Nasa datang paling pagi, duduk di bangku depan aula utama. Semua mahasiswa baru memakai baju setelan putih hitam, dengan pita di lengan kanan. Warna pita beda-beda sesuai jurusannya. Saat itu Nasa rambutnya dikuncir seadanya, nyaris acak-acakan. Mukanya polos tanpa riasan makeup. Dari kejauhan orang bisa salah kira. Dia seperti anak yang salah masuk ruangan.
Tapi yang bikin orang menoleh bukan penampilannya. Ada sesuatu dari cara Nasa memandang. Tatapannya kosong, dingin. Seperti orang yang sedang mendengar suara lain di kepalanya.
“Eeh, itu yang dikuncir, duduk paling depan. Tau enggak namanya?” bisik Vira ke Rere, teman satu kelompok ospek-nya. Mereka duduk di baris ketiga.
“Enggak tau, tapi liat warna pitanya biru berarti satu jurusan sih. Eh keliatan tuh nametag-nya, NASA. Nama atau planet sih?”
Mereka terkikik, tertawa kecil. Tapi tawa itu langsung hilang saat Nasa tiba-tiba menoleh ke arah mereka. Ia senyum lebar banget, tanpa kedip. Vira langsung pura-pura mengucek matanya.
Hari-hari ospek berjalan normal. Yup, seperti biasanya ospek arsitektur: ada begadang, bikin maket dadakan, dimarahi kakak tingkat, ngopi di kantin -yang entah kenapa lebih sering kehabisan kopi dari pada nasi.
Vira juga makin kenal dengan teman-teman sejurusannya. Termasuk Nasa, yang ternyata punya nama Nasashia. Tapi yang aneh bagi Vira, makin sering ia melihat Nasa, makin banyak hal yang… bikin kepalanya terus bertanya-tanya.
Kadang Nasa bisa jadi orang yang super heboh, bantu satu angkatan membuat maket bareng, atau tertawa paling kenceng di kantin saat dengan lelucon dari Mas Oboy, si office boy kampus yang suka dadakan jadi stand-up comedian.
Tapi besoknya, dia bisa menghilang. Datang-datang duduk sendirian di tangga belakang musholla kampus, memandang lama ke arah langit. Seharian itu tidak bicara sepatah kata pun.
Sampai suatu hari, saat presentasi tugas studio, laptop Rere mendadak nge-hang. Semua gambar desainnya hilang. Panik, dia buru-buru lari ke TU untuk pinjam laptop cadangan. Di lorong, dia melihat Nasa berdiri diam, menghadap tembok.
“Nasa?”
Tak ada respon. Rere berjalan lebih dekat, niat menepuk bahu Nasa… tapi langsung mundur.
Mata Nasa... merah. Bukan keseluruhan mata. Tapi ada satu titik kecil merah di tengah matanya. Seperti bercak darah. Dan itu bukan efek cahaya.
Seketika, Rere merasa pusing. Bulu kuduknya merinding. Tanpa berpikir, dia langsung putar badan dan lari.
Besoknya, Mas Oboy tidak terlihat. Info yang beredar, ia jatuh dari tangga gudang. Tapi gosipnya, dia sempat teriak-teriak histeris malam-malam. Saat Satpam menemuinya, Mas Oboy cuma bisa mengucap satu kalimat, berulang-ulang:
"Dia… liat aku… titik merahnya… liat aku…”
***
Baca juga : Review Film Stranger Things
Sketsa yang Hilang
Semenjak kejadian di lorong itu, Rere jadi susah tidur. Bayangan mata Nasa dengan titik merah itu terus terbayang. Dia bahkan sempat bermimpi buruk: matanya sendiri berdarah, dan di cermin, yang dia lihat bukan dirinya—tapi Nasa, tersenyum tanpa ekspresi.
Yang lebih aneh, keesokan harinya di studio, Nasa kembali ceria seperti biasa. Seolah tak pernah terjadi apa-apa.
