Minggu, 26 Mei 2019

Setelah MRT, Coming Soon LRT

Setiap kali melewati tol Jagorawi, mulai dari Cibubur hingga Lebak Bulus, tampak pembangunan jalur LRT (light rail transit) di sepanjang jalan bebas hambatan itu. Begitu juga saat berkendara via tol ke arah Bekasi. Jalur layang beton itu sudah terlihat mengular.

LRT sudah sejak lama jadi andalan model transportasi publik di negara tetangga Malaysia dan Singapura. Sedangkan di Indonesia, kereta jenis ini masih dalam tahap pembangunan, menyusul MRT (mass rapid transit) yang sudah launching di ibukota pada Maret yang lalu.

KRL (kereta listrik) mungkin cikal bakal moda transportasi kereta modern di Indonesia.

Beroperasi sejak zaman dulu, saya sudah menikmati angkutan KRL sejak awal kuliah tahun 1995 (ups, ketahuan deh angkatannya.. haha). Saya juga jadi saksi perubahan signifikan yang terjadi pada angkutan ini, dari yang karcisnya harus dibolongi sampai kartu magnetik tap. Dari kereta ekonomi berjejal campur pedagang dan pengemis, sampai commuter line ber-AC. Anyway sampai saat ini, penghubung Jabodetabek tercepat dan termurah, ya KRL.

Melihat Precast Plant (pabrik beton) LRT yang tampak jelas di pinggir tol Sentul, serta rel-rel beton yang melayang di sepanjang jalan tol, bikin saya membayangkan seandainya kereta itu sudah lalu lalang di sana. Informasi dari web lrtjadebek.com, per 3 Mei 2019, pembangunan LRT Jabodebek Tahap 1 baru mencapai 61,95%. Sementara Kompas.com melansir, pembangunan jalur Cibubur-Baranangsiang (Bogor) akan dilaksanakan tahun 2020. Targetnya, jalur Jabodebek akan rampung dan efektif beroperasi tahun 2021. Hmmm 2 tahunan lagi. Sabaar... Sedikit ngiri aja sih sama Palembang yang sudah punya LRT sejak Juli 2018.

Untuk dalam kota saja, LRT Jakarta sudah melakukan uji coba, seperti  rute Rawamangun - Kelapa Gading pada 15 Agustus 2018. Btw, uji coba publik rute ini akan diulang pada 11 Juni 2019 mendatang. Ayo ayo... Yang mau nyobain transportasi modern ini segera daftar ya, di situs www.lrtjakarta.co.id.

Pembangunan Jalur LRT
Gambar : www.lrtjabodebek.com

MRT vs LRT

Saya sempat mencicipi MRT saat uji coba publik April 2019 yang lalu. Tidak terlalu penasaran karena kereta ini hanya ada di dalam kota Jakarta. Artinya, saya yang tinggal di Bogor tidak terlalu memerlukannya. Saat ini MRT memang dikhususkan sebagai sarana transportasi Jakarta untuk mengurangi kemacetan di ibukota.



Kesan naik MRT kala uji coba itu, saya bandingkan dengan KRL. Laju MRT terasa lebih cepat, lebih sunyi (tidak seberisik KRL saat melewati rel besinya), lebih sedikit/halus goncangannya, dan lebih kecil space gerbongnya. Yang juga terlihat berbeda adalah stasiun-stasiun MRT yang tampak kekinian serasa di luar negeri.



Berbeda dengan KRL, jenis kereta MRT dan LRT beroperasi tanpa masinis loh, alias otomatis dengan kendali dari operation center. Wahh, canggih ya!

Lalu apa bedanya MRT dengan LRT?  Bisa dicek di tabel berikut ya. Ternyata MRT lebih cepat lajunya.


Catatan: kabarnya jalur LRT ke arah Bogor akan dibangun menapak di tanah, alias tak melayang. Yahh.. kurang seru deh, jadi gak jauh beda dengan KRL hehehe. Tapi mungkin sensasinya tetap beda ya, mengingat LRT ini gerbong pendek dan jalan tanpa masinis.

