Rabu, 03 Agustus 2022

Ayo Dukung OYPMK Berdaya

 "Saat wawancara dengan HRD, saya bilang kalau saya OYPMK," tutur Mahdis Mustafa bercerita. Mahdis adalah Supervisor Cleaning Service yang membawahi 20 orang karyawan di perusahaan tempatnya bekerja. 


Sosok Mahdis menjadi insipirasi OYPMK (Orang Yang Pernah Mengalami Kusta), saat tidak semua kalangannya mendapat kesempatan bekerja yang sama seperti orang lain. Dia selalu jujur mengenai keadaannya dan memastikan bisa tidaknya bekerja di perusahaan yang dilamar.  Jika diterima, Mahdis akan melanjutkan proses rekrutmen. Jika tidak,  dia akan melamar kerja lagi ke perusahaan lain.

Berkat kegigihannya, Mahdis akhirnya diterima di PT. Azaretha Hana Megatrading sebagai tenaga  kebersihan outsourcing dengan jabatan supervisor. Ia memimpin 2 tim dengan total karyawan 20 orang laki-laki, dan hanya satu di antara mereka yang bukan OYPMK. 

Fakta Kusta di Indonesia 

Kusta di Indonesia masih menjadi problem yang kompleks, karena tidak hanya menimbulkan masalah medis, tetapi juga meluas hingga masalah sosial, ekonomi dan budaya. Ini terjadi karena masih banyak diskriminasi dan stigma di masyarakat terhadap penyandang kusta maupun keluarganya.

Berdasarkan data penelitian Kementerian Kesehatan, per tanggal 24 Januari 2022 jumlah kasus kusta di Indonesia tercatat ada 13.487 kasus dengan penemuan kasus baru ada 7.146 kasus. Kementerian Kesehatan juga melansir, saat ini masih ada 6 provinsi di Indonesia yang belum terbebas dari kusta. Enam provinsi yang belum mencapai target eliminasi kusta tersebut yaitu: Provinsi Gorontalo, Provinsi Sulawesi Utara, Provinsi Maluku, Provinsi Maluku Utara, Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat (sumber: p2pkemkes.go.id).

Masih banyaknya kasus kusta, dan akibat stigma yang masih berkembang di masyarakat, maka timbul masalah sosial untuk kalangan ini. OYPMK selalu dianggap sebagai kelompok yang tidak produktif, tidak punya kemampuan yang layak. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bagi perusahaan penyedia kerja. Khawatir akan kerugian materil maupun hambatan dalam menyediakan aksesibilitas di tempat kerja. 

Pentingnya Dukungan untuk OYPMK

Rabu, 27 Juli 2022 saya mengikuti live YouTube Talkshow Ruang Publik KBR bertajuk Peran Pemerintah Dalam Upaya Peningkatan Taraf Hidup OYPMK. Pada  kesempatan tersebut, hadir sebagai narasumber, Agus Suprapto, DRG. M.Kes, Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kemenko PMK RI serta Mahdis Mustafa, OYPMK Berdaya. 

Talkshow kali membuka lebih banyak wawasan saya tentang bagaimana tantangan OYPMK dan penyandang disabilitas pada umumnya, saat kembali ke masyarakat. Salah satu tantangan yang mereka hadapi adalah minimnya akses pekerjaan. 

Tercatat pada 2019, tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) disabilitas adalah sebesar 45,9%. Angka ini menunjukkan bahwa dari 10 penyandang disabilitas usia kerja, hanya sekitar 5 orang yang berhasil masuk dalam angkatan kerja. Rendahnya TPAK disabilitas ini mencerminkan tingkat kesulitan yang dialami penyandang disabilitas dan OYPMK di arena kerja. Padahal, seperti cerita Mahdis di atas, OYPMK pun dapat berdaya dan berkarya dengan baik seperti halnya orang lain.

Menurut DRG. Agus Suprapto, tak dapat dipungkiri bahwa masih banyak masyarakat yang takut tertular penyakit kusta dari OYPMK. Meski stigma semacam ini sulit dikendalikan, namun masyarakat dapat diedukasi bahwa kenyataannya tak seberbahaya itu. Orang yang sudah sembuh dari kusta sama dengan orang normal. Di sinilah pentingnya meningkatkan literasi kepada masyarakat

DRG. Agus pun berpesan, kesehatan dan kebersihan, menjadi kunci utama yang harus selalu diperhatikan oleh OYPMK agar kualitas kerja selalu terjaga, serta untuk menghindari risiko tertular atau menularkan berbagai macam penyakit. 

