Selasa, 01 Juli 2025

Cerita Short Trip ke Surabaya

Long wiken akhir Juni ini sempat bikin galau. Si adik, anak SMA, mulai libur sekolah 2 minggu lebih. Sementara kakaknya yang kuliah di Surabaya libur juga, tapi ada kegiatan organisasi di bulan Juli. Nanggung kalau si kakak balik ke Bogor, akhirnya diputuskan yang di Bogor ajalah ke Surabaya. 

Eh ternyata si adik ada janji acara pula hari Sabtu malamnya, yang gak mau banget dilewatkan. Jadilah perjalanan dirancang sesingkat mungkin. Berangkat Rabu malam, Sabtu pagi udah di Bogor lagi. Terkesan maksain banget sih, semalam doang di Surabaya, yang dengan perjalanan jadi 3 malam. Tapi its okay lah, biar tetep ada cerita liburan, dan sesekali ngumpulin kakak beradik ini di Surabaya 😊. 

Perjalanan ke Surabaya

Berangkat ke Surabaya, kami naik kereta api (KA) malam Gumarang Jakarta Pasar Senen - Surabaya Pasar Turi kelas eksekutif. Jadwal berangkat pukul 21.30. Sebenarnya ada banyak pilihan kereta lain yang menurut pengalaman "lebih nyaman". Pilihan jatuh ke KA Gumarang dengan pertimbangan sampai di Surabaya pukul 8.00 pagi. 

Jadwal kereta lainnya, ada yang tiba di Surabaya pukul 2 dini hari atau ada juga yang pukul 4 subuh. Berhubung tak ada rencana ke rumah kerabat, kami menghindari tiba di Surabaya sebelum matahari terbit, agar bisa langsung jalan-jalan sebelum check-in hotel jam 2 siang. 

Review naik KA Gumarang Eksekutif nanti aku buat di tulisan berbeda ya 😏. 

Jalan-jalan Seputar Surabaya Pusat

Waktu menunjukkan pukul 8 lewat 5 menit di Stasiun Pasar Turi Surabaya saat kereta Gumarang yang kami naiki tiba. Karena belum sarapan, jadi kami rencana sarapan dulu di luar stasiun. Setelah ketemuan dengan si kakak yang memang aku suruh nyamperin ke stasiun, kami berdiskusi mau ke mana. Sebetulnya udah direncanakan sih kalau jalan-jalannya di seputar Surabaya Pusat aja, agar tak jauh dari hotel di daerah Genteng, Surabaya Pusat. 

1. Ke Monumen Kapal Selam

Akhirnya kami putuskan menuju ke Monumen Kapal Selam (Monkasel), yang sudah buka sejak pukul 8.00. Kalau baca beberapa review di Google katanya ada banyak tempat makan di sana, jadi kami pikir sekalian aja cari sarapan di sana. 

Sampai di Monkasel, niat langsung dapat sarapan pupus sudah, karena yang ada kios warung-warung yang hanya menjual minuman dan snack. Ada kantin di bagian dalam pun, tutup atau belum buka. Yaa sudahlah tahan dulu laparnya, kita langsung menuju ke kapal selam... Hehe. 


Monkasel dibangun untuk mengenang KRI Pasopati, kapal selam yang punya peran penting zaman perjuangan Indonesia. Monumen ini dibuka resmi tahun 1998, diresmikan oleh KSAL Laks. Arief Kushariadi dan sampai sekarang jadi salah satu ikon kota Surabaya. Ini kalo untuk orang Surabaya sendiri mungkin bosen lihat monumen kapal selam, karena kapal ini ‘parkir’ permanen di jalan raya protokol, tepatnya di Jl. Pemuda No. 39, Embong Kaliasin, Surabaya. Bisa kelihatan dari jalan, kalau tiap lewat situ. Tapi buat kami yang dari Bogor, ya lumayan penasaran pingin liat isinya. 


KRI Pasopati 410 termasuk kapal selam tipe Whiskey Class buatan Vladivostok, Rusia. Mulai aktif di Angkatan Laut Indonesia sejak 29 Januari 1962, tugasnya cukup berat, mulai dari menyerang kapal musuh, patroli diam-diam, sampai ikut operasi penting seperti Trikora. Kapal lawas ini punya panjang 76,6 meter dan lebar 6,3 meter. 



Berikut foto-foto bagian dalam Monkasel. Untungnya saat itu masih pagi dan hari kerja (Kamis), jadi pengunjung tidak terlalu ramai. Kami menyusuri ruangan kapal selam dari pintu masuk depan sampai pintu keluar belakang, lumayan agak sumpek... padahal pengunjung masih sedikit dan di beberapa ruangan dipasang AC.

Tempat tidur Perwira

Ruang Komandan - sempit hehe..


Ruang komunikasi, ruang mesin, sonar, bilik hitung, kamar mandi

Pintu antar ruang - ada yang harus menunduk untuk lewat situ. 
Tiga kali lewatin pintu bulat itu, ampun deh kalo orang tua sih susah pasti

Periskop atau teropong kapal selam

Fasilitas di area Monkasel sendiri cukup lengkap. Ada toilet, musholla, ruang nonton film dokumenter (Video Rama), pertunjukan musik live, dan naik perahu di wisata air Kalimas. Di sekitar lokasi juga ada kios tempat jajan makanan/minuman, kolam renang kecil tuk anak, dan kios suvenir buat oleh-oleh. Oya harga tiket Rp15K perorang sudah include menonton film dokumenter. Tapi kami skip nonton itu, karena tayangnya agak siang. 

Tak terasa sudah sejam lebih kami menjelajah isi kapal selam. Keluar dari Monkasel, hawa panas mulai terasa membakar kulit. Waktu menunjukkan  pukul 10 kurang dan kami belum sarapan juga hahah, sekalian makan siang ini mah 😫.

Saat jalan keluar monumen, kami baru ngeh kalau persis di sebelahnya itu ada mal Plaza Surabaya. Bahkan kita bisa masuk dari parkirannya di dalam. Yo wes lah jalan sedikit ke mal, kami ngadem sambil cari makan. 