Saya belum pernah ikut uji coba LRT, tapi kereta jenis ini long time ago pernah saya naiki di negeri Jiran Malaysia. Lihat bentuknya sih sama persis. Di Malaysia, LRT terhubung dengan bandara, terminal bis, mal, apartemen atau perkantoran. Jadi beneran gak butuh mobil kalau mau ke mana-mana. Hanya LRT dan jalan kaki! Kebayang kalau suatu ketika kota-kota besar di Indonesia seperti itu? Bakal nyaman dan tentram yaa

Dan dengan pembangunan sarana transportasi keren semacam ini, harapan utamanya sih tetep: semoga tarifnya terjangkau semua kalangan. Sepakat?! 😉

Minggu, 21 April 2019

Ini Loh Rekomendasi Dokter THT Oke di Jakarta (Bag. 2)

Ini lanjutan posting sebelumnya mengenai pengalaman ke dokter THT. Berhubung ceritanya kepanjangan, jadi dibikin part 1 dan part 2. Yang belum baca cerita awal perburuan dokter THT, karena saya takut operasi polip, cuss baca dulu di postingan sebelumnya ya. 

Peralatan THT Lengkap di RS THT Proklamasi

Setelah Prof. Zainul menyatakan bahwa Zia tidak perlu operasi polip, maka Zia diminta tes THT dan pendengaran untuk memastikan bahwa telinganya benar baik-baik saja. Saya nurut aja apa kata Prof Zainul karena saya ingin tuntas beres hari itu juga. 

Zia dibaringkan di ruang pemeriksa dokter lalu dicek dengan alat THT di sana, mulai dari alat yang biasa ada di rumah sakit umum sampai alat periksa yang baru saya kenal, semacam garputala yang ada suaranya didengungkan ke telinga, dll.


Pemeriksaan di Poli

Beres pemeriksaan di Poli itu, lanjut tes pendengaran, yang dilakukan di ruangan berbeda. Prof. Zainul membuat surat pengantar untuk pemeriksaan di ruang Audiologi di lantai 3 RS THT Proklamasi itu.
Surat Pengantar Tes Pendengaran

Masuk ke ruangan sana kami diantar oleh Satpam jaga, karena hanya dia yang mempunyai akses masuk ke ruangan di lantai tersebut (selain paramedis mungkin). Jadi, tidak sembarang orang bisa lalu lalang. Ruangannya saat itu sunyi sepi dan lorong di lantai ini terlihat makin persis dengan lorong hotel. 

Di ruang Audiologi yang berukuran sekitar 3 m x 1.5 m ada seorang perawat/terapis duduk, dan berbagai macam headphone tampak tergantung di dinding. Seumur-umur baru kali itu saya masuk ruang semacam itu.


Ruang Audiologi

Si pasien disuruh duduk dan dipasangkan salah satu headphone. Lalu dites mengulang kata-kata yang terdengar. Beberapa kali Zia dikoreksi kesalahannya. Menurut Zia, kata-kata yang diperdengarkan itu kadang  mendekat kadang menjauh, sehingga bisa terdengar jelas, bisa juga kurang jelas. Mas perawatnya memperhatikan Zia bicara sambil bikin titik-titik dan catatan pada grafik di kertas.

Singkat cerita, setelah pemeriksaan pendengaran selesai, kami kembali ke ruang poli konsul dokter di lantai satu. Komentar Prof. Zainul setelah membaca hasil pemeriksaan itu,: "Yak masih normal semua. Saya kasih obat aja. Kalau mau bukti lagi apakah masih ada polipnya, nanti seminggu lagi rontgen lagi aja".

Wadaw.. professor ini menenangkan hati sekali... tak sia-sia saya kemari. Alhamdulillah. Cuss ah pulang, tiba-tiba perut baru terasa lapar minta diisi. Hehehe... gak kerasa sih kami telah 3 jam lebih di rumah sakit itu. Tinggal ke kasir dan apotik untuk menebus obat, saya pun melenggang dengan ceria, membawa oleh-oleh grafik hasil pemeriksaan audiometri untuk dibawa pulang. Dan di perjalanan pulang, Zia berkomentar : "Bunda ngapain sih periksa macem-macem jauh-jauh gini... Kan aku sehat-sehat ajaa". Ihiks...

Biaya Pemeriksaan di RS THT Proklamasi


Sooo, udah jelas deh ya, rekomendasi dokter THT oke di Jakarta, salah satunya Prof. Zainul A. Djaafar, Sp.THT-KL yang baik hati ini. Yuhuu biayanya berapa untuk mendapatkan ketenangan hati itu? Pasti pada pingin tau kan? Hihihi. Siap-siap aja, ada rupa ada harga. Hehe... Alhamdulillah saya dan anak-anak saya ter-cover asuransi, salah satu  providernya Ad Medika, jadi saya tidak terlalu memikirkan biaya dari awalnya. Tapi saya tetap bawa persiapan dana untuk jaga-jaga jika pemeriksaan di sana tidak di-cover.