"Rere, lu kenapa? Pucet banget," tanya Vira sambil duduk di sebelahnya.
Rere mau menjelaskan kejadian di lorong itu, tapi dia ragu. Bahkan dia sendiri tidak yakin apakah itu nyata atau cuma ilusi karena kecapekan. Tapi yang bikin makin ganjil, ternyata bukan cuma Rere yang mengalami hal aneh.
"Eh," Vira mendekat ke Rere berbisik, "Lu denger enggak? Sketsa-sketsanya Kak Dimas ilang. Padahal udah ditaruh di loker TU."
Dimas, mahasiswa semester lima yang terkenal perfeksionis itu, mendadak murung. Katanya sketsa untuk tugas akhir yang sudah dikerjakan berbulan-bulan, hilang begitu aja. Anehnya, cuma sketsanya yang lenyap—barang lain di loker masih ada.
"Enggak masuk akal…" gumam Dimas di lorong sambil menunduk, "Ada yang ngambil… tapi bukan manusia… gue liat dia. Dia mandang gue."
Hari-hari selanjutnya makin aneh. Pak Darto, tukang sapu senior yang tiap pagi biasa menyapu halaman depan kampus, menghilang dua hari tanpa kabar. Waktu akhirnya muncul lagi, dia terlihat linglung.
"Pak Darto, sakit ya kemarin?" tanya Bu Ratna dari kantor TU sambil menyusun map.
Pak Darto cuma menggeleng pelan, suaranya nyaris tak terdengar.
"Ada yang manggil saya, Bu… dari studio belakang. Padahal udah kosong."
Studio belakang, tempat mahasiswa tingkat akhir biasa kerja, ditutup sementara karena renovasi kecil. Tapi malam sebelumnya, ada mahasiswa yang pulang malam bilang, sempat melihat lampunya menyala sebentar.
Vira mulai curiga.
“Nasa… aneh banget. Kadang dia kayak nyambung banget sama kita, tapi kadang kayak orang lain. Gue pernah liat dia diem di musholla, ngeliatin jendela, sambil nyebut nama ibunya.”
Rere mengangguk pelan. “Lu pernah denger dia cerita soal keluarganya?”
“Belum. Tapi… kemarin gue nekat nanya.”
Vira membuka ponselnya, nunjukin catatan kecil yang dia tulis.
"Katanya, ibunya meninggal dua bulan sebelum dia keterima kuliah di sini. Bunuh diri. Lompat dari lantai dua rumahnya… Nasa yang pertama nemuin jasadnya.”
Suasana mendadak sunyi. Bahkan suara denting sendok di kantin kampus seperti berhenti sebentar.
Dan malam itu… sesuatu kembali terjadi.
Di cermin toilet kampus, salah satu mahasiswi, Diba, berteriak histeris. Waktu ditanya, dia bilang sempat lihat Nasa di cermin... padahal saat itu Nasa absen seharian.
Dina bersumpah melihat mata Nasa… ada titik merahnya, tapi bukan cuma satu.
Ada dua.
BERSAMBUNG...
Waduuhhh, ceritanya thriller mode banget iniii.
BalasHapusPastinya bikin pembaca penasaran.
Ga sabar nunggu kelanjutannya nih mbaaa
seruuu, apalagi lokasinya di kampus ya.
Waah bikin penasaran ini. Saya suka genre cerita yg seperti ini.
BalasHapusBagaimana kelanjutannya? Saya bisa baca dimana cerita ini?
Sungguh misterius ya titik merah yang ada di mata Nasa. Orangnya juga aneh malah kadang bikin takut dan penasaran, ehh kok malah bersambung jadi makin penasaran deh π
BalasHapusPertama baca kirain mbaknya lagi Ngisahin tentang dirinya sebagai mahasiswa baru, ternyata cerita ya. Bisa bisanya saya kegocekπ
BalasHapusSemakin penasaran ketika dibilang dimatanya ada titik merah. Menarik nih.
BalasHapusSiapakah dia dan kisah selanjutnya seperti apa ya? ditunggu kelanjutannya.