Plaza Surabaya buka jam 10 teng dan kami langsung menuju food court-nya untuk isi perut.

2. Ke Kota Lama Surabaya

Selesai makan, di mal muter-muter sebentar, setelah itu kami naik taksi online ke Kota Lama Surabaya. Driver taksol memberikan masukan, kalau ke Kota Lama sebetulnya lebih menarik sore hari untuk view dan foto-foto. Tapi berhubung waktunya tidak memadai, kami tetap ke Kota Lama siang itu. 

Pemandangan Kota Lama yaa... mirip Kota Tua Jakarta, dengan berbagai gedung kuno peninggalan Belanda yang tetap dipertahankan bentuk bangunannya. Ada juga jambatan merah dan pusat grosir Plaza Jembatan Merah. Pusat lokasi Kota Lama adalah taman dengan pohon rindang dan beberapa spot untuk duduk-duduk. Di pinggir taman banyak juga bentor (becak motor) yang menawarkan keliling Kota Tua dengan tarif Rp20K. 

Sudut-sudut Kota Lama Surabaya
Ada replika mobil Jend. Mallaby, Perwira Inggris yang terbunuh tahun 1945

Di salah satu sudut di taman Kota Lama ini juga ada lapangan yang bisa digunakan untuk main basket atau main bola.

Ada beberapa anak sedang main bola saat kami lewat situ, dan cuaca sedang terik. Aku dan si kakak cari tempat ngadem sambil foto-foto, sementara si adik malah nonton bocah main bola. Yah maklum anak yang ini memang hobi bola dan olahraga sejak kecil. 

Saat ditinggal foto-foto, eh taunya dia ikut main bola dong.. Ohemji. Ini anak sok asik apa emang supel banget sampe bisa membaur sama bocil yang gak dikenal?!

Bocah gede nimbrung main bola dengan bocah cilik :))

Komen si adik setelah selesai jadi penjaga gawang: "Seru bunda, ini tuh vibes-nya kayak di Brazil".

"Hah..?"

3. Check in Hotel

Setengah jam menjelang waktu check in, kami beranjak dari Kota Lama menuju hotel. Hotelnya di daerah Genteng, yaitu Surabaya River View. 

Oya kami menclok ke sana kemari itu sebetulnya berdekatan semua tempatnya. Jadi kalau naik taksi online itu dari tadi tarifnya hanya Rp 15 ribu sampai Rp 20 ribu aja. 

Proses check-in di Hotel Surabaya River View (SRV) mudah dan cepat plus dapat harga terbaik booking dari Agoda dengan promo pembayaran pakai Jenius. Aku pilih family room dengan 1 double bed + 1 single bed untuk 3 orang. 

Hotel bintang 3 ini bersih dan punya pool di rooftop-nya lantai 12. Setelah istirahat, menjelang sore anak-anak jagoan itupun berenang di pool hotel. 

Review lengkap hotel ini, nantikan yaa... 😊

4. Makan Malam di Resto AYCE

Aku yang niat mau makan malam khas Surabaya atau Jawa Timuran, terpaksa harus "mengalah" karena keinginan si adik yang ingin menraktir makan di resto all you can eat (AYCE). Ish, kapan lagi ditraktir sama anak... Tak boleh ditolak. Wkwkwk. 

Resto yang dipilih namanya Ikon, Korean AYCE. Letaknya tak terlalu jauh dari hotel, di Jln. Kertajaya 42A, Gubeng, Surabaya. Yang lucu, titik di map taksi online salah. Alhasil sempat bikin kita nyasar masuk gang perumahan. Tenyata posisi Ikon ini di sebrang jalan titik yang salah tadi. 

Makan di Ikon ini yah begitulah, AYCE bukan tipe resto favoritku sih. Tapi anak-anak puas. Interiornya K-Popers banget, menunya banyak dan tidak mengecewakan. 

Berikut pricelist-nya (Juni 2025) :
- Dewasa : Rp132.825 nett/pax
- Anak-anak di bawah 110cm : Free
- Anak-anak 110 cm - di bawah 140 cm : Rp66.412 nett/pax
- Anak-anak 140cm-di atasnya : Harga dewasa

Durasi makan di resto ini 120 menit dan untuk reservasi disyaratkan minimal 4 orang dewasa + DP 50%.

Lebih lengkapnya bisa cek di Instagram resto ini : @ikon_kita.

Dari Ikon tadinya aku niat mlaku-mlaku nang Tunjungan. Ehh ternyata gerimis dong keluar dari resto. Dari pada kepala pening karena kebanyakan daging + kehujanan, akhirnya kami balik ke hotel. 

5. Ke Jl. Tunjungan

Jalan-jalan di Tunjungan kesampean besok harinya setelah kami check-out. Keluar hotel, langsung jalan kaki yang sekitar 500 meter aja sudah sampai ke Jl. Tunjungan. Di sini juga mirip suasana di Braga Bandung, banyak bangunan hotel, dan pertokoan/tempat makan. 

Kami sempat melewati Museum Surabaya Siola yang tutup karena hari itu tanggal merah. Lalu masuk ke FamilyMart besar yang di dalamnya ada barista robot. Si adik pesan kopi americano karena pingin lihat robot beraksi. Dari situ kami sampai di Tunjungan Plaza (TP), yang menurut Wikipedia merupakan mal terbesar kedua di Indonesia. Pusat perbelanjaan ini punya 6 bangunan utama yang saling berhubungan (Tunjungan Plaza 1-6).

Halaman Museum Surabaya Siola

Robot barista "Omron"

Capek jalan di mal, akhirnya kami isi perut di foodcourt di TP-2 siang itu. 

6. Ke Pusat Oleh-oleh Bu Rudy sebelum Pulang

Di TP mau beli oleh-oleh kok gak ada yang sreg, akhirnya kami keluar mal dan naik taksi online lagi menuju Pusat Oleh-oleh Bu Rudy. Di sini mah gudangnya oleh-oleh. Apa aja ada. 

