Selasa, 31 Desember 2019

Tersesat Menyenangkan di Kampung Labirin

Kolaborasi adalah diksi yang membuat mimpi tak lagi sekedar asumsi. Sementara kerja sama adalah kata kerja yang menguatkan aku dan kamu menjadi kita 

Sepenggal kata bijak apik yang terpampang di dinding rumah warga ini, menyimpan makna tersurat dari eksistensi Kampung Labirin, sebuah pemukiman penuh gang di tengah kota Bogor, Jawa Barat. Ya, berkat kolaborasi antara penduduk lokal, LSM, pemerintah dan Astra, kawasan tinggal RW 10 Kampung Kebon Jukut, Kelurahan  Babakan Pasar, Bogor Tengah sukses disulap menjadi kampung wisata.

Selamat Datang di Kampung Labirin
Adalah Komunitas Terminal Hujan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang aktif berinteraksi dengan penduduk setempat. Selain aktivitas utamanya mengajar baca-tulis-hitung untuk anak di wilayah Kebon Jukut dan sekitarnya, LSM ini dan warga sering duduk bersama, sehingga mencetuskan gagasan pembuatan Kampung Labirin di tahun 2018. "Yang menarik adalah ini merupakan kolaborasi dari berbagai stakeholder. Ada pemerintah, LSM, swasta, warga. Semuanya punya kontribusi di sini", tutur Anggun Pesona, perwakilan dari Komunitas Terminal Hujan yang saya temui.

Ada sekitar 300 kepala keluarga di kampung ini, dengan demografi penduduk yang plural. Berbagai suku bermukim di sini. Selain Sunda asli Bogor, ada juga etnis Jawa, Sumatera dan Tionghoa. Begitu juga dengan agama dan mata pencahariannya yang beragam. Namun semua warga berbaur mesra di kampung seluas 3 hektar ini.

Potret Pemberdayaan Potensi Lokal

Selain Anggun, siang itu saya juga ditemani warga setempat yaitu Pak Lili dan Anis, untuk berkeliling di Kampung Labirin.

Akses menuju lokasi Kampung Labirin tidak sulit. Kawasan ini berada di belakang terminal bus Baranangsiang, dekat lapangan di Jalan Riau. 

Gerbang labirin alias gang masuk ke pemukiman warga, adalah jembatan besi yang membelah sungai Ciliwung yang tergolong dangkal. Sungai ini masih dimanfaatkan warga untuk kebutuhan sehari-hari seperti mandi dan cuci. Meskipun tidak bisa dibilang jernih, namun kondisi sungai di sini jauh lebih bersih dibandingkan dengan 5 tahun ke belakang yang penuh dengan sampah.

Jembatan menuju "labirin"
Sekilas, Kampung Labirin tampak seperti perkampungan penduduk biasa. Rumah-rumah sederhana di bantaran sungai memadati kawasan RW 10. Suasana agak terasa berbeda saat mulai masuk labirin. Jalanan gang dengan paving block terlihat bersih. Beberapa mural menghiasi dinding rumah warga, yang membuat kepala pengunjung menoleh. Ada tulisan kata-kata bijak penuh makna, juga ada lukisan beraneka ragam.

Kata-kata bijak di dinding rumah warga
Perihal jalanan gang yang bersih, menurut Pak Lili adalah berkat kekompakan warga. Setiap 2 kali sehari pagi dan sore, pemuda-pemuda warga bergilir ditugasi mengambil sampah di rumah-rumah warga. Selain itu, ada banyak tempat sampah disediakan di sekitar pemukiman, dan warga diarahkan untuk selalu membuang sampah ke tempatnya. "Alhamdulillah, setelah menjadi Kampung Labirin, kesadaran warga meningkat, termasuk pembagian jadwal pengambilan sampah yang sudah terorganisir," cerita Pak Lili. 

Tempat sampah di lingkungan warga
Jalanan gang Kampung Labirin yang bersih
Beberapa sudut kampung ini, yang disentuh dengan nilai seni, menjadi keunikan tersendiri, karena semuanya hasil kreativitas warga. Seperti yang saya saksikan saat tiba di sebuah gang di sana, seorang warga sedang melukis di tembok rumah sehingga terlihat cantik dan eye catching

Selain itu, dengan keterbatasan lahan, warga juga menanam tumbuhan dengan sistem aquaponic di beberapa tempat. "Yang ditanam ada kangkung, cabe, stroberi. Di bagian bawahnya bisa untuk memelihara lele," ujar Anis menjelaskan.

Warga sedang mempercantik dinding rumah dengan lukisan

Tanaman aquaponic dan kolam lele
Setelah menjadi salah satu Kampung Berseri Astra di kota Bogor, dampak sosial pengembangan Kampung Labirin sangat terasa. Potret hasil swadaya masyarakat yang ditampilkan di kampung ini dapat mematahkan stigma bahwa semua kampung itu kumuh. Bahkan di tahun 2019 ini, Kampung Labirin berhasil menjadi Juara ke-3 Lomba Kampung Tematik se-Bogor.

Kata kuncinya adalah peran aktif warga. 

Lalu, bagaimana cara menggerakkan warga Kampung Labirin untuk antusias membangun kampungnya? Anggun menjelaskan, pendekatan awalnya adalah kepada para leader atau pemuka. Selanjutnya, mereka yang berperan menjadi change agent, mendorong seluruh warga. Tantangannya tidak mudah, namun perlahan-lahan warga dapat diajak bekerja sama, karena mereka juga yang merasakan hasilnya.

Satu hal yang berkesan kental saat saya menyusuri Kampung Labirin adalah penerimaan warga yang ramah, baik tua maupun muda. Mengajak bersalaman, melempar senyuman, bersemangat menjawab pertanyaan, membuat saya malas beranjak dari kampung ini.

Festival Kampung Labirin Astra Honda, Keseruan Atraksi Dalam Gang Sempit

Di bawah naungan Yayasan Astra Honda Motor, Kampung Labirin menjadi spot pariwisata kota Bogor melalui penyelenggaraan festival yang konsepnya mengangkat potensi budaya, sosial dan ekonomi lokal. Festival Kampung Labirin Astra Honda inilah yang menjadi daya tarik untuk wisatawan. Acara ini tidak diselenggarakan setiap hari, melainkan pada jadwal tertentu yang ditentukan melalui rapat pengurus organisasi Kampung Labirin. Informasi jadwal festival dapat ditemukan di Instagram @kampunglabirin.

Banyaknya gang di kampung urban ini, memang berbelok-belok bak labirin yang menyesatkan. Namun, tersesat di Kampung Labirin bakal menyenangkan pengunjung karena ada banyak atraksi dan tontonan yang disuguhkan warga. 

Peta Festival Kampung Labirin
Menurut Anggun, festival di kampung ini menjual experience lewat interaksi dengan warga dan menonton berbagai atraksinya. Festival dibuka untuk umum, tapi pernah juga ada perusahaan yang minta dibuatkan aktivitas khusus untuk mereka. Turis mancanegara yang pernah datang ke Kampung Labirin ada dari Singapura, Jepang dan Amerika.

