Selasa, 03 Januari 2017

Permainan Minecraft, Dampaknya Bagi Anak


Dua-tiga tahun terakhir, saya ikut dihebohkan oleh Minecraft. Bukan heboh gimana-gimana, cuma bingung dan sedikit panik karena permainan ini sukses membuat dua jagoan saya anteng memegang hp atau di depan laptop sambil bergumam sendiri. Craft, villager, creepers, Steve, Ender Dragon, Herobrain, adalah beberapa kata di antara sekian banyak istilah yang kerap digunakan saat bermain game ini.

Saya tidak sendirian. Ada banyak orang tua juga yang mengalami kehebohan yang sama, yang berarti ini masalah umum. Awalnya saya pikir ini hanya tren baru seperti beberapa permainan lain yang nanti akan hilang karena kebosanan. Tapi ternyata permainan Minecraft masih terus bertahan, hingga pembaruan versi-versinya terus dirilis. Saya pernah coba menyelami kesukaan si jagoans dengan mempelajari bagaimana asyiknya permainan Minecraft, ceritanya supaya kami bisa bermain bersama. Tapi saya gagal total alias gak bisa mainnya. Huhuhu... 

Mengapa permainan Minecraft disukai?

Minecraft diciptakan tahun 2009 oleh Markus Persson dari Swedia sebagai pemimpin Mojang, salah satu pengembang game terbesar di dunia yang saat ini sudah dimiliki oleh Microsoft. Permainan ini terbuka, bisa dimainkan di handphone, PC, PlayStation, X-Box. Minecraft menjadi salah satu permainan best seller, yang menurut Wikipedia, per Februari 2017 permainan ini telah terjual sebanyak 121 juta kopi untuk semua platform. Kalau jagoans ditanya kenapa suka main Minecraft, jawabnya si kakak : "Yaa.. Seru aja". Titik. Lalu adiknya menimpali : "Bunda sih gak bisa mainnya." 

Konsep Minecraft sesungguhnya mirip dengan Lego, namun karena rancang bangun ini virtual, maka jumlah blok untuk membangun tidak terbatas, bisa diambil dari eksplorasi hutan, mendaki gunung, mengarungi laut, hingga dunia bawah tanah. Tujuan ditentukan oleh pemainnya, sehingga mereka dapat membangun dunia virtual sesuai imajinasinya sendiri. 

Di dunia Minecraft, pemain ditempatkan di lahan tanpa batas, tanpa perlengkapan, tanpa arah dan tujuan. Pemain mengumpulkan material dan perlengkapan untuk membangun dan bertahan, terserah mereka bagaimana dan seperti apa. Ini salah satunya yang membuat Minecraft populer di kalangan anak-anak. No level, no rules. Pada kebanyakan permainan, pemain perlu tambahan poin keterampilan untuk dapat naik ke level berikutnya. Di Minecraft, aturan itu tidak ada. 

Minecraft dapat dimainkan sendiri (single player) atau bersama-sama (multiplayer). Dalam multiplayer, pemain dapat bergabung dengan jenis permainan yang diinginkan, umum maupun pribadi. Pemain juga dapat melihat, berbicara dan berinteraksi dengan orang lain, teman maupun orang asing. Anak-anak dapat bermain di lokasi yang sama dengan temannya jika mereka berada pada koneksi jaringan wifi yang sama. Dan ini merupakan keseruan tersendiri. 

Saat memulai baru permainan Minecraft, ada beberapa opsi mode yang dapat dipilih sesuai keinginan: 
  1. Creative Mode Pemain dapat melakukan apa saja, musuh tidak dapat menyerang, karakter pemain tidak dapat mati. Ini adalah modus yang paling aman untuk pemain pemula.
  2. Adventure Mode Pemain tidak dapat mematahkan blok, tapi dapat membunuh monster atau binatang, serta dapat terbunuh.
  3. Survival Mode Pemain harus bertahan melawan monster dan kelaparan, monster dapat dihilangkan dengan "melarikan diri" atau mengaturnya menjadi "damai".
  4. Spectator Mode Adalah mode penonton/pengamat, di mana pemain hanya dapat melihat blok namun tidak dapat berbenturan atau berinteraksi dengan blok.
  5. Story Mode Minecraft story mode adalah jenis permainan tersendiri yang mengikuti format episode cerita, dengan karakter utama bernama Jesse yang berjuang menyelamatkan dunia mereka dengan mengalahkan Wither Storm. Pemain diharuskan mengumpulkan barang, memecahkan pasel, serta berbicara dengan karakter lain untuk menentukan langkah selanjutnya.