Setelah sejam di Bu Rudy (lama karena antre kasir), kami pun bergegas menuju Terminal Bungurasih. Tebak naik apa? Perdana naik sleeper bus KYM Trans Surabaya Bogor! 

Kenapa gak naik kereta lagi? Pingin nyobain aja supaya ada pengalaman baru di perjalanan singkat ini. Next lagi yaa cerita tentang sleeper busnya 🤭. 

Okay... Gitu deh cerita short trip ke Surabaya.

Jumat, 28 Februari 2025

Pengalaman Cek Kesehatan Gratis, Kado Ultah Ibu

28 Februari 2025.

Hari ini ibuku ulang tahun ke 85. Barakallaahu fii umrik... Alhamdulillah, semoga sehat wal afiat terus ya Ibu, Eyang tersayang. 

Biasanya, saat Ibu ultah kami sekeluarga anak cucu Ibu, kumpul makan-makan dan berdoa bersama, bisa di rumah atau di rumah makan. Kebersamaan simpel seperti itu saja jadi kebahagiaan tersendiri bagi Ibu. 

Tapi ada yang berbeda pada milad Ibu tahun ini. Yup Ibu dapat kado ulang tahun dari Pemerintah, berupa cek kesehatan gratis tis.. Sebenernya, cek kesehatan bukan hal yang baru buat Ibuku. Ibu adalah orang yang aware dengan kesehatannya sendiri, dan selalu cek darah mandiri di laboratorium minimal setahun 2 kali. 

"Cek lab enggak usah nunggu sakit", ujar ibu mengajarkan kami. Menurut ibu, deteksi dini penyakit jauh lebih baik dari pada pengobatan setelah menderita penyakit. 

Qadarullah tgl 28 Februari ini jatuhnya hari Jumat. Rencana mau Cek Kesehatan Gratis (CKG) hari Sabtu tidak jadi karena Sabtu itu hari pertama puasa Ramadhan. 

Aku yang mengantar Ibu CKG awalnya merasa H2C (harap-harap cemas), karena lokasi yang ditunjuk untuk pemeriksaan cek kesehatan itu hanya Puskesmas. Tidak ada pilihan CKG di Klinik seperti Fasilitas Kesehatan pertama BPJS. 

Puskesmas? Mmm.. Kapan ya terakhir ke Puskesmas? Lewat doang sih sering, sambil melihat antrenya orang-orang yang berobat di sana. Tapi, karena ibu yang semangat '45 untuk CKG di hari lahirnya, aku bela-belain cuti kantor deh tuk nganter ke Puskesmas.
 

Cara Daftar Cek Kesehatan Gratis

Untuk yang belum tau, CKG adalah program pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat Indonesia dan mengurangi beban penyakit yang bisa dicegah (sumber: kemenkes.go.id). 

CKG menjadi kado ultah dari negara kepada masyarakat Indonesia dan sudah dimulai sejak 10 Februari 2025 yang lalu. Jadi, setiap warga negara yang berulang tahun, berhak memiliki tiket cek kesehatan gratis pada tanggal ulang tahunnya, dengan masa berlaku hingga 30 hari setelah ultah.

Masyarakat yang bisa mendapatkan CKG ini mulai dari bayi/balita, remaja, dewasa, hingga lansia. Untuk anak/remaja usia sekolah (7-17 tahun), kabarnya CKG akan dilaksanakan di sekolah-sekolah pada Juli 2025.

Berikut cara Ibu memperoleh CKG di Puskesmas:
  1. Unduh aplikasi Satu Sehat Mobile di ponsel, isi profil. Fyi, aplikasi ini merupakan pengganti aplikasi PeduliLindungi yang sudah almarhum. Jika kita pernah pakai PeduliLindungi saat zaman Covid-19 dulu, record vaksinasi dan sertifikatnya masih dapat ditemukan di Satu Sehat Mobile.
  2. Setelah mengisi profil, cari fitur Pemeriksaan Kesehatan Gratis. 
  3. Klik tiket pemeriksaan untuk mendaftar 
  4. Pilih lokasi Puskesmas dan tanggal kedatangan (maksimal H+30 setelah tanggal ultah) 
  5. Datang ke Puskesmas pada hari yang telah di-booking di tiket.
Gampang banget kan?
Oya di aplikasi Satu Sehat Mobile, kita juga dapat mendaftarkan anak atau keluarga untuk CKG. Jadi aplikasinya cukup dari 1 ponsel untuk mendaftarkan beberapa orang.

Aplikasi Satu Sehat Mobile & Fitur untuk Daftar CkG

Alternatif pendaftaran CKG lainnya adalah melalui chatbot WhatsApp di nomor 081110500567. Atau, untuk yang tidak memiliki ponsel, bisa juga langsung daftar ke Puskesmas di hari ultahnya. 

Pendaftaran ke Puskesmas tak harus sesuai domisili lho. Bisa pilih Puskesmas beda kecamatan atau bahkan Puskesmas beda kota dengan yang tercantum di KTP, jika kita sedang berada di luar kota.

Ibuku pilih Puskesmas terdekat dan sesuai dengan area KTP, yaitu Puskesmas Bogor Timur.


Akhirnya ke Puskesmas

Saat tiba jadwal CKG Ibu di Puskesmas, itu sebenarnya adalah momen langka, karena sudah berpuluh tahun kami tidak menginjakkan kaki di faskes primer itu hehe...

Datang pukul 7.20 karena khawatir antre, saat itu pengunjung Puskesmas sudah banyak yang datang (sekitar 10-12 orang) dan tampak mengerumuni seseorang yang sedang membagikan nomor antrean. Sementara pintu masuk Puskesmas belum dibuka.

Pintu masuk Puskesmas

"Lansia, balita, ibu hamil, laboratorium, gigi, yang sudah daftar online...", seru orang yang mengangkat tangannya membagi-bagikan tiket nomor. Ternyata pembagian nomor antrean dipisah sesuai kategorinya, dibedakan dengan huruf di depannya. A001, C002, F003, dst. Mirip sih dengan di rumah sakit swasta yang membedakan kode nomor antrean pasien reguler, pasien asuransi, pasien BPJS, dll. Tapi kok metodenya berkerumun rebutan gitu? 