Pada saat festival, pengunjung yang datang akan ditemani tour guide masuk ke gang Kampung Labirin. Lalu di gang ada berbagai suguhan atraksi yang dapat dinikmati. Ada tari jaipong, marawis, musik stomp, serta angklung persembahan talenta para remaja dan pemuda kampung. Lalu ada stand penjualan hasil kerajinan tangan warga. Spot kuliner lokal tak kalah menarik. Industri rumah tangga pembuatan emping jengkol dapat disaksikan dan dibeli hasilnya di Galeri Jengkol. Selain itu, kuliner khas lokal lainnya yang dapat dinikmati ada Nasi Tutug Oncom, Es Pala, Es Mangga, Kopi Jenaka, Mie Glosor, Toge Goreng dan lainnya.

Tari Jaipong (Sumber: Instagram @kampunglabirin)
Marawis (Sumber: Instagram @terminal_hujan)
Pembuatan emping jengkol di rumah warga
 
Wahana air berupa keliling sungai dengan perahu karet juga bisa dinikmati pengunjung. Wahana ini satu-satunya aktivitas yang dibuka setiap hari untuk umum. Dengan tarif sekali naik Rp5 ribu untuk 15 menit, penghasilan yang didapat berkisar Rp250 ribu - Rp400 ribu per hari.

Wahana Air Kampung Labirin
Seluruh kegiatan festival adalah partisipasi warga setempat, tanpa campur tangan orang dari luar kampung. "Ini seperti selebrasi pemberdayaan warga" ujar Anggun. Dukungan pemerintah daerah dalam hal ini Kelurahan, juga sangat membantu terselenggaranya kegiatan Festival Kampung Labirin Astra Honda. Sejak dibuka Desember 2018, Kampung Labirin telah 4 kali menyelenggarakan festival, dengan rata-rata pengunjung lebih dari 50 orang.

 

KBA, Model Kampung Ideal

Menjadi Kampung Berseri Astra (KBA), Kampung Labirin kini tak hanya menjadi representasi kampung ideal dari segi sosial ekonomi. Lebih dari itu, Bogor kini punya tambahan destinasi wisata, yang dapat turut meramaikan kunjungan turis ke Kota yang terkenal dengan talas ini.

KBA adalah wujud program Corporate Social Responsibility PT Astra International Tbk yang diimplementasikan untuk masyarakat di berbagai wilayah di seluruh Indonesia. Tujuannya adalah bersama-sama mewujudkan wilayah yang bersih, sehat, cerdas dan produktif, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat di KBA.

Program KBA telah berjalan sejak tahun 2013, dan hingga kini Grup Astra telah memiliki 86 KBA yang tersebar di 34 provinsi di Nusantara.

Anis, warga lulusan SMK ini, dapat ditemui di gerai kopi saat Festival Kampung Labirin. Rasa memilikinya terhadap Kampung Labirin tergambar dari tutur kata, dan menjadi salah satu contoh anak muda warga yang bersemangat membangun kampung tempat tinggalnya. Harapan Anis sebagai warga, KBA Kampung Labirin dapat terus berkembang sebagai destinasi wisata, sehingga meningkatkan taraf hidup seluruh warga.

Anggun & Anis - Narasumber

#KitaSATUIndonesia #IndonesiaBicaraBaik

Rabu, 25 Desember 2019

SehatQ, Sahabat Cerdas untuk Hidup Sehat

Data yang dirilis Hootsuite - We Are Social di awal 2019 lalu tentang pengguna internet dan media sosial di Indonesia, cukup menggugah saya. Pengguna internet terus berkembang, termasuk di Indonesia. Hootsuite melansir, dari total populasi Indonesia 268,2 juta, sebanyak 150 juta penduduk merupakan pengguna internet. Artinya, 56% atau lebih dari separuh penduduk Indonesia terhubung dengan internet alias sudah melek internet. Angka ini kabarnya naik 13% dari data tahun sebelumnya. So, bukan mustahil tahun 2020 nanti angkanya bakal naik lagi.

Data Pengguna Mobile, Internet dan Medsos di Indonesia
Versi Hootsuite, Januari 2019

Data di atas menunjukkan bahwa internet di zaman now, tampak semakin jadi salah satu kebutuhan. Inilah yang kemudian memunculkan aneka platform digital untuk berbagai keperluan, baik barang maupun jasa.

Nah kamu, yang sedang baca ini, bagian dari penduduk yang 56% itu lho. Hehehe... 

Lalu dipakai untuk apa aja nih internetnya? Teknologi cerdas, penggunanya harus cerdas juga dong. Dari pada berselancar (browsing) iseng doang, mending tuk cari informasi yang bermanfaat ya. 

Udah tau belum kalau kita bisa dengan mudah mendapat layanan dan informasi kesehatan dari internet? Tinggal klak klik mainin jarinya, lewat komputer maupun ponsel, kebutuhan kesehatan pribadi dan keluarga bisa terpenuhi. Gak percaya? Cuss mampir ke SehatQ.com.

Di era digital sekarang platform kesehatan seperti SehatQ benar-benar memudahkan. Sudah bukan zamannya capek antri hanya untuk daftar konsultasi dokter. Aktivitas konsultasi, booking serta pencarian informasi kesehatan lainnya bisa dilakukan lewat SehatQ di mana pun melalui gawai. Gratis!

Kemudahan Layanan & Informasi Kesehatan Pribadi di SehatQ.com

Setidaknya, 9 hal di bawah ini bisa didapatkan lewat fitur-fitur di SehatQ.com, sehingga penggunanya merasa punya layanan informasi kesehatan pribadi.

Fitur-Fitur Bermanfaat di SehatQ


Pertama, Informasi Dokter & Booking Online
Seringkali saya dapat rekomendasi dokter spesialis dari keluarga atau teman. Lewat SehatQ saya bisa lihat profil dokter yang dicari, praktik di mana saja, serta jadwal praktiknya. Nah kalau memang perlu pemeriksaan, booking langsung deh di situ. Praktis, no antre no biaya. 

Contoh, rekomendasi dokter THT yang saya tulis beberapa waktu lalu. Dicek via SehatQ, Profesor yang saya rekomendasikan bisa terlihat praktik di tempat lain, selain di rumah sakit yang saya sebutkan.

Kedua, Informasi Rumah Sakit
Cari Rumah Sakit (RS) yang terdekat dengan domisili, mudah juga lewat platform ini. Urut sesuai abjad, atau filter berdasarkan lokasi (kota) lalu klik fasilitas RS, muncul deretan RS dengan fasilitas yang ingin dicari. Bisa juga cari RS berdasarkan kategorinya (RS, Klinik, Puskesmas, dsb.). Fitur ini juga berguna saat darurat. Misalnya, saat kita melancong ke luar kota tempat tinggal dan perlu ke RS.