Apa yang dapat dipelajari dari permainan Minecraft?

Karena kompleksitasnya, permainan Minecraft diperuntukkan bagi anak usia 6 tahun ke atas. Permainan crafting (keterampilan) rancang bangun ini, selain mengasah kreativitas, juga disebut-sebut berguna untuk melatih : fokus, fleksibilitas, organisasi, perencanaan, teamwork dan manajemen waktu.


Fokus, karena pemain Minecraft harus memonitor kondisi dan kesehatan sendiri agar tetap bertahan hidup. Karena lingkungan Minecraft border less atau tanpa batas, maka pemain dengan mudah dapat tersesat jika tidak fokus memperhatikan lingkungan sekitar. Sebelum mereka memiliki kompas atau peta, hidup pemain bergantung pada matahari dan bioma.

Fleksibilitas, karena pemain harus dapat beradaptasi di lingkungan yang dapat berubah dengan tiba-tiba. Tidak seperti permainan lain yang memiliki level/tingkatan pasti atau memiliki peta penunjuknya, pemain Minecraft tidak akan mengingat persis tata letak yang telah dilalui sebelumnya, posisi musuh atau lokasi material, sehingga mereka harus dapat beradaptasi dan berimprovisasi secara fleksibel.

Organisasi, yaitu mengatur serta mengkoordinasikan material dan aktivitas untuk menyelesaikan tugas. Di awal permainan, pemain akan menyadari pentingnya membuat diri dan material yang dimiliki aman serta terorganisir. Oleh karena itu, biasanya pemain akan membangun rumah atau bangunan untuk berlindung dari musuh dan sebagai tempat penyimpanan berbagai material.

Perencanaan, mengembangkan rencana terstruktur untuk mencapai tujuan. Minecraft membolehkan pemain membangun apapun yang mereka inginkan, namun harus melalui beberapa langkah. Pertama mengumpulkan materi dengan menggali hingga ke dasar bumi, lalu materi dikombinasikan untuk membuat peralatan, dan peralatan digunakan untuk membangun dan menggali lebih cepat.

Teamwork, yaitu pemain Minecraft yang bermain multiplayer harus mampu membangun kerjasama dengan temannya untuk mencapai tujuan.

Manajemen waktu, karena pada permainan Minecraft, pemain harus secara aktif memonitor waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Pemain yang tidak dapat mengatur waktu dengan efektif akan menghambat pencapaian tujuannya karena berkejaran dengan waktu siang malam, di mana malam hari pemain harus berlindung dari kemunculan monster.

Apakah dua jagoans saya terlihat memiliki tambahan kemampuan di atas dengan sering bermain Minecraft? Sayangnya tidak. Tapi mereka terlihat antusias, kreatif membangun imajinasi secara virtual, dan bertambah kosakata bahasa Inggrisnya. Entahlah, mungkin jika Minecraft diajarkan oleh pembimbing atau guru sebagai edukasi, hasilnya bisa berbeda dibandingkan dengan bermain suka-suka sendiri.

Waspadai dampak permainan Minecraft pada anak

Beriringan dengan manfaat kreativitas Minecraft, ada pula dampak yang perlu diwaspadai khususnya untuk anak-anak. Bermain Minecraft dengan orang lain bisa jadi menyenangkan. Namun yang awalnya anak bermain multiplayer bersama adik/kakak atau teman yang dikenal, lalu dapat berkembang menjadi bermain dengan orang asing melalui server publik. Jika ini terjadi dan dibiarkan, maka serupa halnya dengan membiarkan anak bermain dengan orang asing di dunia nyata. Beberapa pemain asing akan menggunakan bahasa yang buruk, menipu dan merobohkan konstruksi yang telah dibuat atau menyerang sebagai penjahat. Jadi, merambah ke server multiplayer perlu sangat-sangat diawasi. Untunglah anak saya tidak terlalu tertarik bermain dengan orang asing, malah lebih suka bersaing antar kakak-adik seperti biasanya. 

Dampak lain dari Minecraft adalah frustasi. Frustasi atau marah dapat sering terjadi jika pemain kehilangan semua yang telah dibuat atau pemain mati. Jika bermain di mode single player, hal ini mungkin tidak banyak berakibat frustasi... kecuali pemula seperti saya yang gagal membangun rumah sederhana pun. Hihihi. 