Ada kursi tunggu di halaman Puskesmas, so aku minta Ibu duduk di situ sambil menunggu aku ambil nomor antrean.

"Cek Kesehatan Gratis pak, ambil di sini juga nomornya?" tanyaku agak berteriak di tengah kerumunan.

"Itu nanti langsung aja kalau udah ada petugasnya," jawab si Bapak yang membuatku langsung mundur dari kerumunan. Aku pun duduk di sebelah ibu, menunggu pintu masuk Puskesmas terbuka.

Jam 8 kurang 10 pintu dibuka, di dalam ruangan masih tampak sedang dibersihkan. Ada mesin tiket nomor yang letaknya di dekat pintu masuk, dan ada petugas yang berdiri di sebelahnya.

Aku perhatikan beberapa orang yang baru datang (tapi mungkin udah biasa berobat di situ), menghampiri petugas itu di dalam, meminta nomor. Owh hmm.. ternyata kerumunan tadi hanya untuk membagikan nomor buat yang datang pagi banget sebelum pintu dibuka.  

Penasaran, aku masuk menghampiri si petugas tiket. Saat bilang cek kesehatan gratis, petugas itu tanya apakah sudah daftar di aplikasi. Karena sudah daftar, aku langsung diberikan tiket nomor: G002, yang berarti antrean kedua untuk CKG. Ada skrining mandiri di aplikasi Satu Sehat dan petugas itu mengarahkan aku untuk mengisinya. 


Aku baru tau kalau lansia menjadi prioritas pertama di Puskesmas. "Lansia silahkan masuk, lanjut nomor A1 sampai A10 masuk", sahut petugas mempersilakan pasien masuk saat pukul 8 lebih sedikit. Kami pun masuk.

Kesan Puskesmas zaman dahulu berubah setelah kami melangkah masuk. Ruangannya ber-AC, bersih dan rapi tertata. Ada papan petunjuk di sisi atas menandai bagian/poli di Puskesmas ini. 

Dari pintu masuk terlihat meja pendaftaran dan tangga ke lantai 2. Kursi tunggu pasien berbaris rapi di kanan kirinya. Kursi khusus prioritas ada di barisan paling depan kursi tunggu itu. Mantap deh, Puskesmas ini kini nyaman, serta ramah lansia, ibu hamil dan penyandang disabilitas. 

Ruang tunggu Puskesmas, ada kursi prioritas

Tahapan Cek Kesehatan Gratis

Nomor antrean dipanggil dengan mesin dan tampak di layar TV. Baru duduk sebentar, nomor Ibu dipanggil ke meja pendaftaran dan diminta menyerahkan KTP. Petugas juga memberi form lembaran yang harus diisi. "Setelah diisi nanti ke sini lagi ya, tuker dengan KTP-nya", ujar petugas. 

Aku bantu Ibu isi form, yang isinya kurang lebih sama dengan data diri dan pertanyaan skrining di aplikasi. Setelah selesai, kami diminta menunggu nama Ibu dipanggil meja periksa. Letaknya di depan meja pendaftaran. 

Meja periksa di depan ruang dokter khusus lansia

Nama Ibu dipanggil tak berapa lama, lalu di meja itu Ibu dicek tensi, BB/TB, dan lingkar perut, Selanjutnya menunggu dipanggil dokter di ruangannya yang ternyata khusus pasien lansia. Lima menit kemudian nama Ibu dipanggil lagi, kali ini oleh dokter, untuk masuk ruang periksa. 

"Selamat ulang tahuun... ", sapa Bu Dokter dengan ramah saat kami masuk ruangan. Ibu tertawa kecil lalu mengucapkan terima kasih. Dan, cek kesehatan pun dimulai. 

Beberapa tes kesehatan yang dilakukan di ruang dokter umum untuk lansia adalah sebagai berikut:
1. kesehatan jiwa : ditanya-tanya soal perasaan, kecemasan atau kegelisahan
2. motorik kasar : diminta untuk duduk bangun dari kursi serta mengangkat satu kaki bergantian
3. daya ingat : diberikan 3 kata, lalu diminta menyebutkan kembali kata-kata tersebut selang beberapa waktu
4. motorik halus : diminta untuk menggambar
5. pendengaran: dites apakah mendengar bisikan
6. cek mata : pemeriksaan langsung dengan senter
7. pertanyaan mengenai riwayat penyakit pribadi dan keluarga (hepatitis, diabetes, kanker, jantung, kolesterol, TBC), serta penyakit yang baru diderita 3 bulan terakhir
8. pertanyaan mengenai lifestyle (merokok, olahraga, pola makan). 

Sekitar 20-30 menit Ibu dicek di ruang dokter umum ini. Setelah tes-tes tersebut dilakukan dan datanya diinput langsung via komputer, dokter membuat 3 surat pengantar, yaitu untuk:
1. cek darah
2. cek gigi, dan 
3. tes EKG (elektro kardiografi) 
Dokter mengarahkan, setelah keluar hasilnya, Ibu diminta balik lagi untuk konsultasi. 

Cek darah dilakukan di laboratorium yang  letaknya di belakang Puskesmas. Ada ruang tunggu tersendiri untuk masuk lab, menunggu namanya giliran dipanggil. Pemeriksaan darah yang dilakukan meliputi gula puasa, kolesterol, HDL dan LDL. Waktu menunjukkan pukul 9.35 dan hasil lab bisa diambil pukul 11.30.

Ruang tunggu lab, difoto dari dalam

Dari laboratorium ibu menuju ruang tindakan untuk dites EKG. Posisi ruangannya di tengah-tengah, di sebelah apotek. Namun, petugas di ruang tindakan mengarahkan Ibu untuk ke ruangan lain, yang berada di belakang atas, dekat dengan laboratorium tadi. Tidak ada orang dalam ruangan itu, dan kami diminta menunggu. 