Ketiga, Konsultasi Dokter Online
Untuk konsultasi dokter, kita bisa tanya apa saja A-Z tentang masalah kesehatan atau pengobatan melalui fitur Chat Dokter. Aman dan dapat dipercaya, karena konsultasinya dengan dokter beneran yang berpengalaman. Ini pastinya berguna untuk pertolongan pertama pada penyakit yang diderita, karena dokter akan memberi penjelasan dan saran atas masalah kesehatan yang dikonsultasikan. Histori chat juga tersimpan, sehingga kita bisa baca ulang lagi jika diperlukan.

Untuk bisa chatting maupun booking online, kita harus daftar diri sehingga punya data akun di platform ini. Gak ada syarat khusus kok, hanya input data diri dan anggota keluarga jika mau dimasukkan. Caranya, klik login di pojok lalu pilih lanjut dengan akun Google, Facebook, atau email.

Keempat, Artikel Kesehatan
Kelima, Informasi Obat
Keenam, Informasi Penyakit

Untuk fitur Keempat, Kelima dan Keenam, ini semua bagaikan search engine atau direktori khusus kesehatan. Pengguna yang mau tahu informasi tentang suatu obat, penyakit, atau tips dan info kesehatan lainnya, dapat dengan mudah berselancar di sini dan mendapatkan informasinya yang valid. 

Kalau sering-sering baca Artikel Kesehatan di SehatQ.com atau klik info penyakit maupun obat, pengetahuan kita tentang kesehatan pasti tambah oke. Ini yang saya suka, jadi makin cerdas karena dapat ilmu kesehatan terpercaya. No hoax, karena semua artikel telah dicek oleh tim dokter ahli di bidangnya. Bahasanya ringan, mudah dicerna oleh orang awam. Mitos-mitos tentang kesehatan pun bisa dicari faktanya di sini. Atau kalau gak nemu, tinggal chat dokter untuk tanya. Asik ya... Semua informasi kesehatan komplit tersedia dalam satu platform.

Cari Informasi Penyakit A-Z di SehatQ

Ketujuh, Program Promosi
Ibu-ibu biasanya demen banget kan sama diskon-diskon. Nah di fitur Promo, kita bisa hunting informasi layanan kesehatan atau klinik, yang punya program promosi. Misalnya, potongan harga untuk imunisasi, atau diskon untuk medical check up. Lumayan kan, bisa berhemat untuk kesehatan keluarga.

Kedelapan, Forum
Forum diskusi tanya jawab dokter dengan pengguna, bisa disimak di fitur ini. Cari pertanyaan yang kita mau ketahui, siapa tahu ada orang lain dengan masalah kesehatan yang sama dengan yang kita punya, sehingga bisa langsung dapat jawaban solusinya. Atau kita bisa ajukan pertanyaan sendiri maupun thread di Forum ini.

Kesembilan, Event Kesehatan
Buat yang suka cari ilmu kesehatan lewat seminar atau workshop, di sini tempatnya. Info seputar acara kesehatan, termasuk lomba-lomba bisa dicari di fitur Acara agar tak ketinggalan beritanya.

Kapan Perlu SehatQ.com?

Platform kesehatan yang cerdas ini sepertinya bakal diperlukan setiap saat, namun utamanya ia akan dibutuhkan pada saat-saat berikut.
  1. Punya keluhan pribadi atau melihat keluarga/teman yang punya keluhan penyakit: bisa browsing cari artikel penyakit, atau chat dokter untuk konsultasi.
  2. Untuk mengecek informasi obat, mencari obat, atau memastikan obat akan yang dibeli sesuai dengan fungsinya: dengan browsing di fitur obat.
  3. Saat traveling dan punya gangguan kesehatan: browsing rumah sakit terdekat atau obat yang diperlukan, pasti bermanfaat. Chat dengan dokter bila perlu.
  4. Booking online perjanjian dokter agar efisien dan anti ribet.
  5. Upgrade ilmu kesehatan dengan membaca artikel-artikel kesehatan atau cari acara-acara kesehatan yang diselenggarakan berbagai instansi.
SehatQ yang penuh manfaat ini juga tersedia aplikasinya, yang bisa diunduh di Play Store serta App Store. Jadi, sesuai dengan era digital yang serba memudahkan, untuk mendapatkan aneka informasi kesehatan pun  kini semakin mudah dan cepat.

Aplikasi SehatQ

Kenapa Pakai SehatQ.com?

Dari uraian di atas, sudah jelas ya, manfaat platform kesehatan ini untuk pribadi maupun keluarga.

Alasan pakai SehatQ

Melihat kelengkapan dan kemudahan mencari informasi kesehatan di SehatQ.com, buat saya platform ini bukan sekedar untuk booking dokter, chatting, maupun cari informasi kesehatan saja, melainkan jadi sahabat cerdas saya untuk hidup sehat.

Selasa, 10 September 2019

Bukan Hoax! Dapat Bonus Saldo OVO 1 Jeti dari Grab



Alhamdulillaah akhir Agustus 2019, saya dapat rejeki tak terduga dari transportasi publik favorit saya, Grab. Tak terduga bukannya karena tiba-tiba sih. Tapi karena gak nyangka bakal beneran bulet dapet saldo OVO Rp 1 juta. Kirain bakal ada T&C alias S&K. Tau kan... Syarat & Ketentuan gitu, yang bikin berdecak: oh ternyata... oh ternyata... hehehe suuzon ya.

Ikutan Challenge Grab

Ojek online (ojol) saat ini kayaknya kurang pas lagi disebut ojek. Pasalnya, di aplikasinya sendiri ada segudang fitur selain fungsi utamanya sebagai "ojek". Mirip layanan satu atap yang melayani macam-macam jasa dan pembelian.

Ceritanya, hari itu saya sedang mengamati ada fitur apa lagi sih di aplikasi Grab, yang belum saya jamah. Saya tau di situ ada artikel-artikel makanan dan travel, ada berita, polling, sampai horoskop. Scroll sampai bawah, jeng jeng!! Baru tau kalau ada "Challenge" alias tantangan. Ada 3 tantangan saat itu yang namanya: Jugglenaut, Grabzilla, dan Amateur Champion. Tapi yang menarik perhatian saya adalah Jugglenaut. Keterangannya, "Complete 74 rides (GrabBike, GrabCar, GrabCar6, GrabTaxi) by 31/8/2019 - earn Rp1,000,000 worth of savings!"



Order 74 rides dalam sebulan? Emmm.. buat saya yang pulang pergi kerja pakai jasa ojol, ditambah orderin untuk anak-anak sekolah, itu bukan hal sulit. Yakin nih Grab mau ngasih tantangan yang "hampir pasti" bisa saya lewatin?

Pikiran saya pun bertanya-tanya mengenai kebenaran bonus saldo OVO 1 jeti. Tapi malah jadi penasaran yah... Akhirnya saya klik deh ikut challenge itu. Nothing to lose juga. Dapet or gak dapet bonusnya, toh saya tetap butuh order GrabBike sehari-harinya. Saat itu sudah minggu kedua Agustus, yang artinya sisa waktu saya tinggal 3 minggu untuk menyelesaikan tantangan.