Pembuatan bangunan virtual tak berujung dan tiada akhir, bagaimanapun bukanlah hal yang positif. Pemain Minecraft yang serius cenderung untuk terobsesi menyelesaikan target tujuannya. Oleh karena itu pemain akan menghabiskan banyak waktu untuk memenuhi obsesinya. Pada anak-anak hal ini sangat tidak disarankan, karena ada banyak kegiatan lain yang dapat dilakukan untuk waktu yang tersedia, dibandingkan dengan terus menerus membangun blok di dunia maya. Jangan sampai waktu aktivitas sosial anak seperti bermain (fisik), belajar, beribadah, dan lainnya terlupakan karena asyik bermain Minecraft. Bagaimanapun, tantangan di dunia nyatalah yang nanti akan dihadapi di kehidupannya. 

Minecraft pertama dirilis tahun 2009, mulai masuk dan ngetren di kalangan anak-anak Indonesia sekitar tahun 2012. Sejak kemunculannya itu Minecraft tidak hanya menggiring anak-anak menjadi pemain, tapi juga memunculkan hobi lain yaitu melalui YouTube


Yes, tontonan YouTube pun tak lepas dari eforia Minecraft yang menyuguhkan video-video tips, tutorial untuk meningkatkan keterampilan, belajar teknik-teknik baru, maupun pamer kebolehan atau kelucuan. Di satu sisi hal ini menghadirkan potensi Youtuber yang dapat menghasilkan pendapatan karena berhasil meraih ribuan bahkan jutaan viewer. Di sisi lain anak-anak banyak yang beralih dari pemain menjadi penonton​. Ini harus diwaspadai lebih lanjut karena lebih adiktif dan pasif. 

Sekelumit tentang Minecraft dan dampaknya di atas, ujungnya sebenarnya bukan cuma tentang Minecraft. Tapi tentang semua permainan yang saat ini mudah didapatkan anak-anak, utamanya melalui handphone. Jika anak dibebaskan bermain di handphone, maka semua dampak negatif bisa terpapar. Perkembangan teknologi tidak dapat dicegah, dan kita tidak bisa hanya jadi penonton yang tertinggal. Di sini hanya perlu pembatasan, aturan, pemilihan, serta pendampingan dari orang tua maupun keluarga saat anak bermain Minecraft ataupun game lainnya.

Senin, 31 Oktober 2016

Keseruan Kelas Artikel SEO Isah Kambali: Dipaksa untuk Berhasil

Weits.. ini posting pertama di blog si cemil. Cemil itu nama kecil saya yaa saudara-saudara.. Apa dan gimana si cemil nantilah ceritanya. Sambil jalan juga bisa tergambar si Cemil ini ;)

Pertama-tama mau cerita kelas Artikel SEO Isah Kambali dulu. Karena, seorang Isah Kambali lah yang "memaksa" pembuatan blog ini. Padahal Cemil dari kecil senang menuangkan cerita dalam bentuk tulisan, tapi kok ya tak ada dorongan kuat untuk buat blog-blog meskipun gratisan. Sudah terlanjur capek juga sama pekerjaan dan mengurus 2 bocah di rumah (curcol deh). Btw, bagi yang belum kenal sosok Isah Kambali, silakan kenalan di webnya ya, www.isahkambali.com. Rugi deh kalau gak kenal artis papan Google ini :)

Flashback dua tahun yang lalu, seorang teman - sebut saja si A, mengenalkan nama Isah Kambali. Katanya followers-nya di Google plus ribuan, dan dia punya komunitas yang totalnya ribuan orang juga. Ah, so what? Hehe... Eh, eh, tapi apaan sih makhluk yang bernama Google plus atau G+? Kalau beli ponsel android, ini G+ menjadi salah satu aplikasi bawaan yang sudah tersemat di ponsel.  Si A tau banget kalau saya suka kepo dengan hal-hal yang baru, supaya selalu update dan mengikuti zaman :-D. Singkat cerita, pertama kali saya ikut kelas online-nya jeng Isah adalah kelas G+, belajarnya lewat grup Line.