Di sisi lain, kondisi OYPMK jarang memiliki pendidikan tinggi, harus selalu makan obat (6 bulan-1 tahun), serta sebagian besar berasal dari kalangan ekonomi menegah ke bawah. Hal ini  menurut Mahdis yang menjadi tantangan OYPMK dalam memasuki dunia kerja. 


Mahdis yang aktif di organisasi ini pun masih terus berjuang tetap menjaga kesehatan dan kualitas hidupnya. Ia mengakui masih banyak divisi lain di perusahaan tempatnya berkerja yang memandang OYPMK sebelah mata, bahkan terang-terangan menolak berinteraksi. 

Namun itu semua ditepis dengan kesabaran serta menunjukkan performa kerjanya, sehingga lambat laun mereka yang menolak mulai menerima. 

Untuk rekan-rekan OYPMK, selalu jaga kesehatan, tetap belajar dan berusaha, ambil kesempatan dan peluang. - Mahdis Mustafa. 

Kisah Mahdis di atas menuntut kita semua untuk lebih melek literasi mengenai OYPMK. Tak hanya tugas pemerintah dengan berbagai programnya. Perusahaan pemberi kerja dan masyarakat umum pun perlu memberikan dukungan terhadap kalangan ini untuk dapat lebih berdaya di lingkungan sekitar. 

Previous Post
Next Post

Lifestyle blogger, reviewer, content writer

10 komentar:

  1. Salut pada Mahdis Mustafa yang OYPMK tapi berdaya, inspiratif sekali semangatnya. Setuju jika seringkali ada kekhawatiran perusahaan penyedia kerja pada OYPMK, khawatir akan kerugian materil maupun hambatan dalam menyediakan aksesibilitas di tempat kerja bagi mereka. Semoga kita semua bisa mendukung OYPMK agar lebih berdaya

    BalasHapus
  2. Kerja keras dan keuletan Mas Mahdis dkk yg dari 10 orang dalam satu tim sembilan orang adalah OYPMK patut kota apresiasi. Semoga jadi motivasi untuk penyandang disabilitas lain untuk terus berkarya dan mandiri.

    BalasHapus
  3. Masyarakat belum teredukasi dengan baik tentang penyakit kusta. Kebanyakan mereka mempercayai mitos yang mengatakan bahwa kusta itu mudah menular layaknya penularan flu. Semoga artikel ini semakin mencerahkan dan mendidik masyarakat untuk mendukung oypmk.

    BalasHapus
  4. Kasus OYPMK ini ternyata banyak juga ya di Indonesia. Belum tantangan yang berat bagi OYPMK dalam kehidupan sosial karena stigma negatif masyarakat terhadap penyandang kusta masih marak banget. Semoga kedepannya banyak perusahaan yang mau merekrut OYPMK.

    BalasHapus
  5. Senang sekali di Indonesia sekarang sudah mulai peduli kaum terpinggirkan seperti penderita kusta. Ada edukasi yang benar pada masyarakat dan dukungan pemberdayaan pada penderita kusta adalah langkah yang sangat tepat..

    BalasHapus
  6. Kalau jadi penyandang OYPMK itu berarti sudah sembuh total dari kusta kan ya?
    Sama seperti TBC gitu, minum obat selama 6 bulan dan sudah bisa dinyatakan sembuh

    Kasian juga ya masih banyak diskriminasi kepada OYPMK
    Padahal mereka punya hak yang sama dengan orang lain

    BalasHapus
  7. Semoga semakin banyak perusahaan yang mau mempekerjakan OYPMK ya kakk.... Kasian ya selama ini seperti di anak tirikan, padahal kalau di beri kesempatan pasti bisa kok. (Gusti yeni)

    BalasHapus
  8. Kebanyakan kusta ada di luar jawa ya, kalau aku sendiri bisa menggambarkan kusta itu seperti apa. Atau semacam gudiken gitu kah?

    BalasHapus
  9. Turut menyambut gembira dan mendukung gerakan membantu OYPMK ini. Mereka saudara-saudara yang sama dengan kita, jadi tidak perlu dibeda-bedakan. Ayo dukung OYPMK berdaya!

    BalasHapus
  10. Semua warga negara Indonesia berhak mendapatkan pekerjaan yang layak. Bahkan OYPMK pun juga bisa kerja asal sudah sembuh. Saya yakin masyarakat Indonesia sudah makin cerdas sekarang

    BalasHapus