Jumat, 20 Mei 2022

Review Film KKN di Desa Penari, Apakah Sesuai Cerita Aslinya?


Saat PPKM mulai longgar dan pemerintah membolehkan kegiatan secara normal, saya mulai berani untuk menonton bioskop lagi dan penasaran dengan film terlaris sepanjang masa perfilman Indonesia, yaitu KKN di Desa Penari. Lebih dari 9 juta orang tercatat menonton film ini di bioskop sejak tayang perdana 30 April 2022.

Jujurly, saya bukan penikmat thread Twitter yang berjilid-jilid karena saya sendiri jarang buka Twitter. Jadi kudet (kurang update) deh. Saya baru tahu kalau film KKN di Desa Penari adalah adaptasi dari cerita utas Twitter (yang menurut penulisnya merupakan kisah nyata), setelah saya menonton film ini dan membaca berbagai ulasannya.

Jika banyak orang menunggu-nunggu film ini hadir, setelah membaca cerita pada akun Twitter @SimpleMan sejak 24 Juni hingga 25 Juli 2019, terbalik dengan saya yang tidak tahu apa-apa ini. Saya nonton filmnya dulu, baru baca utas Twitter-nya. Maka, kesan saya saat menonton film bergenre horor ini, tidak terpengaruh oleh cerita aslinya di Twitter. 

Sinopsis Film KKN di Desa Penari

Kisah KKN di Desa Penari disebut terjadi sekitar tahun 2009. Enam orang mahasiswa yaitu Widya (Adinda Thomas), Nur (Tissa Biani),  Ayu (Aghniny Haque), Bima (Achmad Megantara), Anton (Calvin Jeremy), dan Wahyu (Fajar Nugraha) melaksanakan tugas KKN (kuliah kerja nyata) di sebuah desa terpencil di Kabupaten "B". 


Awalnya, tak ada yang menyangka bahwa desa ini bukan desa biasa. Pak Prabu (Kiki Narendra), kepala desa di sana, hanya memperingatkan mahasiswa untuk tidak melewati batas gapura terlarang yang disebut Tapak Tilas. 

Hari-hari keenam mahasiswa melaksanakan tugasnya di desa tersebut menjadi mencekam setelah Nur dan Widya diganggu sosok penari cantik. Widya ternyata diincar oleh bangsa lelembut di sana karena "berdarah manis". Sedangkan Nur memang punya kepekaan tinggi terhadap hal gaib. Kemudian, kejanggalan terus terjadi seperti Bima yang berubah sikap hingga program KKN para mahasiswa pun amburadul.

Belakangan, Nur menemukan fakta bahwa ada temannya melanggar aturan di desa tersebut. Hal itu membuat sosok penari bernama Badarawuhi (Aulia Sarah), makhluk penunggu lokasi di sana, memanfaatkan situasi. Badarawuhi digambarkan sebagai siluman ular cantik yang juga dawuh (penari) dan penguasa sinden (tempat mandi para penari).

Teror Badarawuhi yang semakin mencekam, membuat mereka meminta bantuan tetua setempat bernama Mbah Buyut (Diding Boneng). Sayangnya, Mbah Buyut  tidak dapat berbuat banyak, dan para mahasiswa terancam tidak bisa pulang dengan selamat dari desa yang semua warganya berusia tua itu. 

Cerita berakhir tragis saat pelaku yang melanggar aturan desa itu meninggal dengan cara yang mengenaskan karena terjebak di alam gaib. 

KKN di Desa Penari disutradarai oleh Awi Suryadi, diproduksi oleh MD Pictures dan Pichouse Films, dengan produser Manoj Punjabi. Film ini sempat dijadwalkan tayang di bioskop pada Maret 2020 dan Februari 2022, namun dibatalkan karena pandemi Covid-19. 

Pesan Film KKN di Desa Penari

Terlepas dari percaya tidak percaya, nyata atau fiktif, kisah KKN di Desa Penari membawa pesan tersendiri, kurang lebih sebagai berikut. 

1. Kita harus menghormati adat istiadat desa atau suatu tempat dengan mengikuti aturan yang berlaku di sana saat berkunjung ke sana. 

2. Tutur kata dan tata krama yang baik dibutuhkan saat bertamu atau berkunjung ke suatu tempat. 

3. Ada alam lain yang hidup berdampingan dengan alam manusia. Kekuatan iman lah yang dapat membuat kita terhindar dari berbagai godaan menyesatkan. 
 

Kesan Film KKN di Desa Penari

Saya memang penyuka film genre horor, thriller dan misteri. Tapi terus terang, saya lebih sering menonton film produksi Hollywood, karena buat saya terasa lebih menegangkan, dari segi cerita maupun efek sinematografi. 

Penasaran saya terhadap film KKN di Desa Penari lebih karena kabar bahwa ceritanya yang viral di Twitter itu merupakan kisah nyata. Membayangkan ada kisah mistis beneran saat melakukan program kerja kuliah, sepertinya menarik untuk ditonton. Apakah rasa penasaran saya terpenuhi setelah menonton film ini? 