Nah, dengan perlengkapan THT yang sedemikian komplit, biaya pemeriksaan di RS THT Proklamasi juga mantap. Di kuitansinya tertera sbb.:
  • Pemeriksaan Poli : Rp250.000
  • Audiometri Nada Murni : Rp100.000
  • Audiometri Tutur : Rp100.000
  • Timpanometri : Rp100.000
  • Tindakan Dokter : Rp350.000
  • Mikroskop Poli : Rp125.000
  • Biaya Obat : Rp384.295
  • Kartu Pasien & Administrasi (pasien baru) : Rp50.000
  • Biaya Materai : Rp6.000
Jadi, totalnya Rp 1.465.295 😁 (per Februari 2019).

Hmmm... Alamat limit asuransi yang terbatas itu jadi  menipis.  Ah sudahlah yang penting happy karena tidak ada tindakan operasi. Titik.

Itu sekelumit kisah pencarian dokter THT ter - oke. Pelajarannya, jangan percaya dengan satu diagnosa dokter aja. Apalagi kalau bikin gelisah.

Ada yang punya pengalaman tentang sakit polip / sinus? Share di komentar yaa.

Jumat, 29 Maret 2019

Ini Loh Rekomendasi Dokter THT Oke di Jakarta (Bag. 1)


Nikmat sehat memang rejeki paling berharga. Karena kalau sudah sakit, yang ada semua merana. Ya fisik, emosi, juga dompet. Meski ditanggung asuransi kesehatan pun, kadang ada aja biaya yang harus dikeluarkan saat pengobatan.

Dan yang paling saya takutkan di kala sakit adalah saat mendengar kata “operasi”. Membayangkan jaringan tubuh di-belek meski untuk mengobati penyakit, rasanya perih ngiluu...! Padahal sekarang zamannya operasi minimal invasif ya, alias operasi dengan sayatan kecil aja. Tapi kedengarannya tetep mengerikan (buat Cemil).

Alhamdulillaah jadi ibu dari 2 jagoans, saya melahirkan normal, dan sampai saat ini tak pernah didiagnosa penyakit yang memerlukan penanganan operasi. Doain sehat terus yaa pemirsah.. Aamiin.

Rekomendasi-dokter-tht-jakarta


Ke Dokter THT

Eng ing eng... Kabar kurang baik malah datang dari salah satu jagoan Cemil nih. Cerita awalnya, si sulung Zia, yang saat ini kelas VII SMP, merasa agak kurang dengar. Dugaan saya, paling karena banyak kotoran di telinganya. Pergilah kita ke dokter THT di RS terdekat dengan rumah, BMC Mayapada, Bogor. Dokter spesialis THT di RS swasta ini ada 2 orang, dan ada 1 dokter yang dituju karena baik dan kami merasa cocok.

Singkat cerita, setelah dibersihkan telinganya, sang dokter bilang, sepertinya ada radang. Maka Zia dirujuk untuk melakukan Rontgen THT. Yaa.. sekalian aja deh mumpung di RS, hari itu juga rontgen dan konsultasi supaya tuntas. Hasil rontgen dijabarkan lagi oleh sang dokter : ada bayangan putih di rongga sinus sebelah kanan, yang harusnya bersih seperti yang kiri. Dan diagnosa yang diterangkan adalah Sinus Maxilaris plus Polip! Pengobatannya yang disarankan adalah operasi! Yang membuatnya harus operasi menurut dokter adalah adanya "kesan kista" pada hasil rontgen. Yaa Allah, mau bersihin kotoran kuping, kenapa berujung harus operasi yak?


Gambaran sinus maksilaris
(Pict: tempo.co)

Saya melongo bin lemes. Ini anak gak ada panas, gak ada sakit, Cuma kurang denger doang.. disuruh operasi. Saya pastikan ke dokternya, apakah bisa dengan obat atau terapi saja? Jawabnya: tidak untuk jangka panjang. Obat-obat hanya bisa meringankan sakit, tidak menghilangkan, kata dokter. Jalan pengobatan tuntas, ya dengan operasi….. Gubrak! Tiba-tiba teringat seorang teman yang beberapa kali operasi sinus karena selalu kambuh. Duh. Saya yakinkan lagi, apakah dengan operasi pasti tidak akan kambuh lagi? Menurut dokter, jika ditangani masih seusia Zia (13 tahun) kemungkinan kambuh lagi kecil, alias hampir pasti sembuh total. 