Ikutan tantangan kayak gini, meskipun iseng ternyata bikin saya bolak balik liat progress, sudah berapa persen atau berapa order lagi yang harus saya lakukan pada sisa waktu yang ada. Dan... Jelang akhir Agustus saya berhasil menyelesaikan tantangan 74 rides sesuai ketentuan challenge Jugglenaut itu. Tanggal 27 udah beres dong tantangannya.

Kolek Bonus OVO

Setelah selesai, muncul notifikasi kalau saya sudah menyelesaikan challenge, dan akan dikonfirmasi untuk bonus OVOnya. Tiga hari kemudian, tepatnya tanggal 30 Agustus, ada notif lagi kalau bonus bisa diambil. Yeay... Klik redeem, nongol deh tuh angka 6 digitnya, di saldo OVO saya. Alhamdulillaah. Eits, ada catatannya, bonus tidak dapat diuangkan (non refundable), tidak dapat ditransfer (non transferable). It's okay, asal bisa dipakai...

Seumur-umur baru kali itu saya punya saldo OVO sejuta rupiah. Biasanya diisi puluhan ribu aja, pernah ratusan ribu sekali/2 kali karena mau jajan di resto. Hehehe.

Redeem bonus di aplikasi Grab

Penampakan 1 Jeti di Aplikasi OVO 

Lalu muncul lagi pertanyaan, itu bonus saldo apa cuma bisa dipake nge-grab (ojol) doang? Ternyata tidaak... Saya bisa beli makanan di counter/resto dengan pembayaran OVO, bisa beli pulsa, bahkan bisa beli tiket nonton film bioskop : Gundala! So, itu saldo bisa dipakai apapun yang transaksinya menggunakan OVO

Hiks... jadi terharu... Thanks a lot Grab. Best lah!

Ada yang pernah ikut challenge yang lain dari Grab?

Senin, 26 Agustus 2019

Misteri KRL Gerbong Wanita

Ini kisah nyata.

Hihihi... Tenang, saya bukan mau cerita horor sih. Cuma sedikit pengalaman misterius yang membekas.

Sebagai anak kereta (baca: pengguna setia KRL Commuter Line), saya menyambut baik adanya gerbong khusus wanita yang sudah ada beberapa tahun itu. Ini mengingat ketidaknyamanan saat berdesakan-desakan dengan lawan jenis. Belum lagi seringnya terjadi kasus pelecehan di gerbong kereta yang bercampur antara pria dan wanita.

Untuk yang belum tau, kereta KRL Commuter Line Jabodetabek punya gerbong khusus wanita di rangkaian paling depan dan terakhir. Pria dilarang masuk ke sini, kalau nekat bisa dipelototin dan dicaci-maki segerbong sampai lemes (wakakak, lebay..).

Awalnya saya semangat menaiki gerbong wanita ini, terutama yang bagian depan. Ini karena setiap pagi naik Commuter Line, saya turun di Stasiun Tebet yang pintu keluarnya di depan. Jadi untuk mempersingkat jalan kaki, saya naik di gerbong 1, yang merupakan gerbong khusus wanita itu.

Tapi lama-lama saya agak kurang nyaman di gerbong itu. Mungkin karena banyak peminatnya, jadi waktu turun di stasiun, seringnya terdorong-dorong berebutan. Lalu beberapa kali saya melihat ada yang bertengkar mulut karena hal sepele, seperti tidak mau bergeser, gak sengaja terinjak, dsb. Ditambah lagi saya jarang dapat duduk, tak ada yang mau mengalah karena sama-sama wanita. Hahaha. Wanita...

Akhirnya saya bergeser ke gerbong 2. Sama padatnya, tapi saya lebih sering dapat duduk. Hehehe.

Gerbong khusus wanita KRL Commuter Line

Dan.. muncullah cerita-cerita itu. Konon, di gerbong khusus wanita egonya tinggi. Tak ada yang mau mengalah (untuk memberi duduk), bahkan untuk orang yang membutuhkan (ibu hamil, orang lanjut usia, & disabilitas). Bukan 1 - 2 cerita, tapi banyak cerita-cerita tentang ini.

Lalu saya mengalaminya sendiri.

Cerita Misteri Pertama

Belum lama ini saya naik kereta di gerbong khusus wanita bagian depan dari stasiun Cawang, karena keburu-buru hampir ketinggalan. Gak terlalu padat berdesakan, tapi penuh. Berdiri dekat jendela bikin saya bisa memperhatikan orang-orang yang duduk di bangku panjang kapasitas 7-8 orang itu. Yang duduk, merem semua haha...  Dua orang yang duduk tergolong lansia, sisanya masih muda, normal dan terlihat sehat.

Sambil kereta terus melaju, saya perhatikan lagi orang yang berdiri. Sebagian besar sibuk dengan gawainya. Lalu pandangan saya tertuju ke seseorang yang perutnya terlihat gendut. Dia kelihatan tenang aja berdiri. Saya ragu-ragu mau tanya apakah dia sedang hamil atau nggak... (berhubung orang yang obesitas juga kerap terlihat seperti hamil hehe). Gak lama, dia mengelus-elus perutnya. Gaya-gayanya bumil ini mah.

Langsung aja saya tanya : "Mbak, lagi hamil?" Yang ditanya mengangguk.

"Kenapa gak minta duduk? Kuat?", saya lanjut tanya.

"Gapapa, males mintanya", kata si mbak sambil senyum kecut.

"Turun di mana?", tanya saya lagi.

"Bogor", jawabnya.

Bumil berdiri di gerbong khusus wanita

Saat itu baru tiba di stasiun Pasar Minggu, yang jaraknya masih 11 stasiun dari Bogor, atau sekitar 40 menit lagi. Ulala.

Itu percakapan lumayan kenceng suaranya, tapi orang muda yang duduk di depannya tak bergeming. Nunduk, merem, tapi nampaknya tak tidur, karena sebelumnya saya perhatikan dia melihat ke jendela di belakangnya. Sementara orang yang duduk sebelahnya fokus menatap gadget tanpa peduli sekeliling.

Spontan saya berujar keras: "Ada yang bisa kasih duduk? Ada ibu hamil..."

Magic! Gak ada yang bergeming lho!

Cerita Misteri Kedua

Biasanya, pulang kantor dengan berdiri di KRL tidak masalah buat saya. Tapi kali itu agak bermasalah karena kaki terkilir hari sebelumnya.

Maka, hari itu saya benar-benar butuh duduk di KRL, supaya gak nambah sakitnya. Saya juga gak kuat jalan terlalu jauh... So, saya berniat naik di gerbong wanita depan aja yang paling dekat dengan pintu masuk stasiun Cawang.

Antrian masuk gerbong khusus wanita

Saat berhasil masuk di kereta yang lumayan padat itu, saya langsung minta duduk ke orang-orang yang duduk di kursi panjang.

"Maaf, boleh minta gantian duduk? Kaki saya sakit, gak kuat berdiri lama", kata saya.

Tak ada yang bergerak/berdiri. Saya positif thinking aja, mungkin orang-orang yang duduk sama seperti saya, sedang sakit semua. Karena tak ada satupun yang terlihat sedang hamil.