APakah itu beneran Nasa yang mereka kenal atau Nasa yang dari alam lain nih? Korban2nya udah banyak aja karena melihat titik merah di matanya Nasa.
BalasHapusLanjut donk mbaak...nanggung nih bacanya. Si Nasa ini jelmaan makhluk ghoib ya? Aah jadi penasaran.
BalasHapusMbaaaa kenapa bersambuuuung π€£π€£π€£π€£π€£. Bikin penasaran aja. Atau dibuat nih sambungannya? Ntr aku cek deh.
BalasHapusSeruuuu ih. Aku paling suka cerita misteri giniii πππ. Kalo semisal sambungan blm dibuat, ntr kalo udh ada, kabarin loh yaaa ππpengen tahu kenapa dengan si nasa
Ternyata ini cerita bersambung. Sedari awal sudah dibikin penuh tanya dan menebak-nebak. Jadi ngira kalau Nasa memang bukan manusia kah? Semacam ada misi balas dendam apa gimana? Nggak sabar baca kelanjutannya. Jangan-jangan endingnya diluar nalar nih π. Bikin menebak semua kemungkinan hahaha OVT.
BalasHapusLanjutin mbaak, penasaran heuheu. Aku paling suka cerita genre horor begini, berasa kayak diceritain sama hirotada hehehe
BalasHapusJadi keingetan juga sama ide ceritakuuu, duh kapan yak mau eksekusi
Sudah ada lanjutannya kah? Wahh seru baca cerbungnya. Kira-kira titik merah di mata ini karena penyakit atau hal lain ya?
BalasHapusMbak Mila kelanjutannya bagaimana? berhenti mendadak seperti ini membuat rasa penasaranku memuncak lho, kabari ya kelanjutannya
BalasHapusTitik merahnya jadi dia di mata Nasa?
BalasHapusApakah karena dia sakit mata atau kebanyakan ngetik di hape atau di lappi? Hehehe.. Udah tahu kisahnya lagi bikin deg-degan, malah ngelawak aja si Fenni hehe
omg kenapa horror giniii. mana aku bukanya malem-malem pula. tapi bikin penasaran sih wkwk. moga lanjutannya segera publish
BalasHapusAyoo mbak lanjutiin, hehehe. Agak penasaran yaa kalau cerita bersambung gini. Tapi justru itu yang seru juga sih, jadi ada hal yang ditunggu tunggu, ahaha
BalasHapusSaya suka cerita ganre begini. Ada misterinya yang membuat penasaran. kapan mata Nasa ada titik merahnya? Apa saat ia menemukan jasad ibunya? Ah, jadi penasaran nih hehehe.
BalasHapusNasa kayanyaaa... possesed yaa??
BalasHapusTampaknyaaa.. orang-orang yang penuh penyesalan akan mudah di "rasuki" oleh orang yang uda meninggal namun masih memiliki "pesan" sebelum kematian yang belum tersampaikan.
Eh, ini cuma tebak tebak buah manggis siih..
Karena horor-nya sekaligus thriller.
Kereeen eeuuii.. author ka Mila.
Titik merah seperti ini tuh ingetin sama kakak sepupu saya yang sudah almarhum
BalasHapusDia sakit sehingga meninggal
Makanya aku penasaran sama titik merah itu
Ah menarik juga ceritanya
BalasHapusKehidupan kampus, bikin nostalgia di masa masa kuliah
Ini nanti lanjutannya bisa dibaca dimana mbak
Penasaran ceritanya menegangkan dan menakutkan, untung baca blog ini siang hihi ditunggu lanjutannya ya Nasa.. apakah dia pakai soft lens?
BalasHapuswaduh degdegan bacanya jadinya, kalau baca cerbung gini suka ga tahan nunggu lanjutannya apalagi ceritanya misteri gini jadi suka tebak-tebakan sendiri deh, dan pas baca gini penasaran nunggu lanjutannya
BalasHapus