Seru, banyak praktik, nambah teman dan ilmu, itu kesannya ikut kelas G+. Rata-rata, yang ikut kelas G+ ini adalah pebisnis yang mau meroketkan omzetnya dengan muncul di Google hal 1. Sedangkan saya, adalah bankir (istilah kerennya staf yang kerja di bank), non marketing pula. Nah loh.. Meskipun demikian, saya punya bisnis sampingan untuk iseng-iseng berhadiah menambah penghasilan. Makanya, itu juga salah satu pendorong untuk ikutan kelas G+.  Siapa tahu yang sampingan itu nantinya jadi yang utama ;-). Sayangnya karena di kantor sedang ada suatu proyek penting, saya yang tadinya bisa curi-curi waktu untuk VCS (vote-comment-share) yang menjadi tugas harian, belakangan jadi keteteran. Saya pun mengundurkan diri dari kelas - dari pada dikeluarin dengan tidak hormat hihihi.. (Jadi inget, ada yang ditendang dari kelas gara-gara bisnisnya ayam adu). Tapi, keluar dari kelas G+ saat itu bukan tanpa hasil. Artikel saya pernah nongkrong di hal 1 Google dengan 595+ (vote) dan follower saya dari awal 15 orang sekarang udah 900-an. Itu udah setahunan tidak aktif, kalau aktif, bukan tak mungkin bisa ribuan juga. Sia-sia dong putus di tengah jalan? No, bagi saya ilmu yang bermanfaat adalah aset. Suatu saat dibutuhkan, saya jadi tidak buta sama sekali dan bisa mengaplikasikannya. Insyaallah.

Ikut kelas G+ dan jadi member Melekinternet, saya dimasukkan ke grup WA Melekinternet. Di situ mbak Isah sering broadcast training-training online-nya : G+, YouTube, artikel SEO, beberapa kali di-posting. Merasa butuh siraman ilmu baru,  last minute pendaftaran training artikel SEO Batch 3 awal Oktober lalu saya tergerak untuk ikutan. Taraa.. akhirnya saya join the club yang dipaksa menulis dan menulis.

Saat kebanyakan training online lainnya hanya memberi  e-book untuk dipelajari dan dipraktikkan sendiri,   ini bu guru Isah punya gaya mengajarnya sendiri, yaitu pemaksaan kehendak haha... (piss bu guru). Diberi PR bejibun, diberi tenggat waktu, kalau lewat deadline tambah PR-nya, dan seringnya kita harus cari solusi sendiri atas masalah kita... hiks (kok jadi kebayang sekolah militer yak). Tapi, itu ternyata menghasilkan sesuatu lho. Ilmu kepepet itu bekerja baik terutama untuk orang-orang seperti saya. Ya akhirnya hadirlah blog ini, bersama blog-blog lainnya yang mengisi artikelnya sambil naik angkot, commuterline, atau disela-sela hectic kerjaan, demi mengejar deadline PR. Buka laptop bisanya dini hari sebelum subuh, itupun jika terbangun huhuhu...  Itu seru banget pemirsah.. Dan ada kepuasan tersendiri setelah berhasil menulis "terpaksa" tersebut. Asli seru (kata lainnya: stress haha!)


Selain itu, serupa dengan kelas G+, dengan ikutan kelas artikel SEO tentunya saya juga makin bertambah teman dan ilmunya. Ada satu hal yang berbeda. Saat training di grup Line, teori hanya diberikan via notes. Sedangkan training artikel SEO di grup WA, bu guru banyak menjelaskan materi via voice notes. Dan baru kali ini saya mendengar suara merdunya Isah Kembali. Seriusan, ini bu guru cocok jadi penyiar atau MC. Suaranya kece, meskipun lagi flu :-P.  Duh, hati-hati para lelaki bisa terpesona suaranya.. saya saja terkesima hihi.. Anyway sosok Isah Kambali ini juga unik, sarjana pertanian yang memilih dunia digital dan sukses menjadi internet marketer. Doi suka backpacker-an kemana-mana, meskipun saya yakin, beli paketan wisata eksekutif juga mampu. Tapi mungkin dasarnya pecicilan, jadi beliau lebih suka  berpetualang laksana Dora dengan ransel dan peta :-P. Dan disela-sela kesibukannya mengajar, mengisi seminar, jualan, rapat dengan klien, atau travelling, dengan humble-nya masih mau berbagi ilmu dengan e-book gratis dan training-training-nya yang terjangkau (4 jempol).

Rasanya saya jadi terbiasa dengan gaya training bu guru Isah. "Dipaksa" menghasilkan, sedikit galak tapi sebetulnya baik hati dan tidak sombong. Buktinya kini saya punya 4 blog yang siap (baca: harus) diisi dengan artikel SEO. Kalau tidak pakai ilmu "terpaksa", bagaimana mungkin?? Wah masih banyak sebenarnya yang bisa diceritakan. Tapi berhubung sudah hampir deadline, next sambung cerita-cerita lagi yaa.. 

Jazakillah Mbak Isah Kambali, semoga sukses terus ya. Dunia dan akhirat. Amiin.