Tiba-tiba yang duduk di ujung nyaut: "Bu, kalau perlu duduk cari di bangku prioritas aja".

Saya diam. Lihat kiri kanan, susah gerak, gimana mau geser ke bangku prioritas yang letaknya tertutup orang-orang padat berdiri? Sementara penumpang berdiri lainnya tak ada satupun yang nampak berniat membantu saya. Ada apa gerangan yak?

Dua stasiun berlalu, saya masih berdiri. Ketika mulai banyak yang turun, terlihat seorang petugas KRL di sambungan gerbong wanita dan gerbong campur.

Saya melambaikan tangan sambil teriak: "Pak! Tolong bantu cari tempat duduk dong... Kaki saya sakit." 

Petugas langsung  nyamperin  saya dan mengarahkan untuk bergeser ke gerbong sebelahnya.

Katanya: "Di gerbong sini aja bu. Susah kalo di gerbong wanita mah. Saya juga bingung mintanya."

Nah, petugasnya aja udah nyerah duluan. Ngeri amat.. Ih, kok bisa begitu? Apakah orang-orang egois memang ngumpul di gerbong wanita itu? Atau karena "sesuatu" orang-orang di gerbong itu jadi egois sih?

Misteri...
Saya belum dapat jawabannya sampai sekarang.

Sabtu, 29 Juni 2019

Pengalaman Menginap di Hotel Neo+ Green Savana, Sentul City

Sentul City atau yang sering disebut Sentul, termasuk kawasan di kabupaten Bogor, Jawa Barat, yang terus berkembang. Perumahan, penginapan hingga tempat wisata dan hiburan banyak dibangun di daerah yang berjarak kurang dari 1 jam dari Jakarta ini.

Wilayahnya yang berbukit dan bercurah hujan tinggi membuat hawa Sentul sejuk, sehingga nyaman untuk liburan bersama keluarga atau sekolah. Tercatat di kawasan ini ada tempat rekreasi Jungle Land, Taman Budaya, Eco Park, air terjun Bidadari, Curug Kencana, hutan pinus & pemandian air panas Gunung Pancar, wisata alam Fantasia, Kampung Agrowisata, dll. Ini tempat-tempat wisatanya di seputaran Sentul aja dan gak kena macet jalan raya. Jadi recommended lah tuk alternatif berakhir pekan atau liburan.



Ceritanya, awal liburan sekolah yang lalu, saya dan keluarga berlibur di Sentul. H-10 cari-cari hotel di Traveloka dan aplikasi tiket hotel lainnya ternyata hotel yang diincar sudah penuh. Yang diincar gak aneh-aneh sih, syaratnya cuma ada kolam renangnya, berhubung bawa bocah-bocah yang demen main air hehehe... dan tentunya masuk dalam budget.

Yang bikin mupeng dari gambarnya di aplikasi tiket hotel, salah satunya adalah hotel Neo+ Green Savana. Hotel Neo dikenal sebagai penginapan budget-nya Aston International karena mereka dalam naungan Aston. Saya pernah menginap di salah satu Hotel Neo di Cirebon. Hotel di sana berkonsep minimalis namun rapi dan nyaman untuk menginap. Neo+ Green Savana Sentul City itu di gambar fotonya punya kamar yang langsung di depan pool. Menarik hati sekali, tapi sayang pada tanggal yang direncanakan ke sana tidak tersedia 3 kamar seperti yang akan dipesan.

Booking Neo+ Green Savana Sentul City via Website-nya

Seperti biasanya, jika saya tidak dapat kamar dari aplikasi tiket hotel, saya akan telepon langsung ke hotelnya. Ini untuk memastikan saja apakah kamarnya benar-benar full book atau tidak. Pantang menyerah ceritanya hehe. Dan, alhamdulilah masih rejeki. Saat saya telepon ke resepsionis, pada tanggal yang direncanakan akan menginap, masih tersedia kamar. Yeay! Saya disarankan memesan lewat website-nya langsung, karena jika booking lewat resepsionis diharuskan langsung membayar uang muka saat memesan.

Wah oke banget ya sarannya. Cuss saya langsung ke website pemesanan Hotel Neo Green Savana. Ada 4 macam room yang ditawarkan : standard room, standard room pool access, standard room pool level, dan suit room. Masing-masing kamar dapat dihuni maksimal 3 orang. Sesuai rencana, saya booking 3 room pool access: 2 room berisi 3 orang, 1 room berisi 2 orang. Tarifnya ternyata berbeda sedikit, untuk yang isi 3 orang Rp862.973/malam, isi 2 orang Rp814.573/malam. Harga sudah include tax, free breakfast dan free cancellation hingga H-4 (harga per 23 Juni 2019).

Review Hotel Neo+ Green Savana Sentul City

Saya kurang paham kenapa di hotel Neo yang ini diberi tanda plus (+). Mungkin karena konsepnya beda dengan hotel  Neo lainnya. Neo+ Green Savana Sentul City, sesuai namanya memang didesain green concept. Banyak tanaman hijau dan area hijau di sekelilingnya. Segeerr... Tempat parkirnya luas, dan bisa untuk jogging pagi hari.

Halaman dan parkiran

Awalnya saya pikir hotel bintang 3+ ini tinggi. Ternyata hanya 2 lantai di sisi sebelah kanan, dan 1 lantai di sisi kirinya. Lalu kolam renang terletak di tengah-tengah. Keseluruhan kamarnya hanya 70 kamar.

Kolam renang depan kamar
Sepi kalau di bawah jam 7.30

Tiga kamar yang dipesan adalah 108, 110 dan 111. Untuk yang 110 (double bed) dan 111 (twin bed)  adalah connecting rooms, ada pintu pembatas yang dapat dibuka. Terasnya cukup luas, ada kursi panjang dan meja kecil, asik untuk duduk-duduk manis sambil ngopi.

Ruang kamarnya luas,  ada lemari pakaian gantung, kulkas kecil dan meja kursi. Tempat tidurnya pun cukup besar dan nyaman untuk ditiduri bertiga dengan anak. Akses ke pool benar-benar pemandangan yang menyegarkan... Bikin pingin nyebur terus serasa kolam pribadi. Apalagi di depan kamar, disediakan kursi pinggir kolam untuk bersantai.

Standard room pool access

Teras depan kamar

Ada televisi dengan beragam channel berlangganan di kamar. Sementara Wi-Fi gratisnya kenceng. Dijamin gak akan mati gaya, baik di dalam maupun luar kamar.

Toiletnya cukup besar dan bersih, dipisahkan antar area wastafel yang kering, area mandi (shower) dan kloset. Ada pemanas airnya, serta dilengkapi dengan hair dryer. Sayangnya pintu toilet di kamar 111 tidak bisa tertutup rapat maupun dikunci. Tapi ini tidak terlalu masalah.

Saya dan keluarga menginap 3 hari 2 malam di hotel ini. Secara umum breakfast-nya lumayan. Masakan Indonesia dan Western disediakan, dan rasanya enak. Cuma mungkin perlu lebih banyak variasi dari hari ke hari agar tidak bosan.