Agak lama kami menunggu karena infonya petugasnya sedang memeriksa calon  haji. Sekitar setengah jam kemudian, datang petugas yang akan melakukan EKG. Tesnya sendiri tidak sampai 10 menit selesai,  dengan oleh-oleh kertas grafik rekam jantung. 

Ruang periksa EKG

Setelah EKG, kami lanjut ke Poli Gigi. Ibu langsung dipersilakan masuk, duduk di kursi tunggu (hanya ada 2 kursi), meskipun sedang ada perawatan pasien di sana. Ada 2 bed khusus untuk tindakan/ perawatan gigi di poli ini. Setelah salah satu pasien selesai, Ibu diminta tiduran di bed untuk diperiksa. 

Pemeriksaan gigi di sini ternyata hanya untuk melihat/observasi kondisi gigi dan gusi. Perawat gigi menuliskan hasil pemeriksaannya di kertas surat pengantar. Selesai, dalam 5 menit ;-). Saking cepetnya, ibu sampai harus diinfo 2 kali kalau pemeriksaan giginya sudah selesai. "Sudah selesai di sini ya bu, ayo Ibu bangun", kata mbak Perawat melihat Ibu yang masih tiduran aja. 

Poli gigi

Waktu itu sekitar pukul 10.30 dan kami harus menunggu hasil cek lab sejam lagi. Akhirnya kami keluar Puskesmas untuk cari makanan/jajanan. Untunglah di sekitar Puskesmas Bogor Timur banyak penjual makanan (gerobak, warung dan rumah makan) karena dekat dengan sekolah SMA. Bahkan ada es krim durian viral lho di sebrang Puskesmas ini. 

Singkat cerita, setelah ambil hasil lab, Ibu kembali ke ruang periksa dokter dengan membawa semua hasil pemeriksaan di Poli lainnya itu. Dokter membacakan hasilnya, lalu merekomendasikan Ibu untuk pemeriksaan lebih lanjut ke Spesialis Mata dan Spesialis Penyakit Dalam. Hanya rekomendasi ya. Bukan memberi rujukan, karena CKG bukan pemeriksaan BPJS.  Jika ingin diberi rujukan dan pengobatan lanjutan gratis, Ibu harus daftar lagi dengan kepesertaan BPJS. 

Selesai, jam 12 kurang, pas sebelum Jum'atan. Total 4 jam lebih kami berada di Puskesmas untuk CKG. 

Kesimpulan 

Disclaimer: kesimpulan cerita ini berlaku sesuai pengalaman CKG di Puskesmas Bogor Timur. Di lokasi lain kemungkinan ada perbedaan.

Nah, kesimpulan dan kesan dari kado CKG di hari ultah Ibu ini bisa disimak berikut.
  • Ternyata Puskesmas sekarang cukup nyaman dengan sistem pelayanan tak kalah dengan rumah sakit besar, khususnya untuk Lansia. 
  • Sepertinya peminat CKG juga sedikit, atau yang ultah di bulan Januari-Februari gak banyak kah?? Jadi tak perlu khawatir antre panjang, karena nomor anteannya pun dipisah. 
  • Program CKG ini sebetulnya sangat bermanfaat dan cukup lengkap khususnya untuk lansia. Namun untuk beberapa hal test-nya terasa kurang akurat karena hanya tes melalui tanya jawab seperti riwayat hepatitis, kanker dan TBC. 
  • Cek Kesehatan Gratis bukan ditujukan untuk pengobatan, namun bila terdeteksi ada penyakit, Puskesmas akan memberikan obat standar gratis. Sedangkan jika perlu penanganan dokter spesialis dan minta rujukan, maka kita perlu daftar ulang dengan BPJS. 

So, berminat ikut CKG? Ini hak kita lho sebagai WNI. Info dari web Kemenkes, nilai CKG setara Rp 1,6 juta sampai Rp 2 juta! 

Btw, ada sedikit tips nih untuk yang mau CKG, hasil pengalamanku mengantar ibu:
  1. Pastikan sudah daftar di Aplikasi Satu Sehat sebelum datang. 
  2. Gunakan baju nyaman yang longgar agar mudah saat dicek darah dan EKG. 
  3. Datang pagi agar dapat nomor awal dan tidak terjebak dalam crowded-nya orang yang berobat. 
  4. Jangan lupa bawa masker. 
  5. Puasa makan sejak malam karena akan dites darah, salah satunya: gula puasa
  6. Bawa bekal makan/snack dan air mineral agar tidak kelaparan/kehausan sambil menunggu giliran
  7. Sediakan waktu seharian dan kesabaran, karena tidak dapat dipastikan selesainya kapan/berapa jam.
*** 

Minggu, 05 Januari 2025

Saputangan, di Manakah Kau Berada?

Kalau ada yang pernah pakai saputangan semasa hidupnya, berarti kemungkinan kita satu generasi.

Ini tulisan random sih, gegara beres-beres lemari lalu menemukan beberapa lembar kain kecil teronggok di pojokan. FYI, sesuai KBBI, kata "saputangan" ditulis menyambung, bukan terpisah ya. Ah, generasi sekarang apakah ada ya, yang kenal dengan selembar kain kotak serbaguna itu? Anakku yang Gen-Z aja taunya "lap", atau "handuk kecil" (karena berbahan handuk). 

Aku pribadi pernah jadi pengguna saputangan, tepatnya semasa sekolah dasar. Dulu ibu selalu menyiapkan saputangan untuk dibawa ke sekolah. Sesuai fungsinya, bekal saputangan itu dimaksudkan untuk mengelap mulut atau keringat. Pada masanya, saputangan juga berguna kalau sedang flu, untuk menutup mulut/hidung saat batuk atau bersin, atau untuk membuang ingus. Penggunaan saputangan ini long lasting alias bisa dipakai dan dicuci berkali-kali.

fungsi_saputangan
Saputangan untuk menyeka hidung

Warna, motif dan bahan saputangan saat itu macam-macam. Untuk anak-anak dibuat saputangan warna warni cerah atau bergambar berbagai macam karakter kartun. Aku ingat dulu pernah punya saputangan bergambar Tweety si burung kuning dan satu lagi bergambar Winny the Pooh. Lucu-lucu banget lho untuk dikoleksi. Saputangan untuk orang dewasa umumnya punya motif lebih kalem seperti garis, kotak-kotak, atau bunga-bunga di tepi kainnya.