Polip hidung

Dokter tak memaksa segera dilakukan operasi, tapi tindakan itu disarankan. "Kasihan kalau gak dioperasi, bakal terus menderita dia", katanya. Sementara, pak Dokter memberi resep obat dulu, sambil memberi waktu saya untuk berfikir soal operasi.

Sampai rumah saya cerita dengan keluarga, dan kegalauan melanda. Antara mengikuti anjuran dokter, cari pengobatan alternatif, atau cari second opinion. Keluarga sibuk mikir, anaknya mah bebas as always, gak kayak orang sakit. Huahua..

Hunting Dokter THT di Jakarta


Setelah seminggu berlalu Zia makan obat dokter, katanya telinganya "agak mendingan". Kata agak mendingan itu bikin cemas juga, karena berarti belum tuntas sehat/normal. Atas masukan dari kerabat dan rekan, maka diputuskan Zia diperiksakan ke dokter lain untuk mencari opini kedua.

Berhubung Spesialis THT ngetop banyak berada di Jakarta, maka perburuan dokter THT pun menyasar ke Jakarta. Saya gak mau ke dokter THT yang asal ngetop saja, melainkan yang juga menenangkan. Weits, ini sebenernya sih cari opini yang kontra operasi ya heheh. Tapi saya dan keluarga pasrah aja jika memang operasi jalan satu-satunya, tentu dengan alasan yang lebih meyakinkan.

Hunting dokter THT untuk second opini ini, selain dengan bertanya-tanya kepada yang punya pengalaman penyakit yang sama, juga dengan browsing di dunia maya. Dan setelah melalui serangkaian penelitian kualitatif dan kuantitatif (taelah), kesimpulannya kami akan konsultasi ke Prof. Dr. Zainul A. Djaafar, Sp.THT-KL (K), di RS Khusus THT-Bedah KL Proklamasi, di Jakarta Pusat. Profesor ini salah satu pendiri rumah sakit khusus THT tersebut. Ada banyak dokter recommended di sana, saya pilih Prof. Zainul karena beliau juga praktik di hari Sabtu. Hari Sabtu saya leluasa untuk mengantar Zia karena libur kerja.

Saya kirim pesan WhatsApp ke nomor WA RS nya H-1 untuk pendaftaran, tapi pendaftaran via WA ini hanya dicatat saja. Nomor antrian akan diberikan per kedatangan.

Ke RS THT Proklamasi


Hari Sabtu perjanjian konsultasi itu saya berdua Zia ke RS THT Proklamasi. Karena anaknya segar bugar bak pendekar, kami santai naik KRL Commuteline dari Bogor, turun di Cikini, lalu sambung naik ojek online ke lokasi, yang tidak sampai 5 menit jaraknya dari stasiun Cikini. Ah moda transportasi yang mudah dan nyaman gini memang yang dibutuhkan masyarakat.

Saya baru pertama kali menginjakkan kaki di RS THT Proklamasi itu. Gedungnya tampak tidak terlalu besar dari depan, dan lahan parkirnya terbatas. Masuk ke lobi RS, di sebelah kanan langsung tampak apotik dan loket kasir. Lurus ke depan terlihat beberapa kursi tunggu, loket pendaftaran dan lorong ruang periksa.

Loket Pendaftaran

Ambil nomor di mesin nomor, saya menunggu nomor antrian muncul di layar pemanggil. Mungkin karena saat itu masih pagi, tidak terlalu banyak yang antri. Nomor antrian saya pun tak lama dipanggil. Proses pendaftaran pasien baru sampai mendapat kartu pasien juga tidak lama, kurang dari 15 menit.

Lorong tunggu depan ruang periksa

Lalu kami dipersilakan masuk ke ruang tunggu yang cukup nyaman. Ada beberapa deret kursi dengan televisi di dinding. Atau bisa juga memilih duduk di beberapa kursi yang ada di lorong. Lorongnya semacam lorong hotel dengan deretan kamar, namun lebih sempit. Sekitar 30 menit kemudian Profesor yang ditunggu pun tiba. Zia dipanggil masuk nomor 3. Sang prof terlihat masih sehat meski rambutnya memutih. Beliau menanyakan detil maksud konsultasi kami.