Ruang makan/resto

Untuk makan siang dan malam, tidak jauh dari hotel ada kawasan Taman Budaya yang menyediakan restoran dan counter makanan/minuman. Keluar sedikit dari hotel juga bisa ketemu Indomaret, rumah makan dan Ah Poong yang lengkap dengan aneka kulinernya dan buka hingga malam. Jadi, tidak sulit untuk cari makanan saat menginap di hotel ini.

Puas Berenang dan Bermain di Neo+ Green Savana Sentul City

Berhubung kamarnya langsung akses ke pool, sudah pasti kegiatan utama kami adalah berenang. Anak-anak puas banget bolak balik renang di sini, baik benar-benar berenang maupun main air, sampai main bola segala di kolam renang hehe.

Selain kolam 1,2 meter, kolam renangnya ada yang khusus anak juga, lengkap dengan playgrond-nya, cocok tuk keluarga yang bawa balita.

Selain renang, kegiatan lain yang bisa dilakukan di seputaran hotel banyak juga. Pagi hari, anak-anak saya sewa sepeda yang memang disediakan hotel. Tarifnya 40 ribu per jam, bisa puas olahraga sepedaan keliling hotel. Main bola di lapangan hijau yang luas bisa juga lho... Tapi bawa bola sendiri ya.

Hotel Neo+ Green Savana Sentul City juga terhubung dengan Taman Budaya Sentul City. Jalan kaki 3 menit aja langsung sampai. Di tempat ini ada beberapa wahana permainan outbound. Flying fox, panahan dan shooting target adalah permainan yang dicoba. Tarifnya Rp 30-40 ribuan. Mainan cowok banget yaa, hehe.. maklum anak saya jagoan semua. Tapi anak cewek juga bisa main kok kalau berminat. Orang dewasa pun seru main bareng anak-anaknya. Ada juga wahana high rope (memanjat dan meniti tali), serta trampolin, becak mini dan kuda poni yang cuma dibuka saat weekend.
Flying fox dan Panahan

Kalau mau atraksi or wahana yang lebih banyak ya ke Jungleland atau tempat wisata lainnya yang sudah disebutkan di atas.

So, secara umum penilaian saya tentang hotel Neo+ Green Savana di Sentul, cukup oke untuk liburan. Hanya terganjal saat check-in, yang baru bisa masuk kamar pukul 15.30 karena baru beres dibersihkan, padahal saya dan keluarga datang pas jam check-in pukul 14.00.

Untuk next serta tips untuk yang mau menginap di sini dan booking lebih dari 1 kamar, mungkin perlu konfirmasi kedatangan (ulang) lewat telepon sebelumnya ya, agar kamarnya segera disiapkan.

Minggu, 26 Mei 2019

Setelah MRT, Coming Soon LRT

Setiap kali melewati tol Jagorawi, mulai dari Cibubur hingga Lebak Bulus, tampak pembangunan jalur LRT (light rail transit) di sepanjang jalan bebas hambatan itu. Begitu juga saat berkendara via tol ke arah Bekasi. Jalur layang beton itu sudah terlihat mengular.

LRT sudah sejak lama jadi andalan model transportasi publik di negara tetangga Malaysia dan Singapura. Sedangkan di Indonesia, kereta jenis ini masih dalam tahap pembangunan, menyusul MRT (mass rapid transit) yang sudah launching di ibukota pada Maret yang lalu.

KRL (kereta listrik) mungkin cikal bakal moda transportasi kereta modern di Indonesia.

Beroperasi sejak zaman dulu, saya sudah menikmati angkutan KRL sejak awal kuliah tahun 1995 (ups, ketahuan deh angkatannya.. haha). Saya juga jadi saksi perubahan signifikan yang terjadi pada angkutan ini, dari yang karcisnya harus dibolongi sampai kartu magnetik tap. Dari kereta ekonomi berjejal campur pedagang dan pengemis, sampai commuter line ber-AC. Anyway sampai saat ini, penghubung Jabodetabek tercepat dan termurah, ya KRL.

Melihat Precast Plant (pabrik beton) LRT yang tampak jelas di pinggir tol Sentul, serta rel-rel beton yang melayang di sepanjang jalan tol, bikin saya membayangkan seandainya kereta itu sudah lalu lalang di sana. Informasi dari web lrtjadebek.com, per 3 Mei 2019, pembangunan LRT Jabodebek Tahap 1 baru mencapai 61,95%. Sementara Kompas.com melansir, pembangunan jalur Cibubur-Baranangsiang (Bogor) akan dilaksanakan tahun 2020. Targetnya, jalur Jabodebek akan rampung dan efektif beroperasi tahun 2021. Hmmm 2 tahunan lagi. Sabaar... Sedikit ngiri aja sih sama Palembang yang sudah punya LRT sejak Juli 2018.

Untuk dalam kota saja, LRT Jakarta sudah melakukan uji coba, seperti  rute Rawamangun - Kelapa Gading pada 15 Agustus 2018. Btw, uji coba publik rute ini akan diulang pada 11 Juni 2019 mendatang. Ayo ayo... Yang mau nyobain transportasi modern ini segera daftar ya, di situs www.lrtjakarta.co.id.

Pembangunan Jalur LRT
Gambar : www.lrtjabodebek.com

MRT vs LRT

Saya sempat mencicipi MRT saat uji coba publik April 2019 yang lalu. Tidak terlalu penasaran karena kereta ini hanya ada di dalam kota Jakarta. Artinya, saya yang tinggal di Bogor tidak terlalu memerlukannya. Saat ini MRT memang dikhususkan sebagai sarana transportasi Jakarta untuk mengurangi kemacetan di ibukota.



Kesan naik MRT kala uji coba itu, saya bandingkan dengan KRL. Laju MRT terasa lebih cepat, lebih sunyi (tidak seberisik KRL saat melewati rel besinya), lebih sedikit/halus goncangannya, dan lebih kecil space gerbongnya. Yang juga terlihat berbeda adalah stasiun-stasiun MRT yang tampak kekinian serasa di luar negeri.



Berbeda dengan KRL, jenis kereta MRT dan LRT beroperasi tanpa masinis loh, alias otomatis dengan kendali dari operation center. Wahh, canggih ya!

Lalu apa bedanya MRT dengan LRT?  Bisa dicek di tabel berikut ya. Ternyata MRT lebih cepat lajunya.


Catatan: kabarnya jalur LRT ke arah Bogor akan dibangun menapak di tanah, alias tak melayang. Yahh.. kurang seru deh, jadi gak jauh beda dengan KRL hehehe. Tapi mungkin sensasinya tetap beda ya, mengingat LRT ini gerbong pendek dan jalan tanpa masinis.