Buat yang baru menonton dan tidak tahu cerita lengkapnya di Twitter seperti saya, sejujurnya saya kurang paham dengan jalan ceritanya. Kenapa Ayu yang akhirnya jadi tumbal Badarawuhi, dan kenapa Widya berhasil lolos padahal Widya yang sejak awal diinginkan siluman ular itu? Alur cerita film ini seperti kehilangan fokus. Saya perlu berpikir lagi untuk mengerti apa maksud filmnya. 

Dari sisi latar tempat, gambaran desa terpencil, hutan maupun sinden tempat pemandian mahasiswi cukup mewakili film. Namun tidak seseram yang dibayangkan. Ya mungkin kalau lokasinya serem banget, para mahasiswa juga ogah KKN di sana ya. Hehe... 

Tapi ini film buat saya ini gak ada horor horornya. Bukan karena tidak ada darah dan sosok seram, tapi lebih karena scene-nya yang tidak berhasil membangunkan bulu kuduk (saya). Hanya ada jump scare di sana sini yang kadang dapat ditebak. Kening saya pun berkerut saat mbah Buyut tiba-tiba berubah menjadi seekor anjing, untuk memandu Widya kembali ke alam nyata. 

Dari sisi pemain, saya apresiasi Tissa Biani di film ini. Peran Tissa sebagai Nur memang menonjol di film KKN di Desa Penari sebagai karakter yang merasakan awal mula keanehan di desa. Ia juga yang dominan berinisiatif di antara teman-teman lainnya. Akting Tissa tampak natural meskipun "terpaksa" menjadi orang yang selalu bertampang serius di sepanjang film. 

Tissa Biani sebagai Nur

Akhir film yang menampilkan seolah-olah dokumentasi atas kisah nyata yang diceritakan, menurut saya tidak perlu. Hal ini malah membuat keraguan saya akan embel-embel "kisah nyata" yang dijual film ini. 

Kesimpulannya? Yes, saya kurang puas menonton film KKN di Desa Penari, karena saya lebih paham jalan ceritanya setelah baca utas Twitternya. Meski demikian, sebagai hiburan setelah sekian lama terisolasi, film ini okelah. Dan saya acungkan 4 jempol atas strategi marketing film ini yang berhasil menjaring penasaran dan antusiasme masyarakat untuk menonton. Juga dengan gimmick versi cut dan uncut-nya. 

Sumber gambar : Instagram @kknmovie
Previous Post
Next Post

Lifestyle blogger, reviewer, content writer

11 komentar:

  1. Saya belum pernah lihat film ini sih, hanya sempat tahu ceritanya dari radio, karena kebetulan mahasiswanya berasal dari Universitas di Surabaya juga
    Selain itu saya juga kurang tertarik melihat film dengan genre horor seperti ini

    BalasHapus
  2. Aku dulu sempat baca ceritanya di FB berjilid jilid tapi 1 part aja. Ditambah aku juga tidak terlalu suka horor akhirnya ga nonton filmnya juga. Tapi kalau sampai 9 juta orang yang nonton berarti marketingnya sukses ya.

    BalasHapus
  3. Saya sampai sekarang kalau disuruh nonton film ini takut. Hahaha.. Baca threadnya di twitter sudah cukup bikin kurang tidur dua hari. Tapi memang kita bisa dapat nilai moralnya dari kisah horor ini. ❤️

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lebih horror cerita di twitternya kak.. klo nonton filmnya biasa aja hehe

      Hapus
  4. Wah aku baru tau kalau film ini cerita dari Twitter. Aku kira dari novel yg diangkat jadi film kaya biasanya film Indonesia, hehe. Wah kalau Hollywood sih udah ga diragukan lagi keseramannya ya hahah serem bgt. Aku sih mau dari manapun tetep gak suka horror. Buat aku yg gak suka horror, baca ini aku masih bisa santuy 😂 udah deg²an aja aku lihat judulnya, wkwkwk.

    BalasHapus
  5. Film populer yang belum berhasil membuat saya menontonnya, Kak. Hahaha. Pengalaman dulu banget nonton horor cuma kena efek kejut jump scare. Saya lebih memilih hiburan dengan menonton serial film pendek di YouTube sekarang.

    BalasHapus
  6. Saya termasuk yg gak berani nonton film horror sih. Tapi saya malah sudah baca thread twitternya Simple man ini karena penasaran dan pas baca memang agak seram sih. Katanya banyak yang bilang pas nonton filmnya gak seseram cerita aslinya ya.

    BalasHapus
  7. Dari dulu kalo denger atau baca judul ini bawaannya udah horor dan ga berani lanjut. Ternyata ceritanya kaya gitu ya.

    BalasHapus
  8. Pas cerita ini rame di twitter, saya cuma tahu kabarnya aja. Tapi saya juga ga baca karena saya mmg sgt jarang buka twitter hehe. Pas jadi film, ga nyangka tembus jutaan penonton. Haha, kenapa ya di Indo banyakan film horor yg tembus jutaan penonton (eh iya gak sih kalau dibandingkan dg film non-horor? Saya nggak pernah ngitung). Saya sendiri nonton di layanan streaming..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya bener, film horor indo umumnya lebih laris manis

      Hapus