Saya sodorkan hasil Rontgen dan cerita diagnosa dokter sebelumnya sampai pada saran dokter untuk operasi. Jujur saya dag-dig-dug akan kesimpulan profesor di hadapan saya. Setelah mengamati gambar Rontgen dan mendengarkan cerita saya, prof. Zainul pun bicara: "Kalau menurut saya, ini bukan khas kista ya, hanya kesan aja. Jadi tidak perlu operasi."

Antara bersyukur dan tidak percaya, tapi hati jelas girang lah.. Yang terucap dari mulut saya : "Alhamdulillaah.. Yakin prof, gak perlu operasi?" Ekspresi prof. Zainul kelihatan tanpa ada keraguan: "Iya, dari penampakan fisik dan Rontgen saya lihat gak perlu operasi. Untuk lebih yakinnya, kita cek semua aja ya, termasuk pendengarannya." 

-To Be Continued...
Lanjut ke Bagian 2

Minggu, 10 September 2017

Kuliner Asyik, Web Referensi Kuliner yang Asyik

Kuliner adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan makanan atau masakan,  diambil dari kata bahasa Inggris Culinary. Rasanya hampir tidak ada orang yang tidak suka makan yaa.. kecuali sedang sakit dan nafsu makannya menurun.

Sementara itu perkembangan kuliner di Indonesia begitu pesat, dimulai dari aneka jajanan khas daerah, lalu munculnya resto dan cafe modern, hingga kue kekinian yang semakin menjamur... Hingga muncul istilah "wisata kuliner". Padahal zaman dulu yang namanya wisata ya wisata aja alias bepergian, piknik atau bertamasya ke suatu obyek wisata berupa alam, tempat atau peninggalan bersejarah.


Nah berdasarkan latar belakang dan perkembangan itu, saya dan teman-teman iseng tapi serius menggarap Kuliner Asyik, website kuliner untuk referensi khalayak umum. Kuliner Asyik sendiri adalah singkatan dari Kumpulan Inspirasi dan Cerita Asyik tentang Kuliner. Dari situ bisa ditebak kan isi webnya adalah cerita yang asyik-asyik tentang kuliner.
Website Kuliner Asyik terdiri dari beberapa kategori yaitu, Resep Asyik, Review Asyik, Resto Asyik, Tips Asyik dan Event Asyik. Coba aja klik kulinerasyik.com. Bisa dilihat isi masing-masing kategori tersebut.

Pada kategori Resep Asyik, menurut saya paling seru, karena menampilkan resep-resep praktis maupun rumit yang dibuat sendiri maupun recook oleh tim Kuliner Asyik. Gak nyangka campur bangga deh punya temen-temen seperti mereka yang mau berkutat di dapur lalu cekrak cekrek foto dan membagikan resep masakannya. Hasilnya? Jangan ditanya.. keren dan asyik pastinya. Pantas banget mejeng di website referensi.


Tapi si Cemil nih gak pernah nyumbang resep di web yang usianya hampir 2 bulan ini. Ketauan deh gak pernah masak. Eits tapi jangan salah.. Cemil malah paling sibuk di antara yang lain. So bukan gak bisa masak ya, hanya tak sempat. Wkwkwk.. #alasan. Ya sudahlah gak usah bahas lebih lanjut tantang ini yaa 🤗

Btw, Kuliner Asyik juga menerima kontributor loh dari luar tim. Jadi, pembaca yang mau ikutan nyumbang resep, review, tips, atau infonya monggo.. dipersilakan mengirimkan foto dan tulisannya ke redaksi Kuliner Asyik. Bantu kami juga yaa dengan kasih saran atau masukan apapun supaya website berkembang lebih berkualitas dan bermanfaat.

Yuk marii.. baca terus Kuliner Asyik untuk referensi kuliner.

Kamis, 09 Maret 2017

Alat Transportasi Indonesia, dari yang Alon-Alon sampai Super Cepat

Sebutkan alat-alat transportasi di Indonesia! Hehehe itu pelajaran anak saya waktu kelas 2 SD. Iseng ah pingin nulis tentang alat transportasi ini berhubung saya pengguna setia sekaligus pengamat. Ciaat..

Saya pernah baca blog salah satu traveler Indonesia yang bercerita pengalamannya naik shinkansen di Jepang. Ceritanya dia kagum banget dengan kereta listrik cepat itu, dan katanya kalau jam-jam sibuk, itu full banget sampai gak bisa gerak. Cerita tentang shinkansen semacam ini rasanya serupa deh dengan kereta listrik (KRL) Commuter Line di Indonesia. Nah traveler itu tahu gak ya, kalau KRL di Indonesia juga asalnya dari Jepang? Hehehe... Menurut saya nih, dari penuturan ceritanya, terkesan si traveler ini tak pernah naik kendaraan umum di negeri sendiri.