Saya belum pernah ikut uji coba LRT, tapi kereta jenis ini long time ago pernah saya naiki di negeri Jiran Malaysia. Lihat bentuknya sih sama persis. Di Malaysia, LRT terhubung dengan bandara, terminal bis, mal, apartemen atau perkantoran. Jadi beneran gak butuh mobil kalau mau ke mana-mana. Hanya LRT dan jalan kaki! Kebayang kalau suatu ketika kota-kota besar di Indonesia seperti itu? Bakal nyaman dan tentram yaa

Dan dengan pembangunan sarana transportasi keren semacam ini, harapan utamanya sih tetep: semoga tarifnya terjangkau semua kalangan. Sepakat?! 😉

Minggu, 21 April 2019

Ini Loh Rekomendasi Dokter THT Oke di Jakarta (Bag. 2)

Ini lanjutan posting sebelumnya mengenai pengalaman ke dokter THT. Berhubung ceritanya kepanjangan, jadi dibikin part 1 dan part 2. Yang belum baca cerita awal perburuan dokter THT, karena saya takut operasi polip, cuss baca dulu di postingan sebelumnya ya. 

Peralatan THT Lengkap di RS THT Proklamasi

Setelah Prof. Zainul menyatakan bahwa Zia tidak perlu operasi polip, maka Zia diminta tes THT dan pendengaran untuk memastikan bahwa telinganya benar baik-baik saja. Saya nurut aja apa kata Prof Zainul karena saya ingin tuntas beres hari itu juga. 

Zia dibaringkan di ruang pemeriksa dokter lalu dicek dengan alat THT di sana, mulai dari alat yang biasa ada di rumah sakit umum sampai alat periksa yang baru saya kenal, semacam garputala yang ada suaranya didengungkan ke telinga, dll.


Pemeriksaan di Poli

Beres pemeriksaan di Poli itu, lanjut tes pendengaran, yang dilakukan di ruangan berbeda. Prof. Zainul membuat surat pengantar untuk pemeriksaan di ruang Audiologi di lantai 3 RS THT Proklamasi itu.
Surat Pengantar Tes Pendengaran

Masuk ke ruangan sana kami diantar oleh Satpam jaga, karena hanya dia yang mempunyai akses masuk ke ruangan di lantai tersebut (selain paramedis mungkin). Jadi, tidak sembarang orang bisa lalu lalang. Ruangannya saat itu sunyi sepi dan lorong di lantai ini terlihat makin persis dengan lorong hotel. 

Di ruang Audiologi yang berukuran sekitar 3 m x 1.5 m ada seorang perawat/terapis duduk, dan berbagai macam headphone tampak tergantung di dinding. Seumur-umur baru kali itu saya masuk ruang semacam itu.


Ruang Audiologi

Si pasien disuruh duduk dan dipasangkan salah satu headphone. Lalu dites mengulang kata-kata yang terdengar. Beberapa kali Zia dikoreksi kesalahannya. Menurut Zia, kata-kata yang diperdengarkan itu kadang  mendekat kadang menjauh, sehingga bisa terdengar jelas, bisa juga kurang jelas. Mas perawatnya memperhatikan Zia bicara sambil bikin titik-titik dan catatan pada grafik di kertas.

Singkat cerita, setelah pemeriksaan pendengaran selesai, kami kembali ke ruang poli konsul dokter di lantai satu. Komentar Prof. Zainul setelah membaca hasil pemeriksaan itu,: "Yak masih normal semua. Saya kasih obat aja. Kalau mau bukti lagi apakah masih ada polipnya, nanti seminggu lagi rontgen lagi aja".

Wadaw.. professor ini menenangkan hati sekali... tak sia-sia saya kemari. Alhamdulillah. Cuss ah pulang, tiba-tiba perut baru terasa lapar minta diisi. Hehehe... gak kerasa sih kami telah 3 jam lebih di rumah sakit itu. Tinggal ke kasir dan apotik untuk menebus obat, saya pun melenggang dengan ceria, membawa oleh-oleh grafik hasil pemeriksaan audiometri untuk dibawa pulang. Dan di perjalanan pulang, Zia berkomentar : "Bunda ngapain sih periksa macem-macem jauh-jauh gini... Kan aku sehat-sehat ajaa". Ihiks...

Biaya Pemeriksaan di RS THT Proklamasi


Sooo, udah jelas deh ya, rekomendasi dokter THT oke di Jakarta, salah satunya Prof. Zainul A. Djaafar, Sp.THT-KL yang baik hati ini. Yuhuu biayanya berapa untuk mendapatkan ketenangan hati itu? Pasti pada pingin tau kan? Hihihi. Siap-siap aja, ada rupa ada harga. Hehe... Alhamdulillah saya dan anak-anak saya ter-cover asuransi, salah satu  providernya Ad Medika, jadi saya tidak terlalu memikirkan biaya dari awalnya. Tapi saya tetap bawa persiapan dana untuk jaga-jaga jika pemeriksaan di sana tidak di-cover.

Nah, dengan perlengkapan THT yang sedemikian komplit, biaya pemeriksaan di RS THT Proklamasi juga mantap. Di kuitansinya tertera sbb.:
  • Pemeriksaan Poli : Rp250.000
  • Audiometri Nada Murni : Rp100.000
  • Audiometri Tutur : Rp100.000
  • Timpanometri : Rp100.000
  • Tindakan Dokter : Rp350.000
  • Mikroskop Poli : Rp125.000
  • Biaya Obat : Rp384.295
  • Kartu Pasien & Administrasi (pasien baru) : Rp50.000
  • Biaya Materai : Rp6.000
Jadi, totalnya Rp 1.465.295 😁 (per Februari 2019).

Hmmm... Alamat limit asuransi yang terbatas itu jadi  menipis.  Ah sudahlah yang penting happy karena tidak ada tindakan operasi. Titik.

Itu sekelumit kisah pencarian dokter THT ter - oke. Pelajarannya, jangan percaya dengan satu diagnosa dokter aja. Apalagi kalau bikin gelisah.

Ada yang punya pengalaman tentang sakit polip / sinus? Share di komentar yaa.

Jumat, 29 Maret 2019

Ini Loh Rekomendasi Dokter THT Oke di Jakarta (Bag. 1)


Nikmat sehat memang rejeki paling berharga. Karena kalau sudah sakit, yang ada semua merana. Ya fisik, emosi, juga dompet. Meski ditanggung asuransi kesehatan pun, kadang ada aja biaya yang harus dikeluarkan saat pengobatan.

Dan yang paling saya takutkan di kala sakit adalah saat mendengar kata “operasi”. Membayangkan jaringan tubuh di-belek meski untuk mengobati penyakit, rasanya perih ngiluu...! Padahal sekarang zamannya operasi minimal invasif ya, alias operasi dengan sayatan kecil aja. Tapi kedengarannya tetep mengerikan (buat Cemil).

Alhamdulillaah jadi ibu dari 2 jagoans, saya melahirkan normal, dan sampai saat ini tak pernah didiagnosa penyakit yang memerlukan penanganan operasi. Doain sehat terus yaa pemirsah.. Aamiin.