Aku juga ingat ada beberapa jenis saputangan eksklusif berharga mahal. Ini biasanya karena diproduksi oleh brand ternama seperti LV, YSL, Pierre Cardin, Polo dan sebagainya. Ada lagi saputangan mahal produksi lokal karena berhias bordiran indah yang limited edition, atau berbahan sutra dengan hiasan eksklusif. Keren deh kalau punya saputangan mahal kayak gitu. 

Sayangnya, kain serbaguna itu kini hilang kepopulerannya. Pernah lihat orang pegang saputangan? Pasti saat ini jadi pemandangan yang langka. Iseng browsing di sebuah marketplace, masih banyak sih yang jual saputangan berbagai jenis. Berarti masih ada pembeli atau pemakai dong ya... Hmm. 

Aku memang tak pernah beli saputangan baru, tapi di rumah ada stok saputangan yang jarang dipakai. Beberapa yang lebih sering dipakai berbahan handuk, digunakan untuk lap keringat setelah olahraga, atau untuk mengompres saat anak demam. Sedangkan yang berbahan tipis, jarang sekali dipakai sendiri dan lebih sering dipinjam ibu saat beliau bepergian.

Mengapa disebut Saputangan

Tiba-tiba aja terllintas di kepala, kenapa sih disebut saputangan? Dari berbagai referensi, ada dua versi mengapa kain itu disebut saputangan.

Pertama, saputangan berasal dari kata sapu dan tangan. Seperti kita ketahui, sapu merupakan alat kebersihan. Begitu pula dengan saputangan yang menjadi alat kebersihan untuk membersihkan bagian tubuh, terutama tangan. Jadilah istilah saputangan.

Kedua, kata saputangan berasal dari kata saput dan tangan. Kata "saput" ada di KBBI artinya lapisan, penutup atau selaput. Dalam konteks ini, saputangan berarti penutup tangan atau lap tangan. Jadi kata saputangan merujuk pada kain yang digunakan untuk menutupi tangan. 

Di sisi lain, kata saputangan dalam bahasa Inggris yaitu handkerchief, berasal dari kata kerchief yang merupakan gabungan 2 kata bahasa Perancis: couvrir (artinya menutupi), dan chef (artinya kepala). Jadi kerchief adalah kain yang dipakai untuk menutupi kepala. Lalu, untuk membedakan saputangan yang kemudian banyak dibawa di saku, ditambahkan kata "hand". Sehingga maknanya handkerchief ini adalah kain penutup untuk menyeka tangan atau hidung.

handkerchiefs
Aneka warna saputangan

Fakta tentang Saputangan

Ada beberapa fakta menarik seputar saputangan yang berhasil aku kumpulkan. Cekidot yuk.
  • Saputangan sudah digunakan pada abad ke 85-87 SM sebagai penyeka keringat, namun terbuat dari jalinan rumput. Ini disebut-sebut dalam karya penyair Romawi kuno, Catulus. Abad ke-1 SM, baru muncul saputangan dari bahan kain yang digunakan oleh masyarakat kelas atas. 
  • King Richard II dari Inggris (1367-1400) disebut sebagai orang pertama yang menggunakan saputangan untuk membersihkan hidungnya.
  • Di Italia pada abad ke-14, muncul pertama kali saputangan dari rami yang dipotong bentuk bujursangkar kecil dan diberi renda-renda. Ini digunakan sebagai alat untuk bertutur sapa dengan cara melambaikan saputangannya.
  • Raja Henri II dari Perancis turut memberi andil penyebaran saputangan yang mahal dan eksklusif, dengan hiasan bordir yang mewah.
  • Saputangan sebagai tanda cinta diduga terinspirasi dari drama Otthelo yang digubah oleh  William Shakespeare pada 1603. 
  • Di Jerman pada abad ke-19, saputangan menjadi hadiah yang umum dari pria yang jatuh hati kepada wanita, atau sebaliknya. 
  • Mulai abad ke-19 pula saputangan menjadi asesoris tak terpisahkan dari gaya berbusana, seperti untuk diselipkan di kantong jas, atau pelengkap busana wanita.
saputangan_saku
Saputangan asesoris jas

  • Dilihat dari bahannya, saputangan  dapat menjadi simbol "kelas" penggunanya. Ini karena saputangan dapat terbuat dari berbagai bahan mulai dari yang mahal seperti sutra, wol, hingga yang murah seperti katun atau bahan handuk.
  • Cara melipat saputangan saku sempat menjadi trend fashion tersendiri yang dibuat oleh berbagai perancang busana.
melipat_saputangan
Contoh lipatan saputangan

  • Di Indonesia, saputangan juga terekam dalam berbagai karya seni. Misalnya, dalam novel karya Nur Iskandar (1944) yang berjudul Cinta Tanah Air, lagu karya Ismail Marzuki (1949) berjudul Saputangan dari Bandung Selatan, serta film besutan Fred Young (1949) berjudul Saputangan.
  • Memberi atau memperoleh hadiah saputangan sering dianggap tabu karena dimitoskan menjadi pertanda akan terjadi kesedihan atau perpisahan. 
  • Tahun 2023, film komedi horor Hanky Panky menceritakan Woody, nama sebuah saputangan berbicara, yang menjadi pahlawan dalam cerita tersebut.
Kesimpulannya apa? Ternyata oh ternyata, saputangan zaman dulu tergolong barang mewah yaa. Wah klo zaman itu udah ada perpajakan, bisa kena PPN 12% dong... Wkwkwk!

Eniwei, ada rasa sedih juga sih keberadaan sang saputangan sekarang tergeser oleh lembaran-lembaran tisu yang disebut lebih praktis. Pasalnya, jika dirunut lebih jauh, bahan kertas -termasuk tisu- itu kontra dengan pelestarian hutan, karena berasal dari kayu yang diperoleh dengan penebangan pepohonan di hutan. 

