Senin, 26 Agustus 2019

Misteri KRL Gerbong Wanita

Ini kisah nyata.

Hihihi... Tenang, saya bukan mau cerita horor sih. Cuma sedikit pengalaman misterius yang membekas.

Sebagai anak kereta (baca: pengguna setia KRL Commuter Line), saya menyambut baik adanya gerbong khusus wanita yang sudah ada beberapa tahun itu. Ini mengingat ketidaknyamanan saat berdesakan-desakan dengan lawan jenis. Belum lagi seringnya terjadi kasus pelecehan di gerbong kereta yang bercampur antara pria dan wanita.

Untuk yang belum tau, kereta KRL Commuter Line Jabodetabek punya gerbong khusus wanita di rangkaian paling depan dan terakhir. Pria dilarang masuk ke sini, kalau nekat bisa dipelototin dan dicaci-maki segerbong sampai lemes (wakakak, lebay..).

Awalnya saya semangat menaiki gerbong wanita ini, terutama yang bagian depan. Ini karena setiap pagi naik Commuter Line, saya turun di Stasiun Tebet yang pintu keluarnya di depan. Jadi untuk mempersingkat jalan kaki, saya naik di gerbong 1, yang merupakan gerbong khusus wanita itu.

Tapi lama-lama saya agak kurang nyaman di gerbong itu. Mungkin karena banyak peminatnya, jadi waktu turun di stasiun, seringnya terdorong-dorong berebutan. Lalu beberapa kali saya melihat ada yang bertengkar mulut karena hal sepele, seperti tidak mau bergeser, gak sengaja terinjak, dsb. Ditambah lagi saya jarang dapat duduk, tak ada yang mau mengalah karena sama-sama wanita. Hahaha. Wanita...

Akhirnya saya bergeser ke gerbong 2. Sama padatnya, tapi saya lebih sering dapat duduk. Hehehe.

Gerbong khusus wanita KRL Commuter Line

Dan.. muncullah cerita-cerita itu. Konon, di gerbong khusus wanita egonya tinggi. Tak ada yang mau mengalah (untuk memberi duduk), bahkan untuk orang yang membutuhkan (ibu hamil, orang lanjut usia, & disabilitas). Bukan 1 - 2 cerita, tapi banyak cerita-cerita tentang ini.

Lalu saya mengalaminya sendiri.

Cerita Misteri Pertama

Belum lama ini saya naik kereta di gerbong khusus wanita bagian depan dari stasiun Cawang, karena keburu-buru hampir ketinggalan. Gak terlalu padat berdesakan, tapi penuh. Berdiri dekat jendela bikin saya bisa memperhatikan orang-orang yang duduk di bangku panjang kapasitas 7-8 orang itu. Yang duduk, merem semua haha...  Dua orang yang duduk tergolong lansia, sisanya masih muda, normal dan terlihat sehat.

Sambil kereta terus melaju, saya perhatikan lagi orang yang berdiri. Sebagian besar sibuk dengan gawainya. Lalu pandangan saya tertuju ke seseorang yang perutnya terlihat gendut. Dia kelihatan tenang aja berdiri. Saya ragu-ragu mau tanya apakah dia sedang hamil atau nggak... (berhubung orang yang obesitas juga kerap terlihat seperti hamil hehe). Gak lama, dia mengelus-elus perutnya. Gaya-gayanya bumil ini mah.

Langsung aja saya tanya : "Mbak, lagi hamil?" Yang ditanya mengangguk.

"Kenapa gak minta duduk? Kuat?", saya lanjut tanya.

"Gapapa, males mintanya", kata si mbak sambil senyum kecut.

"Turun di mana?", tanya saya lagi.

"Bogor", jawabnya.

Bumil berdiri di gerbong khusus wanita

Saat itu baru tiba di stasiun Pasar Minggu, yang jaraknya masih 11 stasiun dari Bogor, atau sekitar 40 menit lagi. Ulala.

Itu percakapan lumayan kenceng suaranya, tapi orang muda yang duduk di depannya tak bergeming. Nunduk, merem, tapi nampaknya tak tidur, karena sebelumnya saya perhatikan dia melihat ke jendela di belakangnya. Sementara orang yang duduk sebelahnya fokus menatap gadget tanpa peduli sekeliling.

Spontan saya berujar keras: "Ada yang bisa kasih duduk? Ada ibu hamil..."

Magic! Gak ada yang bergeming lho!

Cerita Misteri Kedua

Biasanya, pulang kantor dengan berdiri di KRL tidak masalah buat saya. Tapi kali itu agak bermasalah karena kaki terkilir hari sebelumnya.

Maka, hari itu saya benar-benar butuh duduk di KRL, supaya gak nambah sakitnya. Saya juga gak kuat jalan terlalu jauh... So, saya berniat naik di gerbong wanita depan aja yang paling dekat dengan pintu masuk stasiun Cawang.

Antrian masuk gerbong khusus wanita

Saat berhasil masuk di kereta yang lumayan padat itu, saya langsung minta duduk ke orang-orang yang duduk di kursi panjang.

"Maaf, boleh minta gantian duduk? Kaki saya sakit, gak kuat berdiri lama", kata saya.

Tak ada yang bergerak/berdiri. Saya positif thinking aja, mungkin orang-orang yang duduk sama seperti saya, sedang sakit semua. Karena tak ada satupun yang terlihat sedang hamil.

Tiba-tiba yang duduk di ujung nyaut: "Bu, kalau perlu duduk cari di bangku prioritas aja".

Saya diam. Lihat kiri kanan, susah gerak, gimana mau geser ke bangku prioritas yang letaknya tertutup orang-orang padat berdiri? Sementara penumpang berdiri lainnya tak ada satupun yang nampak berniat membantu saya. Ada apa gerangan yak?

Dua stasiun berlalu, saya masih berdiri. Ketika mulai banyak yang turun, terlihat seorang petugas KRL di sambungan gerbong wanita dan gerbong campur.

Saya melambaikan tangan sambil teriak: "Pak! Tolong bantu cari tempat duduk dong... Kaki saya sakit." 

Petugas langsung  nyamperin  saya dan mengarahkan untuk bergeser ke gerbong sebelahnya.

Katanya: "Di gerbong sini aja bu. Susah kalo di gerbong wanita mah. Saya juga bingung mintanya."

Nah, petugasnya aja udah nyerah duluan. Ngeri amat.. Ih, kok bisa begitu? Apakah orang-orang egois memang ngumpul di gerbong wanita itu? Atau karena "sesuatu" orang-orang di gerbong itu jadi egois sih?

Misteri...
Saya belum dapat jawabannya sampai sekarang.
Previous Post
Next Post

Lifestyle blogger, reviewer, content writer

4 komentar:

  1. Kalau di gerbong wanita saya juga males mbak, mending di gerbong biasa aja ga terlalu padat pula. Ibaratnya gerbong wanita itu bak arena hunger games versi duduk wkwkwk

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hehe iya bener mbak. Anak kereta juga toh #toss 😉

      Hapus
  2. Miris memang sesama wanita tapi gak ada empati ke sesama. Kalo kita mikir positif nya iya sama sama capek, tapi kalau udah diminta buat ibu hamil gak bergeming, sedih sih.

    BalasHapus