Rekomendasi-dokter-tht-jakarta


Ke Dokter THT

Eng ing eng... Kabar kurang baik malah datang dari salah satu jagoan Cemil nih. Cerita awalnya, si sulung Zia, yang saat ini kelas VII SMP, merasa agak kurang dengar. Dugaan saya, paling karena banyak kotoran di telinganya. Pergilah kita ke dokter THT di RS terdekat dengan rumah, BMC Mayapada, Bogor. Dokter spesialis THT di RS swasta ini ada 2 orang, dan ada 1 dokter yang dituju karena baik dan kami merasa cocok.

Singkat cerita, setelah dibersihkan telinganya, sang dokter bilang, sepertinya ada radang. Maka Zia dirujuk untuk melakukan Rontgen THT. Yaa.. sekalian aja deh mumpung di RS, hari itu juga rontgen dan konsultasi supaya tuntas. Hasil rontgen dijabarkan lagi oleh sang dokter : ada bayangan putih di rongga sinus sebelah kanan, yang harusnya bersih seperti yang kiri. Dan diagnosa yang diterangkan adalah Sinus Maxilaris plus Polip! Pengobatannya yang disarankan adalah operasi! Yang membuatnya harus operasi menurut dokter adalah adanya "kesan kista" pada hasil rontgen. Yaa Allah, mau bersihin kotoran kuping, kenapa berujung harus operasi yak?


Gambaran sinus maksilaris
(Pict: tempo.co)

Saya melongo bin lemes. Ini anak gak ada panas, gak ada sakit, Cuma kurang denger doang.. disuruh operasi. Saya pastikan ke dokternya, apakah bisa dengan obat atau terapi saja? Jawabnya: tidak untuk jangka panjang. Obat-obat hanya bisa meringankan sakit, tidak menghilangkan, kata dokter. Jalan pengobatan tuntas, ya dengan operasi….. Gubrak! Tiba-tiba teringat seorang teman yang beberapa kali operasi sinus karena selalu kambuh. Duh. Saya yakinkan lagi, apakah dengan operasi pasti tidak akan kambuh lagi? Menurut dokter, jika ditangani masih seusia Zia (13 tahun) kemungkinan kambuh lagi kecil, alias hampir pasti sembuh total. 

Polip hidung

Dokter tak memaksa segera dilakukan operasi, tapi tindakan itu disarankan. "Kasihan kalau gak dioperasi, bakal terus menderita dia", katanya. Sementara, pak Dokter memberi resep obat dulu, sambil memberi waktu saya untuk berfikir soal operasi.

Sampai rumah saya cerita dengan keluarga, dan kegalauan melanda. Antara mengikuti anjuran dokter, cari pengobatan alternatif, atau cari second opinion. Keluarga sibuk mikir, anaknya mah bebas as always, gak kayak orang sakit. Huahua..

Hunting Dokter THT di Jakarta


Setelah seminggu berlalu Zia makan obat dokter, katanya telinganya "agak mendingan". Kata agak mendingan itu bikin cemas juga, karena berarti belum tuntas sehat/normal. Atas masukan dari kerabat dan rekan, maka diputuskan Zia diperiksakan ke dokter lain untuk mencari opini kedua.

Berhubung Spesialis THT ngetop banyak berada di Jakarta, maka perburuan dokter THT pun menyasar ke Jakarta. Saya gak mau ke dokter THT yang asal ngetop saja, melainkan yang juga menenangkan. Weits, ini sebenernya sih cari opini yang kontra operasi ya heheh. Tapi saya dan keluarga pasrah aja jika memang operasi jalan satu-satunya, tentu dengan alasan yang lebih meyakinkan.

Hunting dokter THT untuk second opini ini, selain dengan bertanya-tanya kepada yang punya pengalaman penyakit yang sama, juga dengan browsing di dunia maya. Dan setelah melalui serangkaian penelitian kualitatif dan kuantitatif (taelah), kesimpulannya kami akan konsultasi ke Prof. Dr. Zainul A. Djaafar, Sp.THT-KL (K), di RS Khusus THT-Bedah KL Proklamasi, di Jakarta Pusat. Profesor ini salah satu pendiri rumah sakit khusus THT tersebut. Ada banyak dokter recommended di sana, saya pilih Prof. Zainul karena beliau juga praktik di hari Sabtu. Hari Sabtu saya leluasa untuk mengantar Zia karena libur kerja.

Saya kirim pesan WhatsApp ke nomor WA RS nya H-1 untuk pendaftaran, tapi pendaftaran via WA ini hanya dicatat saja. Nomor antrian akan diberikan per kedatangan.

Ke RS THT Proklamasi


Hari Sabtu perjanjian konsultasi itu saya berdua Zia ke RS THT Proklamasi. Karena anaknya segar bugar bak pendekar, kami santai naik KRL Commuteline dari Bogor, turun di Cikini, lalu sambung naik ojek online ke lokasi, yang tidak sampai 5 menit jaraknya dari stasiun Cikini. Ah moda transportasi yang mudah dan nyaman gini memang yang dibutuhkan masyarakat.

Saya baru pertama kali menginjakkan kaki di RS THT Proklamasi itu. Gedungnya tampak tidak terlalu besar dari depan, dan lahan parkirnya terbatas. Masuk ke lobi RS, di sebelah kanan langsung tampak apotik dan loket kasir. Lurus ke depan terlihat beberapa kursi tunggu, loket pendaftaran dan lorong ruang periksa.

Loket Pendaftaran

Ambil nomor di mesin nomor, saya menunggu nomor antrian muncul di layar pemanggil. Mungkin karena saat itu masih pagi, tidak terlalu banyak yang antri. Nomor antrian saya pun tak lama dipanggil. Proses pendaftaran pasien baru sampai mendapat kartu pasien juga tidak lama, kurang dari 15 menit.

Lorong tunggu depan ruang periksa

Lalu kami dipersilakan masuk ke ruang tunggu yang cukup nyaman. Ada beberapa deret kursi dengan televisi di dinding. Atau bisa juga memilih duduk di beberapa kursi yang ada di lorong. Lorongnya semacam lorong hotel dengan deretan kamar, namun lebih sempit. Sekitar 30 menit kemudian Profesor yang ditunggu pun tiba. Zia dipanggil masuk nomor 3. Sang prof terlihat masih sehat meski rambutnya memutih. Beliau menanyakan detil maksud konsultasi kami.

Saya sodorkan hasil Rontgen dan cerita diagnosa dokter sebelumnya sampai pada saran dokter untuk operasi. Jujur saya dag-dig-dug akan kesimpulan profesor di hadapan saya. Setelah mengamati gambar Rontgen dan mendengarkan cerita saya, prof. Zainul pun bicara: "Kalau menurut saya, ini bukan khas kista ya, hanya kesan aja. Jadi tidak perlu operasi."

Antara bersyukur dan tidak percaya, tapi hati jelas girang lah.. Yang terucap dari mulut saya : "Alhamdulillaah.. Yakin prof, gak perlu operasi?" Ekspresi prof. Zainul kelihatan tanpa ada keraguan: "Iya, dari penampakan fisik dan Rontgen saya lihat gak perlu operasi. Untuk lebih yakinnya, kita cek semua aja ya, termasuk pendengarannya." 

-To Be Continued...
Lanjut ke Bagian 2