Jadi begitu ya, masih banyak warga Indonesia, kalau di negara orang mau mencoba dan bahkan bangga naik kendaraan umum, tapi di tanah air sendiri mereka memilih naik kendaraan pribadi (eh ini penilaian saya sendiri ya, bukan hasil riset).

Hmm... Lalu saya merasa bersyukur. Bersyukur karena terlahir di keluarga yang cukupan saja, sehingga orangtua membiasakan anak-anaknya naik kendaraan umum meskipun punya kendaraan pribadi. Bersyukur juga saya lahir dan besar di Bogor, serta kerja di Jakarta sehingga saya harus ngelaju (pulang pergi) dengan kendaraan umum yang mana di ibukota tercinta itu semua macam alat transportasi tersedia. Alhamdulillah, hampir semua alat transportasi sudah pernah saya naiki.

Itu cerita intermezzo ;)

Yuk sekarang kita tengok macam-macam alat transportasi publik alias kendaraan umum yang ada di Indonesia. Hayoo.. berapa banyak alat transportasi yang pernah kamu coba?


A. Transportasi Darat

1. Sepeda
2. Becak, Bentor (becak motor)
3. Delman
4. Bajaj, bemo
5. Ojek motor : offline dan online
6. Angkot (angkutan kota)
7. Mobil : taksi, sewa offline dan online
8. Bus : bus kota, bus AKAP, bus trans (Trans Jakarta, Trans Jogja, dll)
9. Kereta listrik - Commuter Line
10. Kereta diesel (kereta jarak jauh)
11.Coming soon : LRT/monorel

B. Transportasi Air/Laut

1. Getek/rakit
2. Kano
3. Perahu/sampan
4. Perahu motor
5. Kapal feri
6. Kapal laut
7. Kapal pesiar

C. Transportasi Udara

1. Pesawat terbang : kecil, besar
2. Helikopter
3. Private jet

Kalau ada pembaca yang mau menambahi silakan ya di kolom komentar, terutama untuk transportasi di luar Jawa yang mungkin saya gak tahu.

Setelah menggunakan, merasakan, mengamati transportasi publik di Indonesia, khususnya di pulau Jawa, menurut saya sih perkembangannya boleh diacungi jempol ya, terutama transportasi daratnya. Misalnya, sebagai pengguna setia KRL saya merasakan sekali perubahan dari KRL ekonomi yang umpel-umpelan yang tak manusiawi menjadi Commuter Line yang berdesak-desakan tapi wajar. Dari yang karcisnya bentuk kartu kecil untuk di-cetrek-cetrek (dilubangi tanda sudah dipakai) oleh kondektur, berubah menjadi kartu semacam kartu ATM  yang tinggal tap gate masuk/keluar. Ini jadi salah satu bukti bahwa Indonesia termasuk negara berkembang. Kalau di negara-negara maju, lebih keren lagi pastinya. Salah satunya, sistem transportasi darat di negara maju biasanya ada subway atau kereta bawah tanah dengan jenis kereta yang super cepat.

Dan, dari sekian banyak alat transportasi publik di atas, favorit saya adalah ojek motor online, karena praktis dan banyak diskon. Hahaha.. dasar emak-emak efisien! Untuk transportasi yang alon-alon, saya memilih becak, karena bisa sambil melihat pemandangan dan merasakan semilir angin, plus romantis untuk duduk berdua (uhuyy..). Oya saya juga menantikan rampungnya proyek Jakarta LRT (light rail transit), pingin nyobain.. Semoga harga tiketnya nanti ramah di kantong seperti Commuter Line ya ;)  LRT ini kalau di negara tetangga kita sudah sangat terintegrasi sebagai angkutan umum utama sehingga efektif mengurangi lalu lalang kendaraan pribadi di jalan raya alias kemacetan. 

Selasa, 07 Maret 2017

Kenapa Kecoa Diciptakan?

Kecoa. Dengar namanya aja langsung merinding, sambil langsung sikap waspada tengok kanan kiri. Kasihan juga sih, sebenarnya itu makhluk gak musuhin saya, tapi sayalah yang menganggapnya musuh. Tepatnya, alam bawah sadar saya menolak mentah-mentah kehadiran kecoa di lingkungan sekitar. Btw, judul di atas, bukan bermaksud bertanya pada Penciptanya, tapi untuk ngomporin/memprovokasi otak saya sendiri agar berpikir lebih jernih mengenai hewan itu.. (ribet amat yak!)

