di jalan raya protokol, tepatnya di Jl. Pemuda No. 39, Embong Kaliasin, Surabaya. Bisa kelihatan dari jalan, kalau tiap lewat situ. Tapi buat kami yang dari Bogor, ya lumayan penasaran pingin liat isinya.
KRI Pasopati 410 termasuk kapal selam tipe Whiskey Class buatan Vladivostok, Rusia. Mulai aktif di Angkatan Laut Indonesia sejak 29 Januari 1962, tugasnya cukup berat, mulai dari menyerang kapal musuh, patroli diam-diam, sampai ikut operasi penting seperti Trikora. Kapal lawas ini punya panjang 76,6 meter dan lebar 6,3 meter.
Berikut foto-foto bagian dalam Monkasel. Untungnya saat itu masih pagi dan hari kerja (Kamis), jadi pengunjung tidak terlalu ramai. Kami menyusuri ruangan kapal selam dari pintu masuk depan sampai pintu keluar belakang, lumayan agak sumpek... padahal pengunjung masih sedikit dan di beberapa ruangan dipasang AC.
Ruang Komandan - sempit hehe..
Ruang komunikasi, ruang mesin, sonar, bilik hitung, kamar mandi
Pintu antar ruang - ada yang harus menunduk untuk lewat situ.
Tiga kali lewatin pintu bulat itu, ampun deh kalo orang tua sih susah pasti
Periskop atau teropong kapal selam
Fasilitas di area Monkasel sendiri cukup lengkap. Ada toilet, musholla, ruang nonton film dokumenter (Video Rama), pertunjukan musik live, dan naik perahu di wisata air Kalimas. Di sekitar lokasi juga ada kios tempat jajan makanan/minuman, kolam renang kecil tuk anak, dan kios suvenir buat oleh-oleh. Oya harga tiket Rp15K perorang sudah include menonton film dokumenter. Tapi kami skip nonton itu, karena tayangnya agak siang.
Tak terasa sudah sejam lebih kami menjelajah isi kapal selam. Keluar dari Monkasel, hawa panas mulai terasa membakar kulit. Waktu menunjukkan pukul 10 kurang dan kami belum sarapan juga hahah, sekalian makan siang ini mah 😫.
Saat jalan keluar monumen, kami baru ngeh kalau persis di sebelahnya itu ada mal Plaza Surabaya. Bahkan kita bisa masuk dari parkirannya di dalam. Yo wes lah jalan sedikit ke mal, kami ngadem sambil cari makan.
Plaza Surabaya buka jam 10 teng dan kami langsung menuju food court-nya untuk isi perut.
2. Ke Kota Lama Surabaya
Selesai makan, di mal muter-muter sebentar, setelah itu kami naik taksi online ke Kota Lama Surabaya. Driver taksol memberikan masukan, kalau ke Kota Lama sebetulnya lebih menarik sore hari untuk view dan foto-foto. Tapi berhubung waktunya tidak memadai, kami tetap ke Kota Lama siang itu.
Pemandangan Kota Lama yaa... mirip Kota Tua Jakarta, dengan berbagai gedung kuno peninggalan Belanda yang tetap dipertahankan bentuk bangunannya. Ada juga jambatan merah dan pusat grosir Plaza Jembatan Merah. Pusat lokasi Kota Lama adalah taman dengan pohon rindang dan beberapa spot untuk duduk-duduk. Di pinggir taman banyak juga bentor (becak motor) yang menawarkan keliling Kota Tua dengan tarif Rp20K.
Sudut-sudut Kota Lama Surabaya
Ada replika mobil Jend. Mallaby, Perwira Inggris yang terbunuh tahun 1945
Di salah satu sudut di taman Kota Lama ini juga ada lapangan yang bisa digunakan untuk main basket atau main bola.
Ada beberapa anak sedang main bola saat kami lewat situ, dan cuaca sedang terik. Aku dan si kakak cari tempat ngadem sambil foto-foto, sementara si adik malah nonton bocah main bola. Yah maklum anak yang ini memang hobi bola dan olahraga sejak kecil.
Saat ditinggal foto-foto, eh taunya dia ikut main bola dong.. Ohemji. Ini anak sok asik apa emang supel banget sampe bisa membaur sama bocil yang gak dikenal?!
Komen si adik setelah selesai jadi penjaga gawang: "Seru bunda, ini tuh vibes-nya kayak di Brazil".
"Hah..?"
3. Check in Hotel
Setengah jam menjelang waktu check in, kami beranjak dari Kota Lama menuju hotel. Hotelnya di daerah Genteng, yaitu Surabaya River View.
Oya kami menclok ke sana kemari itu sebetulnya berdekatan semua tempatnya. Jadi kalau naik taksi online itu dari tadi tarifnya hanya Rp 15 ribu sampai Rp 20 ribu aja.