#tulisanperdana2025

*Sumber : Wikipedia, historia.id
  Pict. : Canva

Jumat, 27 September 2024

Pengalaman Sewa Apartemen, Alternatif Staycation di Surabaya

Akhirnya ya, Cemil menginjakkan kaki juga di Jawa Timur, setelah lama berandai-andai ingin napak tilas ke Banyuwangi. Tujuan utamanya sih nganter si sulung Zia yang kuliah di Surabaya, dan enggak sempat napak tilas juga. Tapi at least saya bisa ngicipin atmosfer Kota Pahlawan di Timur Jawa itu. Kayaknya bakal sering diulang deh, dengan alasan jenguk anak hehe..

Akhir Juli yang lalu saya mengantar Zia yang jadi mahasiswa baru di Universitas Negeri Surabaya (Unesa). Perjalanan ke sana sudah dirancang jauh-jauh hari, dengan memperhitungkan budget sehemat mungkin. Akhirnya diputuskan pulang pergi naik kereta. Untuk penginapannya, meskipun ada beberapa saudara di Surabaya, tapi saya memilih mendekati kampus Zia di Unesa Lidah Wetan, Surabaya Barat. Setelah melalui serangkaian riset (taelah..), pilihan saya menginap di apartemen. 

Ini pengalaman pertama saya menginap di apartemen. Biasanya ya langsung aja cari hotel dekat lokasi. Sebenernya bukan staycation ya seperti judul di atas. Lebih tepatnya ini apartemen buat tempat nginep/tidur aja. Tapi, setelah merasakannya, ternyata bisa juga kok jadi rekomendasi staycation.

Perdana, Booking Apartemen via Travelio

Dengan berbagai pertimbangan, saya pilih Apartemen Tanglin Supermall Mansion. Jaraknya kurang lebih 2 km dari Unesa. Pesannya via aplikasi Travelio.

Saat saya riset (browsing-googling) cari-cari opsi penginapan, eh! ternyata nemu aplikasi khusus sewa menyewa apartemen yang bisa sewa harian. Sebenernya udah pernah tau aplikasi Travelio ini, tapi dikira hanya untuk jual beli dan sewa apartemen tahunan aja. Setelah cek berbagai ulasannya, okelah diputuskan coba booking via aplikasi Travelio. 

Cari unit apartemen via aplikasi ini tak sulit. Setelah daftar dengan menggunakan email dan nomor ponsel, tinggal searching lokasi/daerah yang dituju. Jangan lupa masukkan tanggal periode menginap dan klik sewa harian. 

Langsung muncul tuh deretan pilihan unit-unit apartemen, lengkap dengan harga, gambar, lokasi, fasilitas, dan ulasannya. Ada diskon ekstra juga kalau periode menginap 4 hari atau lebih.

Ada sedikit pengalaman baru nih booking via Travelio. Ternyata, selain bayar harga sewa unit/kamar, penyewa juga diwajibkan membayar uang deposit sebesar Rp300.000. Uang ini tidak perlu dibayar bersamaan dengan bayar sewa, tapi wajib dibayar sebelum check-in. Deposit nantinya dikembalikan full setelah checkout, jika tidak ada barang-barang di kamar yang rusak atau hilang.
Aplikasi Travelio. Bisa juga buka di browser

Selain soal deposit, yang baru lagi buat saya adalah alur booking. Setelah booking unit dan bayar kamar, akan ada room boy yang menghubungi via WhatsApp ponsel terdaftar. Room boy ini akan mengingatkan dan memandu langkah-langkah selanjutnya sampai mendampingi penyewa untuk check-in dan checkout di lokasi. Setelah itu, maksimal H-1 jadwal menginap, penyewa diharuskan menginput rencana waktu check-in dan checkout melalui aplikasi, mengunggah KTP, memasukkan nomor rekening untuk pengembalian deposit, dan mentransfer deposit. 

Lalu 2 jam atau paling lambat 30 menit sebelum waktu check-in yang telah ditentukan, kita sebagai penyewa, diminta untuk menghubungi room boy-nya, semacam bilang "OTW ya.." via WA. Kalaupun kita lupa kontak, nanti room boy-nya yang bakal hubungi kita untuk kepastian jam kedatangan. 

Dengan kontak-kontakan ini, penyewa yang datang akan disambut room boy sejak turun dari mobil, dibantu dibawakan koper/barang-barangnya, diambilkan kunci akses kamar, diantar ke kamar dan dijelaskan fasilitas serta peraturan apartemen. 

Saat ke sana waktu itu,room boy yang menangani pemesanan apartemen saya namanya Andri. Mas Andri ini masih muda, ramah, sat set dan helpful. Saya late check-in sampai jam 7 malam pun ditunggu dan diladeni dengan sabar. Tidak ada adminstrasi lain yang harus dilakukan di lobi saat datang, jika semua prosedur check-in telah dilakukan.

Kalau saatnya checkout, penyewa diminta mengembalikan access card dengan menaruhnya di ruang mailbox, yang berisi laci-laci bernomor kamar, memoto bukti pengembalian tersebut, dan mengirimkan foto itu ke WA room boy. Cuss tinggal pulang, deposit saya waktu itu kembali masuk rekening H+2 hari kerja setelah checkout
Mailbox

Review Unit Apartemen Tanglin

Saya pilih Tanglin Supermall Mansion, karena terhubung langsung dengan Pakuwon Mall, mall besar yang isinya komplit mulai dari Department Store, Supermarket, toko sepatu, toko perkakas, toko obat, bioskop, optik, salon, resto, dll sampai foodcourt. Jadi, tinggal turun lift bisa langsung ngemol cuci mata... 