Saya tidak ingat sejak kapan dan kenapa awalnya saya fobia terhadap hewan kecil berkaki 6 ini, mengingat kedua orang tua saya yang pemberani. Kalau searching penyebab fobia kecoa, kebanyakan menganalisa karena pengalaman traumatis di masa kecil atau masa lalu, yang pernah digigit serangga dan sebagainya. Duh, kok saya tidak pernah merasa punya pengalaman semacam itu ya. Lalu dipikir-pikir (cari kambing hitam ceritanya), sewaktu kecil, kakak-kakak saya selalu ngibrit kalau ada kecoa berkeliaran. Nah sebagai anak bontot tentulah saya ngikut manut kebiasaan yang lebih tua. Hahaha. Yup, kami sekeluarga 4 orang kakak beradik fobia kecoa, sedangkan ibu (usia 77 tahun) sampai sekarang masih jadi pahlawan pemberani pembasmi kecoa.


Lalu kenapa sih hewan kecil itu bisa menakutkan bak raksasa genderuwo, hingga penampakannya bikin jerit-jerit dan spot jantung? Saya sudah banyak juga baca artikel tentang fobia kecoa, tapi ujung-ujungnya hanya ingin fokus membasmi kehadirannya dibandingkan mengobati fobianya. Intinya, sampai tulisan ini di-publish, belum ada perbaikan atas fobia yang saya alami sedari kecil ini (ya iyalah, gak ada usahanya juga.. hmm). Parahnya, anak-anak saya yang jagoan semua, pun jadi ikutan fobia karena melihat kebiasaan saya. Yaa Rabbi, ampuni saya yang membenci makhlukMu yang satu itu :((

Semoga dengan saya menulis tentang monster kecil ini, menjadi terapi bagi saya untuk menghilangkan ketakutan yang serasa tak berujung ini.(berharap banget). Dan… jangan harap ada gambar si coro (nama beken hewan ini) di artikel yang saya tulis, karena untuk melihat gambarnya pun saya tak sanggup.

Fakta Tentang Kecoa, Si Hewan Tangguh

Di bawah ini saya berhasil menghimpun fakta penting banget tentang coro, hasil analisa dan investigasi. Tsaahh..! Dear coro, maaf ya saya mau jujur ngomongin kamu. Bukan gosip lho, tapi fakta. Kamu itu:
  • Bau… punya bau khas yang bikin mual, dan menjijikkan. Mainnya sih di gorong-gorong/selokan.
  • Jalan seenak udelnya aja. Gak bisa ditebak arahnya mau ke mana, gerak cepat. Saya lari kamu malah deketin. Please deh, saya gak ngajak lomba lari kan. Tau kok memang kamu pelari cepat (75 cm per detik..!)
  • Terbang tiba-tiba terus nemplok di orang yang ketakutan. Itu radar antena salah satu fungsinya untuk mendekati orang yang punya aura ketakutan.Huuh.. seneng ya, bikin orang keringet dingin?
  • Kakinya runcing dan tajam. Kalau digerayangin kamu tuh seperti dilewati tusuk gigi berjalan.
  • Punggungnya kuat banget! Semacam perisainya Captain America ya? Harus dipukul sampai hancur baru kamu diem.
  • Punya nyawa banyak kayaknya. Disemprot obat nyamuk masih bisa hidup, cuma mabok doang. Bahkan katanya tanpa kepala kamu bisa hidup? Super sekali… Tapi kamu akan mati jika terlentang ya? Masalahnya bagaimana bisa bikin kamu terlentang? Hiks…
  • Berkembang biak cepat. Jadi kalau satu berhasil dibunuh, gak bisa bikin happy. Wong konon dalam 6 bulan bisa menghasilkan 180-300 coro baru. Gila!
  • Kesuperan yang lainnya (yang bikin takut), tahan radiasi nuklir! Coro bisa tahan hidup pada intensitas radiasi 10 kali yang dapat membunuh manusia.

Hmm.. sepertinya kecoa memang hewan kecil yang tangguh ya. Ada yang mau nambahin fakta seputar coro? Saya tak akan bahas tentang cara mengatasi fobia coro alias kecoa yang disebut juga Katsaridaphobia ini. Sangat banyak pembahasan mengenai hal tersebut yang intinya adalah hypnotherapy dan sepertinya harus ditangani ahlinya. Kalau coba-coba terapi sendiri wallahu alam hasilnya.