Proses check-in di Hotel Surabaya River View (SRV) mudah dan cepat plus dapat harga terbaik booking dari Agoda dengan promo pembayaran pakai Jenius. Aku pilih family room dengan 1 double bed + 1 single bed untuk 3 orang.
Hotel bintang 3 ini bersih dan punya pool di rooftop-nya lantai 12. Setelah istirahat, menjelang sore anak-anak jagoan itupun berenang di pool hotel.
Review lengkap hotel ini, nantikan yaa... 😊
4. Makan Malam di Resto AYCE
Aku yang niat mau makan malam khas Surabaya atau Jawa Timuran, terpaksa harus "mengalah" karena keinginan si adik yang ingin menraktir makan di resto all you can eat (AYCE). Ish, kapan lagi ditraktir sama anak... Tak boleh ditolak. Wkwkwk.
Resto yang dipilih namanya Ikon, Korean AYCE. Letaknya tak terlalu jauh dari hotel, di Jln. Kertajaya 42A, Gubeng, Surabaya. Yang lucu, titik di map taksi online salah. Alhasil sempat bikin kita nyasar masuk gang perumahan. Tenyata posisi Ikon ini di sebrang jalan titik yang salah tadi.
Makan di Ikon ini yah begitulah, AYCE bukan tipe resto favoritku sih. Tapi anak-anak puas. Interiornya K-Popers banget, menunya banyak dan tidak mengecewakan.
Berikut pricelist-nya (Juni 2025) :
- Dewasa : Rp132.825 nett/pax
- Anak-anak di bawah 110cm : Free
- Anak-anak 110 cm - di bawah 140 cm : Rp66.412 nett/pax
- Anak-anak 140cm-di atasnya : Harga dewasa
Durasi makan di resto ini 120 menit dan untuk reservasi disyaratkan minimal 4 orang dewasa + DP 50%.
Lebih lengkapnya bisa cek di Instagram resto ini : @ikon_kita.
Dari Ikon tadinya aku niat mlaku-mlaku nang Tunjungan. Ehh ternyata gerimis dong keluar dari resto. Dari pada kepala pening karena kebanyakan daging + kehujanan, akhirnya kami balik ke hotel.
5. Ke Jl. Tunjungan
Jalan-jalan di Tunjungan kesampean besok harinya setelah kami check-out. Keluar hotel, langsung jalan kaki yang sekitar 500 meter aja sudah sampai ke Jl. Tunjungan. Di sini juga mirip suasana di Braga Bandung, banyak bangunan hotel, dan pertokoan/tempat makan.
Kami sempat melewati Museum Surabaya Siola yang tutup karena hari itu tanggal merah. Lalu masuk ke FamilyMart besar yang di dalamnya ada barista robot. Si adik pesan kopi americano karena pingin lihat robot beraksi. Dari situ kami sampai di Tunjungan Plaza (TP), yang menurut Wikipedia merupakan mal terbesar kedua di Indonesia. Pusat perbelanjaan ini punya 6 bangunan utama yang saling berhubungan (Tunjungan Plaza 1-6).
Capek jalan di mal, akhirnya kami isi perut di foodcourt di TP-2 siang itu.
6. Ke Pusat Oleh-oleh Bu Rudy sebelum Pulang
Di TP mau beli oleh-oleh kok gak ada yang sreg, akhirnya kami keluar mal dan naik taksi online lagi menuju Pusat Oleh-oleh Bu Rudy. Di sini mah gudangnya oleh-oleh. Apa aja ada.
Setelah sejam di Bu Rudy (lama karena antre kasir), kami pun bergegas menuju Terminal Bungurasih. Tebak naik apa? Perdana naik sleeper bus KYM Trans Surabaya Bogor!
Kenapa gak naik kereta lagi? Pingin nyobain aja supaya ada pengalaman baru di perjalanan singkat ini. Next lagi yaa cerita tentang sleeper busnya 🤭.
Okay... Gitu deh cerita short trip ke Surabaya.
Astaga Tunjungan rek... Kangen poll kalau lihat postingan yang ini. Hahaha... Kalau ke area tunjungan tuh kerasa banget Vintagenya, apalagi kalau pake jalan kaki terus ngademnya di Sogo atau Tunjungan Plaza.
BalasHapusKalau ke SBY tuh kita pasti disuguhkan bangunan² lama. Nuansa kolonialnya meski ada di tengah kota. 😁
Lho mbaaak
BalasHapusKok ga info kalau ke Surabaya
Andai bisa ketemuan di Tunjungan bisa makan di Ketandan
Ah kapan kapan ke Surabaya info lagi ya
Wisata Rasa juga bisa beli oleh oleh atau di Pasar Tunjungan
Waahhh, selamat datang di Surabayaaaa..!
BalasHapusShort trip memang paling asyik kalo dijalani bareng kluarga.
aku juga akan recommend tempat2 ini kalo ada teman/saudara yg main ke kota pahlawan.