Akses mall

Ada beberapa apartemen yang terhubung dengan salah satu mall terbesar di Surabaya ini. Ada Tanglin, Anderson, Benson, Orchard. Lobi depan apartemen untuk Tanglin dan Orchad jadi satu, cuma pintu masuk liftnya aja yang beda.
Lobby Apartemen : ke kiri Tanglin, ke kanan Orchad

Di Travelio saya memilih unit Modern and Homey Studio (no kitchen). Unit ini berada di lantai 5 Apartemen Tanglin Supermall Mansion. Bedanya dengan unit with kitchen, yang no kitchen tidak tersedia kompor untuk memasak. Yaaa karena gak niat masak-masak, tuk apa juga bayar kompor hehehe...

Ukuran kamar studio ini 22 m², dengan queen bed standar yang cukup untuk berdua. Kamarnya dilengkapi dengan AC, lemari baju, kursi & meja rias, meja kursi kecil, TV.
Queen bed

Room

Meski tanpa kompor, fasilitas "kitchen" di unit ini cukup lengkap lho. Ada kitchen set kecil yang menyatu dengan wastafel lengkap dengan sabun dan spons untuk cuci piring, ada kulkas, rice cooker, ketel listrik, microwave. Dalam lemari dapurnya tersedia piring, mangkuk, gelas, cangkir, sendok, garpu, yang memang disediakan untuk 2 orang, lalu ada pisau, gunting, serbet.
Room

Kitchen sink, microwave, kulkas

Selain itu, untuk kebersihan kamar juga tersedia sapu, pel, serok, tempat sampah dan plastik sampah.

Seperti di hotel, kamar mandinya dengan shower air panas, disediakan handuk 2 buah beserta sabun, shampoo dan sikat + pasta gigi.
Bathroom

Saat pertama kali masuk unit, disediakan 2 buah air mineral ukuran 600 ml. Tapi cuma sekali itu aja. Hari selanjutnya kudu bawa bekel sendiri yaa.. 

Secara keseluruhan unit yang saya tempati di lantai 5 itu cukup nyaman, AC dingin, bersih,  komplit dan berfungsi dengan baik semua kelengkapannya. Tapi jujurly, dengan kamar ukuran 22 m² rasanya sih gang senggol ya, berhubung banyak perabot furniturnya. Mau gelar sajadah untuk solat, agak bingung cari space-nya. Maju kena mundur kena haha... 

Liat pemandangan dari balkon lantai 5 cukup menarik juga, apalagi kalau lantainya lebih tinggi. Oya di balkon juga bisa jemur baju karena disediakan gantungan dan penjepit jemuran. 
Pemandangan pagi dari balkon

Pemandangan malam dari balkon

Saya booking 3 malam di apartemen ini lebih banyak di luar kamar sih. Jadwal padat merayaaap... Jadinya ya memang masuk kamar tuk istirahat dan bobo cantik aja. Lingkungan di lantai 5 cenderung sepi. Mungkin orang-orang lebih banyak sewa di lantai yang lebih tinggi. 
Lorong lantai 5

Karena apartemen tak ada fasilitas sarapan seperti hotel, jadi kudu prepare sendiri buat sarapannya. Waktu itu saya beli (tepatnya ditraktir) bekal malam tuk sarapan besok paginya. Jadi pagi pagi tinggal masukin ke microwave sebelum disantap. Hari berikutnya juga begitu, jajan malam untuk bekel besok pagi. 

Untuk makan siang dan malamnya sih lebih banyak di luar apartemen. Pernah sekali makan di food court mall, dan pernah juga order GrabFood (diambil di lobi bawah). 

Dengan perlengkapan kitchen yang cukup lengkap, walaupun tanpa kompor, bisa juga sebenarnya buat semacam Popmie, atau beli lauknya aja dan masak nasi di kamar (jangan lupa sedia beras). 

Fasilitas lainnya di apartemen ini adalah fitness center/gym di lantai dasar dan kolam renang. Kolam renangnya cukup luas dan ada arena tuk bermain anak. Sayangnya selama saya di sana tak sempat pakai kedua fasilitas tersebut. 

Lalu ada laundry yang letaknya dekat fitness center. Jadi, kalau nginep cukup lama dan males nyuci, adanya binatu ini membantu banget. 

Pool

Gym

Laundry

Yang agak me-ribet-kan menurut saya adalah tidak adanya fasilitas parkir mobil/motor untuk penyewa apartemen harian. Parkir gratis hanya diberikan untuk penyewa bulanan/tahunan. Jadi kalau sewa apartemen harian dan bawa kendaraan, siap-siap parkir di area mall dan berbayar. Untungnya saya gak bawa mobil. Keluar masuk apartemen saya pakai taksi online atau dijemput kerabat. 

Untuk biaya menginap di apartemen ini terjangkau banget sih, Rp295.000/malam + cleaning fee Rp110.000 (dibersihkan setelah checkout). Ada tambahan diskon 5% = Rp70.000 karena saya book 4 hari. Oya di aplikasi juga disediakan opsi penambahan akses wifi seharga Rp25.000/hari/2 GB dan jasa kebersihan perhari dengan tambahan biaya. Saya tak berminat ambil keduanya. So, total biaya sewa 4 hari 3 malam include PPN di apartemen ini Rp925.000 atau kurang dari sejuta.

Kesimpulan

Setelah perdana merasakan menginap di apartemen, kesimpulannya saya enggak kapok staycation di apartemen di Surabaya. 

Tapiiii... dengan 2 catatan. Pertama, menginap untuk jangka waktu yang lebih panjang supaya bisa eksplor fasilitas apartemen. Kedua, menginapnya di unit yang lebih luas dari 22 m².

Namun, jika ada budget lebih, saya prefer staycation di hotel sih. 

Pros 
- Harga sewa terjangkau
- Fasilitas kamar maupun apartemen lengkap
- Pintu akses menuju mall
- Unit nyaman dan bersih
- Room boy yang helpful

Cons
- Tidak ada fasilitas parkir untuk sewa harian
- Luas kamar 22 m² kurang memadai
- Tidak ada sarapan
- Room service harian berbayar
- Adanya kebijakan deposit

Ada yang punya pengalaman staycation di apartemen? Berbagi di komen yuuk... 


*)Pict: Travelio & dokpri