Pada akhirnya,​ saya menemukan beberapa hal tentang kebaikan kecoa.
  1. Ini makhluk mengeluarkan gas nitrogen karena hobi memakan makanan yang mengandung nitrogen. Jadi jika populasi coro menurun drastis, maka siklus nitrogen di muka bumi akan terganggu. Siklus nitrogen diperlukan salah satunya untuk hidup tumbuhan, dan tumbuhan merupakan produsen dalam rantai makanan manusia. Jadi rantai panjangnya akan mempengaruhi manusia juga, jika terjadi penurunan kadar nitrogen.
  2. Otak kecoa mengandung antibiotik yang dapat membunuh kuman tanpa merusak sel. Ini masih terus diteliti untuk dijadikan pengobatan.
  3. Kecoa karena kekuatan dan kegesitannya menginspirasi pembuatan robot kecoa yang serupa sifatnya, untuk berbagai keperluan.
MasyaAllah memang pasti lah tak ada yang sia-sia diciptakan Allah.

Rabu, 16 November 2016

Ketinggalan Supermoon

Jadi  ceritanya si Cemil itu suka dengan ilmu astronomi. Tepatnya waktu zaman SMA belajar Geografi, yang dipelajari bukan cuma ilmu bumi saja, tapi juga tetangga-tetangganya bumi alias planet, satelit, dan bintang lain di tata surya. Amazing melihat begitu besarnya alam semesta dibandingkan bumi ini bikin merinding dan berdecak kagum. Akhirnya jadi keterusan suka mempelajarinya, sampai niat kuliah ke jurusan Astronomi tapi tak kesampaian hehe...

Nah untuk astronom, pengamat alam atau penggemar astronomi, peristiwa apapun yang melintas di langit pasti jadi bahan pengamatan yang seru. Karena keberadaan fenomena di langit biasanya jarang terjadi alias langka, maka saat kemunculannya akan ditunggu-tunggu, untuk menjadi salah satu penyaksi sejarah. Contohnya adalah supermoon yang terjadi 14 November 2016 kemarin. Adakah pembaca yang sempat melihat atau mengabadikannya?

Bagi yang belum tahu, ini supermoon bukan pahlawan super temannya superman, bukan pula sailormoon hihihi... Supermoon adalah penampakan bulan saat berada dalam jarak terdekatnya ke bumi. Karena orbit/lintasan bulan mengelilingi bumi berbentuk elips atau lonjong, maka ada saatnya bulan berada pada titik terjauh, ada pula saatnya berada di titik terdekat dari bumi.
Penampakan supermoon


Munculnya sosok bulan jarak terdekat ini menarik diamati karena bulan purnama akan lebih besar sekitar 14% dan lebih terang dari biasanya. Fenomena bulan besar sebelumnya pernah terdokumentasi pada Januari 1948, atau 68 tahun silam. Jarak rata-rata bulan ke bumi adalah 384.400 km, dan pada penampakan supermoon kemarin, jarak bulan dan bumi diperkirakan 356.500 km. Seperti sunset ataupun gerhana, untuk menyaksikan kecantikan supermoon  secara jelas sebaiknya dilakukan di tanah lapang, di tepi pantai dan atau dengan menggunakan teleskop.

Supermoon sebenarnya terjadi setidaknya setiap 14 bulan sekali, namun beberapa supermoon akan lebih super (dekat) dari yang lain. Menurut National Geographic, supermoon sedekat kemarin berikutnya akan terjadi 18 tahun lagi, tepatnya pada November 2034.

Maksud hati si Cemil, kemarin itu ingin menyapa sendiri kebesaran ciptaan-Nya di langit. Namun apa daya langit Bogor gerimis dan terus mendung setelah hujan besar mengguyur sejak sorenya. Menunggu sampai fajar menyingsing sebenarnya bisa, pun tak kesampaian juga berhubung mata sudah berat akibat minum obat flu.

Yah akhirnya supermoon pergi menjauh, dan Cemil ketinggalan.. hiks. Untungnya selalu ada banyak foto-foto keren -amatir maupun profesional- dari orang-orang yang mengabadikannya, yang bisa dilihat di Instagram atau medsos lainnya. See you supermoon,18 tahun lagi.. insyaAllah.